Balai Diklat Pesantren Tebuireng merupakan salah satu legasi atau warisan dari pengasuh ketujuh Pesantren Tebuireng Dr (HC) Ir KH Salahuddin Wahid atau biasa dipanggil Gus Solah.
Gagasan pendirian baru terkait Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ini sudah diimpikan oleh Gus Sholah sejak lama. Sebagai Asisten Pribadi (Aspri) Gus Sholah, penulis yakin gagasan ini akan membawa manfaat untuk bangsa ini. Terutama untuk para santri.
Ide dan karya besar Gus Sholah untuk pengembangan Pesantren Tebuireng sudah banyak yang terealisasi. Terutama gedung-gedung megah, pesantren cabang, hingga sistem pesantren yang sekarang banyak dijadikan contoh sistem pendidikan yang baik untuk pesantren di negeri ini.
Salah satu alasan didirikannya Balai Diklat Pesantren Tebuireng ini karena saat itu Gus Sholah melihat beberapa pembina yang mental, keilmuan, kedisiplinannya kurang dan lemah di mata para santri binaannya.
Guna menyiapkan kader-kader pembina, bahkan Gus Sholah berkata, “pembina yang sudah ikut diklat, dia akan dipersiapkan dengan keilmuan dan praktik langsung di pembina, dan juga di masyarakat yang pastinya sudah mumpuni dengan modal yang dipelajari selama di diklat ini”.
Ide pendirian Balai Diklat Pesantren Tebuireng ini murni dari ide kiai yang juga arsitek itu. Hal ini pembekalan baik secara keilmuan maupun mental untuk pembina dalam menangani dan mendampingi para santri di dalam Pesantren Tebuireng.
Para tutor yang hebat didatangkan oleh pengasuh ke-7 Pesantren Tebuireng ini guna dana menyerap dan menerapkan dari hasil apa yang sudah diajarkan oleh para tutor tersebut.
Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga dipilih untuk membentuk kader yang disiplin dari para calon pembina ini. Maka, ia mempercayakannya untuk dibina oleh TNI.
Bagi Gus Sholah, disiplin itu kuncinya. Sangat penting bagi kader Diklat untuk punya pribadi ini. Disiplin untuk diri sendiri, baru mendisiplinkan orang lain. Belajar dari hal terkecil, melakukan dan melaksanakan atas apa yang sudah di pelajari dengan disiplin dan komitmen yang tinggi akan menjadikan kader diklat ini bisa menjadi leader yang luar biasa nantinya.
Pada awal masa pendiriannya sempat mengalami kendala. Yakni bagaimana memahamkan dan meyakinkan seluruh elemen di Pesantren Tebuireng bahwa pesantren ini harus punya wadah yang tepat untuk mendidik calon pembina.
Karena kemauan yang kuat, akhirnya Gus Sholah dapat meyakinkannya, dan sekarang bisa dilihat manfaat atas lulusan kader Diklat.
Legasi atau warisan Gus Sholah ini manfaatnya pasti besar untuk pengembangan Pesantren Teburieng kedepannya dan pastinya bermanfaat juga untuk bangsa ini.
KH Salahuddin Wahid berharap para kader pembina yang telah lulus Diklat ini dapat mengamalkan ilmu yang didapat dengan baik. Karena untuk membuat sistem dan pendidikan seperti ini tidaklah mudah dan para kader seharusnya bersyukur karena Balai Diklat yang seperti ini adalah satu-satunya di negeri ini yang dimiliki oleh pesantren di Indonesia.
Para kader dan alumni Balai Diklat ini juga harus bersyukur, di balik megahnya gedung dan tidak sedikitnya biaya operasional ini, terutama untuk mendatangkan para tokoh nasional para peserta tidak dipungut biaya sepeser pun.
Semoga ilmu dan pengalaman dari Balai Diklat Pesantren Tebuireng ini bisa bermanfaat untuk para santri dan juga masyarakat luas ketika para alumni sudah terjun langsung ke masyarakat. Setidaknya ini juga bermanfaat untuk setiap individu para alumni Diklat.
Semoga salah satu legasi atau warisan dari Gus Sholah ini juga bermanfaat untuk umat.
Baca Juga: Gus Sholah, Sosok yang Disiplin dan Menghargai Waktu
Oleh: Dr H Abdullah Aminuddin Aziz, MPdI (Wakil Rektor II Unhasy dan Asisten Pribadi KH Salahuddin Wahid)