tebuireng.co – Kisah tiga pemuda bertawasul dengan amal saleh ini bersumber dari hadis nabi yang dimuat dalam kitab Riyadussholihin.
Dikisahkan bahwa ada tiga pemuda musafir dari Bani Israil (bukan sekawan), tapi tanpa sengaja berteduh di tempat yang sama untuk berlindung dari badai yang begitu dahsyat.
Mereka masuk ke sebuah gua untuk menghindari badai di luar. Lalu tiba-tiba petir keras menyambar dan menjatuhkan batu besar lalu menggelinding tepat ke pintu gua sehingga mereka terjebak di dalamnya.
Dengan kekuatan ala kadarnya, mereka mencoba untuk mendorong batu besar tersebut dan berharap bisa sedikit bergeser untuk memberi celah agar satu persatu dari mereka bisa keluar.
Namun, nihil tak sedikitpun batu tersebut bergeser dari tempatnya sampai ketiganya terasa begitu lelah dan gua tetap menjadi gelap dan pengap.
Lalu salah seorang di antara mereka berkata “sepertinya kita tidak akan selamat dari bencana ini kecuali satu persatu dari kita berdoa kepada Allah dengan amalan kita”.
Satu persatu mereka mulai merenung dan berfikir amal saleh apa yang sekiranya pernah dilakukan dengan ikhlas dan pantas untuk diajukan ke Allah.
Maka salah seorang dari mereka berkata “aku punya orang tua yang sudah tua renta dan aku tidak pernah memberi minum siapapun sebelum mereka, baik itu anak istriku atau ternakku. Aku selalu mendahulukan orang tuaku. Pada suatu hari, aku sibuk mencari sesuatu hingga lupa memberi mereka susu dan mereka pun tertidur. Maka aku terburu-buru memerah susu dan ternyata mereka telah tertidur. Aku memegang susu di sebelah mereka yang tertidur. Sedangkan anak-anaku menangis menginginkan susu itu, tapi tak kuberi demi orang tuaku. Aku berdiri dari malam sampai pagi hingga bangunlah mereka dan meminum susunya. Ya Allah, bila aku mengerjakan hal tersebut karena Mu, maka geserlah batu ini”.
Batu seketika tergeser sedikit, tapi belum bisa membuat mereka keluar. Pemuda kedua pun memulai tawasulnya dan berdoa.
“Aku memiliki seorang sepupu perempuan yang sangat aku cintai tetapi, ia menolak cintaku sampai suatu hari ia mendapati kesulitan dan meminta bantuan kepadaku, aku pun memberinya 120 dinar dengan syarat ia menyerahkan dirinya kepadaku untuk berbuat haram. Sepupuku yang sedang terdesak menyetujuinya hingga ketika aku hendak berbuat haram kepadanya tiba-tiba ada pesan “kau tidak berhak melakukan hal haram ini!”. Maka aku pun tersentak lalu ku relakan cintaku padanya dan uang berlimpah yang sudah ku berikan. Ya Allah, bila aku melakukan amalan itu karenamu, maka geserlah batu besar ini!”
Maka bergeserlah batu besar tersebut tapi, juga belum cukup untuk membuat mereka keluar.
Lalu pemuda terakhir berdoa dengan amalnya:
“Aku pernah mempekerjakan orang, semuanya ku gaji kecuali satu orang, dia pergi duluan sebelum mengambil gajinya maka aku kembangkan uang gajinya tersebut dan ternyata menjadi kambing-kambing dan harta yang sangaat banyak. Sehingga suatu hari dia datang lalu minta gajinya. Aku berkata, semua kekayaan yang kau lihat ini adalah hasil aku mengembangkan gajimu. Maka orang tersebut mengambil semua kekayaan yang ku kembangkan dari gajinya tanpa menyisakanku sesuatu apapun. Ya Allah, kalau aku melakukan itu semua karena Mu, maka bukakanlah jalan untuk kami dari batu ini”.
Maka terbukalah batu sepenuhnya dan mereka bisa keluar dengan selamat dan dapat melanjutkan perjalanan mereka masin-masing. Begitulah kisah tiga pemuda bertawasul dengan amal saleh.
Wallahu a’lam bisshowab.
Oleh: Thowiroh