• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Larangan Merusak Kemuliaan Rajab dengan Menzalimi Diri Sendiri

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2025-01-17
in Keislaman
0
Larangan Merusak Kemuliaan Rajab dengan Menzalimi Diri Sendiri.(Ist)

Larangan Merusak Kemuliaan Rajab dengan Menzalimi Diri Sendiri.(Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Bulan Rajab sebagai salah satu bulan haram yang sangat dimuliakan oleh Allah swt. Bulan haram yang sangat dimuliakan, yaitu Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab. Hal ini sebagaimana penjelasan Allah di Surat At-Taubah ayat 36:

 إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلاَ تَظْلِمُواْ فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu.”

Atas dasar ayat di atas, maka sudah selayaknya umat Muslim untuk menjalani bulan Rajab ini dengan semangat untuk meningkatkan spiritualitas ibadah kepada Allah, sebagai representasi memuliakan apa yang dimuliakan oleh-Nya.

Tidak sebatas itu, pada bulan ini juga seharusnya mengurangi dan bahkan meninggalkan maksiat dengan segala macamnya. Sebab, maksiat merupakan salah satu pekerjaan yang bisa merusak kemuliaan bulan Rajab.

Imam Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi (wafat 516 H), yang memiliki gelar muhyis sunnah (penghidup sunnah), dalam kitab tafsir Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Qur’an menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan larangan Allah kepada manusia untuk tidak menzalimi diri sendiri pada Surat At-Taubah ayat 36 di atas, adalah dengan tidak merusak kemuliaan bulan haram dengan melakukan maksiat, dan meninggalkan taat. Hal ini tidak lain karena semua nilai pekerjaan pada bulan ini dilipatgandakan oleh Allah swt.

 العَمَلُ الصَّالِحُ أَعْظَمُ أَجْرًا فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَالظُّلْمُ فِيْهِنَّ أَعْظَمُ مِنَ الظُّلْمِ فِيْمَا سِوَاهُنَّ

Artinya, “Amal saleh lebih agung (besar) pahalanya di dalam bulan-bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab). Sedangkan zalim pada bulan tersebut (juga) lebih besar dari zalim di dalam bulan-bulan selainnya.” (Imam al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil fi Tafsiril Qur’an, [Beirut, Darul Ihya’ at-Turats, cetakan keempat: 1417 H/1997 M], juz IV, halaman 44).

Selain penafsiran di atas, Imam al-Baghawi juga mengutip beberapa penafsiran ulama lain, seperti Imam Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menzalimi diri sendiri, adalah dengan menghalalkan setiap sesuatu yang telah dinyatakan haram dalam Islam, dan mengharamkan setiap yang halal, seperti merampok pada bulan tersebut. (al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil: IV/45).

Dari penjelasan al-Baghawi di atas, dapat kita pahami bahwa sakralitas bulan haram, termasuk bulan Rajab adalah dengan memperbanyak melakukan kebaikan dan ketaatan, sedangkan tindakan yang merusak nilai-nilai sakral tersebut adalah melakukan kemaksiatan dengan berbagai macam bentuknya. Oleh karena itu, pada bulan ini sudah selayaknya mengistirahatkan diri untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah swt dan fokus beribadah kepada-Nya. 

Kenapa Allah Melarang Menzalimi Diri Sendiri?

Syekh Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili dalam kitab tafsirnya memberikan alasan di balik larangan Allah untuk melakukan pekerjaan zalim pada bulan Rajab.

Selain sebagai bulan haram, bulan Rajab ini menjadi awal untuk menyongsong bulan-bulan mulia selanjutnya, yaitu bulan Sya’ban dan Ramadan. Tidak hanya itu, keagungan bulan Rajab ini diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an.

Menurutnya, bulan haram memiliki nilai-nilai sakralitas dan identik dengan kemuliaan yang tidak bisa ditemukan pada bulan-bulan lainnya. Maka, semua balasan dari amal kebaikan dan kejelekan dilipatgandakan oleh Allah pada bulan-bulan tersebut:

 وَالْمُرَادُ النَّهْيُ عَنْ جَمِيْعِ الْمَعَاصِي بِسَبَبٍ مَا لِهذِهِ الْأَشْهُرِ مِنْ تَعْظِيْمِ الثَّوَابِ وَالْعِقَابِ فِيْهَا

Artinya, “Yang dimaksud (dari ayat larangan menzalimi diri sendiri), adalah larangan dari semua bentuk maksiat dengan sebab apa pun pada bulan-bulan haram ini, (hal itu) disebabkan besarnya pahala dan siksaan di dalamnya.” (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir fil Aqidati was Syari’ati wal Manhaji, [Damaskus, Beirut, Darul Fikr], juz X, halaman 202).

Syekh Wahbah Zuhaili memosisikan larangan menzalimi diri sendiri pada bulan haram di atas sebagai bentuk “kasih sayang” Allah agar umat Islam tidak disiksa dengan siksaan yang berlipat ganda oleh Allah kelak di hari kiamat.

Oleh karenanya, bulan ini menjadi bulan ketaatan dan kebaikan, yang semua pahala yang didapatkan darinya melebihi nilai pahala dari bulan yang lain.

Jika ditanya, “Kenapa Allah hanya melipatgandakan pahala kebaikan dan siksa dari kemaksiatan hanya pada bulan tersebut?” Maka jawabannya, sebenarnya Allah juga memberikan pahala atas kebaikan dan ketaatan yang dilakukan di selain bulan Rajab, juga memberikan siksa kepada orang yang melakukan kejelekan dan maksiat di selain bulan Rajab.

Akan tetapi, Allah memilih dan menghendaki beberapa bulan untuk melipatgandakan semua amal kebaikan dan kejelekan di dalamnya, hal ini boleh-boleh saja bagi Allah, dan merupakan sesuai yang jaiz (boleh-boleh) saja bagi-Nya. Hal ini sebagaimana penjelasan Imam Ibnu Katsir ad-Dimisyqi, dalam kitab tafsirnya, beliau mengatakan,

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى صَفَايَا مِنْ خَلْقِهِ، اِصْطَفَى مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ رُسُلًا وَاصْطَفَى مِنَ الشُّهُوْرِ رَمَضَانَ وَالْأَشْهُرَ الْحُرُمَ

Artinya, “Allah memilih beberapa pilihan dari makhluk-Nya. Allah memilih utusan dari malaikat sebagai rasul, dari manusia sebagai rasul, dan (juga) memilih dari beberapa bulan, pada bulan raamadhan dan bulan-bulan haram.”

 فَعَظِّمُوْا مَا عَظَّمَ اللهُ، فَإِنَّمَا تُعَظَّمُ الْأُمُوْرُ بِمَا عَظَّمَهَا اللهُ بِهِ

Artinya, “Maka muliakanlah sesuatu yang dimuliakan oleh Allah. Maka sungguh keagungan sesuatu bila diagungkan oleh Allah kepadanya.” (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Azhim, [Dar Tahyyibah, cetakan kedua: 1999 M], juz IV, halaman 149).

Alhasil, bentuk kongkrit dari tidak merusak kemuliaan bulan Rajab dengan menzalimi diri sendiri yaitu giat melakukan ibadah seperti salat malam, dzikir, baca salawat, dan sedekah. Dengan catatan, amal-amalan yang fardu tidak ditinggalkan. Selama Rajab juga dianjurkan puasa, sebagai sarana latihan puasa satu bulan penuh di Ramadan.

Penulis: Syarif Abdurrahman

Editor: Thowiroh

Baca juga: Keutamaan Bulan Rajab menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

Previous Post

Kabar Duka, Prof Ridlwan Nasir: Guru Besar Alumni Pesantren Tebuireng Wafat

Next Post

Buka Kick Off Harlah 102 NU, Gus Yahya Kenang Lahirnya NU di Surabaya

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Gus Yahya saat memberi sambutan dalam acara Kick Off Harlah 102 NU di Surabaya. Foto: Youtube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama

Buka Kick Off Harlah 102 NU, Gus Yahya Kenang Lahirnya NU di Surabaya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng