Transformasi teknologi yang cepat, sangat beresiko mengalami kemunduran akibat ketidaksiapan negara dalam beradaptasi dengannya. Terlebih ketika negara tak mampu melakukan atau memberikan ruang riset dan pengembangan teknologi, masyarakat dan pemerintah hanya akan menjadi penikmat teknologi tanpa mengetahui proses pembuatan teknologi itu sendiri.
Gagalnya Indonesia menjadi negara maju salah satunya ada pada permasalahan industri manufaktur di Indonesia. Melalui Kementerian Perindustrian melalui Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di tahun 2024 mencapai 52,35 masih stagnan tidak mengalami perubahan. Meskipun hal ini dikarenakan iklim kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu.
Tak hanya gagal di Industri manufaktur, Indonesia juga mengalami ketertinggalan pembangunan teknologi di antara Negara G20. Bahkan pembangunan teknologi Informasi dan komunikasi Indeks yang didapatkan Indonesia pada 2017 sebesar 4,33 poin terendah kedua setelah India.
Banyak alasan mengapa Indonesia masih tertinggal jauh akan teknologi mulai dari teknologi informasi hingga teknologi Industri, padahal di era saat ini penting menciptakan teknologi AI atau Artificial Intelligence, Robot Industri, hingga teknologi yang lainnya untuk mempermudah kehidupan manusia. Lalu mengapa teknologi di Indonesia masih tertinggal jauh?
Dimulai dari Research and Development sendiri ialah aktivitas suatu lembaga, perusahaan, atau negara untuk menciptakan produk dan layanan baru. Layaknya perusahaan Amazon yang menggelontorkan 11,1% untuk kepentingan Riset dan pengembangan produk dan jasa perusahaan mereka seperti Artificial Intelligence. Sama halnya dengan sebuah negara juga harus mau melakukan riset dan pengembangan untuk bahan mereka bersaing dengan negara lain.
Data dari Tim R & D World di tahun 2022 Indonesia masih urutan 34 dari 40 negara yaitu hanya sebesar 0.24% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika berkaca dengan negara maju seperti Amerika dengan urutan pertama, rasio anggaran riset diperkirakan 3,07% dari PDB dan negara Tiongkok di urutan kedua terus meningkatkan anggaran dari tahun sebelumnya. Sedangkan di Indonesia justru mengalami penurunan anggaran.
Menurut menteri Riset dan Teknologi, berdasarkan fokus penelitian masih di bidang sosial humaniora, pendidikan, seni budaya kesehatan pangan. Hasil riset juga bukan untuk kemajuan negara atau kebutuhan industri tapi hanya sebatas mengejar tugas akademis.
Namun dibalik ini juga kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan, terlebih mirisnya ketergantungan pemerintah terhadap perusahaan asing masih tinggi. Minimnya riset di bidang teknologi ini membuat Indonesia ketertinggalan jauh di bidang Inovasi teknologi.
Kunci tumbuh menjadi negara maju salah satu teknologi yang terus di kembangkan, jika belajar dari negara Korea Selatan yang merdeka di tahun yang sama dan selisih dua hari dengan Indonesia.
Negara ini jauh lebih maju akan teknologinya, pemerintah mereka mendukung perusahaan untuk melakukan riset seperti teknologi industri otomotif hyundai dan teknologi informatika dari perusahaan samsung dalam berpartisipasi di sektor Industri. Negara pun juga berpartisipasi kuat dan kontrol penuh perusahaan manufaktur korea.
Korea tak semata-mata hanya berinvestasi pada riset dan pengembangan perusahaan yang ada didalam negara mereka, tetapi pemerintah juga ikut serta dalam upaya peningkatan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), mengingat negara mereka yang tidak memiliki sumber daya alam.
Jika berkaca dengan Indonesia, sumber daya manusia masih tergolong rendah di bidang teknik, misal teknik sipil saja masih rendah, bahkan peminat jurusan teknik menurun dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), rasio jumlah insinyur di Indonesia saat ini hanya 5.300 insinyur per satu juta penduduk. Jumlah ini rendah dibandingkan negara lain di kawasan Asean. Padahal teknik sipil saat ini sangat dibutuhkan negara untuk membangun Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pentingnya kesadaran bahwa Indonesia adalah negara berkembang, ini juga harus menjadi motivasi bahwa urgensi pengembangan teknologi harus terus dilakukan.
Melalui inovasi teknologi bisa meyakinkan Investor untuk menginvestasikan pendanaan,
Universitas juga harus menciptakan produk inovasi teknologi, sehingga tak hanya terbatas akan penelitian bentuk tulisan saja dan mendukung kerjasama dengan R & D dengan berkolaborasi pada perusahaan industri dan dukungan pemerintah sangat dibutuhkan, terutama pada kebijakan yang harus dilakukan agar bisa sejalan, pengembangan infrastruktur fasilitas riset sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan investasi teknologi.
Banyaknya keterbatasan yang saat ini dimiliki Indonesia, terlepas dari banyaknya sumber daya alam yang dimilikinya. Indonesia harus terus mendukung pendidikan terutama riset dan pengembangan teknologi serta diiringi dengan pengembangan SDM. Bekal teknologi yang terus dikembangkan dan sumber daya manusia yang mumpuni bisa mengantarkan Indonesia emas yang hari ini banyak digaungkan.
Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus
Editor: Thowiroh
Baca juga: Kemajuan Teknologi adalah Kemunduran “Kualitas” Generasi?