Mungkin dari kita bertanya tentang lafadz takbiran, tepatnya pada lafadz Allahuakbar kabira…, walhamdulillahi katsiira…, Apakah ada dasarnya? Dimana penjelasannya?
Memang kita dari dulu tanpa perlu mencari tahu apa dan dari darimana lafadz takbiran tersebut, yang ada kita langsung tersuguhkan kalimat tersebut dan langsung kita baca, itupun cara dan cengkoknya pun seperti orang-orang tua kita dulu.
Lalu yang menjadi pertanyaan, adakah dasarnya? kalau memang ada, di kitab mana?
Oke, orang tua kita dulu memang tidak semua pintar, tapi bukan berarti beliau-beliau mengada-ada atau ngarang dewe, tidak. beliau-beliau memang banyak yang tidak tau pengambilannya dari mana, tapi beliau-beliau mempunyai guru, dan apa yang diperintahkan guru, sudah laksanakan saja tanpa reserfe.
Sesungguhnya, penjelasan tentang Lafadz takbiran ada Ada di dalam kitab “Al-Umm” karya Imam Syafi’i RA. Selain itu juga, penjelasan tentang lafadz takbiran juga ada dalam kitab “Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab”, karya Imam Nawawi RA (Jilid 6), serta dalam kitab ash-sholat (sholatul ‘idaen), Bab Takbir.
Pengambilan Dasarnya adalah pada suatu hari Nabi SAW keluar untuk menunaikan sholat ‘Ied bersama Al-Fadhl bin Abbas, Abdullah bin Abbas, sayyidina Ali, Ja’far, sayyidina Hasan dan sayyidina Husain, Usamah bin Zaid, Zaid hin Haritsah dan Aiman hin Ummu Aiman Rodhiyallohu ‘anhum, dengan mengeraskan suara tahlil dan takbir. (Hadits ini bersumber dari Abdullah bin Nafi’ RA).
Adapun pengucapan lafadz takbir 3 kali adalah riwayat dari Ibnu Abbas RA, Imam Syafi’i RA berkata:”Jika ingin menambahkan setelah takbir 3 kali,maka ucapkanlah:
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا،لا إله إلا الله،ولا نعبد إلا إياه،مخلصين له الدين ولو كره الكافرون،لا إله إلا الله وحده،صدق وعده،ونصر عبده،وهزم اﻷحزاب وحده،لا إله إلا الله،والله أكبر
Kalimat tambahan takbir diatas karena Nabi SAW mengucapkan kalimat tersebut pada saat di shofa.
Adapun Riwayat di atas berasal dari hadits Jabir bin Abdillah RA, riwayat Imam Muslim dalam kitab “Shohih”nya.
Dalam kitab “Asy-Syamil” disebutkan tidak masalah jika ada tambahan di akhir dari gabungan hadits takbir riwayat Nafi’ bin Abdillah RA sebelumnya dengan menggunakan kalimat ولله الحمد.
Dalam hadits Nafi’ bin Abdillah RA disebutkan bahwa Nabi SAW dan beberapa sahabat sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, membaca keras tahlil (لا إله إلا الله) dan takbir (الله أكبر).
Jadi kalau di rinci begini:
الله أكبر الله أكبر الله أكبر (ini riwayat Ibnu Abbas RA), لا إله إلا الله والله أكبر (yang ini riwayat Nafi’ bin Abdillah RA).
Sedangkan kalimat ولله الحمد menurut Shohib “Asy-Syamil” laa ba’sa atau tidak apa-apa.
Pernyataan tersebut di nukil oleh Imam Al-bandinijy dan juga pengarang kitab “Al-Bahr” dari teks Imam Syafi’i RA dalam kitab Al-Buwaithy (Murid Imam Syafi’i RA).
Namun dalam dua tempat dalam kitab Al-Buwaithy tersebut takbir pertamanya cuma dua kali,tidak 3 kali sebagaimana riwayat Ibnu Abbas RA diatas.
Sedangkan dalam kitab lainnya,kalimat takbirnya sebagai berikut:
الله أكبر الله أكبر الله أكبر،لا إله إلا الله،الله أكبر،الله أكبر،ولله الحمد
(Lihat Al-Fiqh Al-Manhajy ‘alà madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i,jilid 1,hal:228).
Di situ kalimat takbir setelah tahlil tidak memakai huruf waw ( و) jadi bunyinya
لا إله إلا الله،الله أكبر
Sedangkan dulu sewaktu saya ngaji di PP.Kempek, Mbah Yai Umar Sholih (Al-Maghfur lahù) selalu mengingatkan agar dikasih waw setelah kalimat tahlil, jadi bunyinya:
لا إله إلا الله ،والله أكبر
Sebagaimana tersebut dalam kitab ” Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab” diatas.
Namun, Di indonesia, kalimat yang sering digunakan dalam masalah Lafadz takbiran adalah kalimat di bawah ini