Konsep slow living menjadi gaya hidup yang menarik untuk dikaji utamanya dalam perspektif hadis. Apakah konsep yang viral ini sudah ada pada zaman Rasulullah?
Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah, MA, Hum. Dosen marhalah tsaniyah (M2) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng menjelaskan bahwa slow living sebenarnya hanya istilah baru yang di globalkan masyarakat modern. Faktanya, Rasulullah sudah terlebih dahulu menerapkan konsep ini dalam kehidupannya.
Dalam acara Studium Generale yang bertajuk ” membincangkan konsep slow living dalam kacamata hadis dan filsafat” yang dilaksanakan di gedung Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng pada ahad (28/07/24). Ia menjelaskan bahwa konsep slow yang berarti pas dan seimbang ini sebenarnya sudah diterapkan Rasulullah seperti dalam hal berdakwah. Hal ini terlihat dari sikap Rasulullah ketika menasehati sayyidina ali saat terjadi perang tabuk.
Ketika itu sayyidina Ali begitu membara dan terburu-buru untuk memenangkan peperangan tersebut, Rasulullahpun bersabda “Jangan terburu-buru wahai Ali, yang kau hadapi itu para cendekiawan, sehingga cara memerangi mereka bukan dengan cara (mengacungkan) pedang, melainkan dengan cara pendekatan ilmu pengetahuan”.
Pernyataan ini cukup menjadi acuan bahwa pada dasarnya konsep untuk hidup seimbang dan tidak terburu-buru ini sudah lahir sejak berabad-abad yang lalu. Hal tersebut juga sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr Fahruddin Faiz, pengasuh ngaji filsafat ini mengungkapkan bahwa secara natural, konsep slow living telah ada dalam setiap diri manusia.
Manusia terlahir dengan membawa ritme kehidupan yang tertata yang pas dan seimbang. Bukan untuk tergesa-gesa ataupun lambat dalam menjalani dan menyikapi segala yang terjadi dalam kehidupan.
Kita juga selalu bisa melihat konsep slow living telah diterapkan dalam beberapa hal bahkan terkadang penerapan tersebut tanpa disadari. Seperti halnya kehidupan di pesantren, tatanan kegiatan santri, pembelajaran interaktif kitab kuning dengan kurikulum yang tersusun rapi sangat cukup menjadi cerminan konsep hidup seimbang, pas dan tertata sudah ada di dalam kehidupan pesantren.
dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa slow living bukan berarti hidup dalam keterlambatan, melainkan hidup dengan tertata dan tepat waktu, yakni tidak tergesa-gesa dan struktural. Seperti yang pernah dicontohkan Rasulullah dalam mengambil sikap untuk memenangkan perang tabuk.
Penulis: Nafisa Izzah
Editor: Thowiroh
Baca juga: Slow Living, Jadi Pilihan Hidup?