Sejak tanggal 28 November 2023 lalu telah memasuki masa tahapan kampanye pemilu 2024, pasangan Capres-Cawapres sudah terang-terangan berkampanye. Kita semua berhak memilih termasuk generasi Z. Sebagai generasi muda sudah seyogyanya mengambil langkah cerdas untuk memilih pemimpin yang berwawasan luas, berintegritas, serta dapat membangun Indonesia lebih maju. Saat ini Generasi Z sering kali menjadi fokus para politisi atau aktor politik karena diprediksi akan mendominasi pemilik suara pada pemilu 2024.
Melansir dari Republika, berdasarkan hasil rekapitulasi daftar pemilihan tetap (DPT), mayoritas pemilih pemilu 2024 di dominasi generasi Z dengan jumlah sebanyak 46.800.161 atau 22,85% pemilih. Jika diakumulasikan dengan total pemilih generasi milenial maka berjumlah lebih dari 113 juta pemilih. Populasi yang tidak sedikit ini menjadi catatan penting agar generasi Z turut berperan aktif terhadap isu-isu politik dan memiliki kesadaran penuh dengan memanfaatkan hak suaranya.
Adapun sebutan dari generasi Z merujuk pada orang yang lahir di tahun 1997-2012, berkisar umur 8-23 tahun. Gen Z termasuk dalam kategori pemilih muda atau pemula dalam menentukan hak suara pada pemilu 2024. Dalam menentukan pilihan akses informasi terkait pemilu sangatlah penting, namun sayangnya terkait penyebaran hoax atau berita bohong cenderung mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Lantas bagaimana langkah-langkah cerdas yang harus diambil gen Z dalam menentukan pemimpin yang tepat?
Pertama, menyelidiki rekam jejak (track record) dari para calon pemimpin NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Memeriksa rekam jejak para calon pemimpin merupakan kunci dalam mengenal profil serta dapat mengevaluasi kemampuan atau keberhasilan kerja nyata selama ini. Sehingga hal tersebut lebih mudah untuk menentukan layakkah menjadi pemimpin Indonesia yang sesuai dengan porsi kemampuan yang dimiliki para calon pemimpin.
Kedua, partisipasi dalam diskusi publik. Merujuk pada keterlibatan mereka dalam berbagai forum atau platform untuk berbagi gagasan, memperdebatkan isu-isu, dan berkontribusi pada diskusi terkait problematika sosial, politik dan budaya. Di era digitalisasi gen Z sering kali menggunakan platform seperti Facebook, Youtube, Instagram dan forum online lainnya sebagai wadah dalam diskusi publik. Hal ini tentunya memiliki tujuan penting yaitu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan semangat berkontribusi pada pembentukan opini dan kebijakan publik.
Ketiga, Penelitian mandiri. Generasi Z memiliki akses yang luas terhadap teknologi dan media sosial, sehingga dapat memungkinkan mereka terhubung dengan cepat dan menerima informasi secara mandiri. Hal ini menjadi PR bagi gen Z untuk memilih dan memilah informasi dengan berbagai sumber literatur, tentunya harus mendapatkan informasi yang valid.
Keempat, membaca calon pemimpin melalui debat-debat publik sehingga kita dapat menilai para kandidat yang akan memimpin Indonesia 5 tahun mendatang melalui kebijakan mereka, gagasan, visi dan misi, serta kita dapat menganalisis bagaimana capres & cawapres menjawab berbagai macam pertanyaan.
Oleh : Syofiatul Hasanah
Baca juga: Ancaman Politik SARA di Pemilu 2024 dan Cara Penyebarannya