tebuireng.co– Berikut kisah hikmah dari Syekh Abdul Qodir al-Jilani, yang menunjukkan pentingnya seseorang itu memiliki ilmu dzahir dan bathin agar tidak tersesat dan ditipu oleh bujuk rayuan setan dan hawa nafsu.
Disebutkan dalam kitab Manaqib Syekh Abdul Qodir al-Jilani, bahwa suatu ketika, Syekh Abdul Qodir al-Jilani sedang bermunajat kepada Allah SWT. Tiba-tiba tempat di sekelilingnya memancarkan cahaya yang amat menyilaukan.
Dari cahaya tersebut datanglah suara memanggil namanya, “Hai Abdul Qodir, akulah Tuhanmu, aku datang kepadamu untuk menyatakan bahwa kini aku telah menghalalkan segala yang tadinya aku haramkan!”
Mendengar hal itu, Syekh Abdul Qodir berteriak membentak, “Ikhsa’ Ya La’in! (Keparat kau setan, enyah kau dari mukaku!).” Seketika padamlah cahaya yang menyilaukan itu.
Kemudian datanglah suara merintih sambil berkata, “Ampunilah aku Ya Syekh, anda telah terhindar dari godaanku. Aku sengaja menggoda orang-orang yang ahli tarekat tetapi bodoh tak berilmu. Tetapi anda telah lulus dari godaanku karena telah memiliki ilmu. Bagaimana anda bisa tahu kalau suara itu adalah aku?”
Syekh Abdul Qodir menjawab, “Dari ucapanmu sendiri, ‘aku telah menghalalkan segala yang tadinya kuharamkan’. Karena itulah aku tahu bahwa itu adalah ucapanmu. Sebab hal-hal yang telah diharamkan oleh Allah SWT tak mungkin jadi dihalalkan! Allah tak mungkin menyuruh hamba-Nya mengerjakan hal-hal yang telah diharamkan. Kepada Rasulullah Saw yang jauh lebih baik dari aku saja Allah tidak pernah melakukannya, apalagi kepada diriku yang bukan siapa-siapa ini.”
Namun lagi-lagi setan tidak putus asa. Ia tetap berusaha agar bisa menipu dan menjerumuskan Syekh Abdul Qodir al-Jilani. Walaupun ia telah gagal dengan tipuan yang pertama, ia tetap melancarkan tipuan selanjutnya. Iblis mencoba menjerumuskan Syekh Abdul Qodir menjadi orang sombong dan bangga diri. Ia kemudian berkata, “Wahai Abdul Qodir, engkau telah selamat dariku sebab ilmumu. Sungguh, dengan tipuan seperti tadi, aku telah berhasil menyesatkan tujuh puluh orang dari ahli tarekat (ahli tasawuf)!”
Namun sekali lagi, Syekh Abdul Qodir gagal ditipu oleh setan, beliau menjawab, “Keutamaan dan Anugerah hanya milik Tuhanku.”
Beliau tetap tawadhu’ dan merendah. Beliau sama sekali tidak merasa bahwa keberhasilan mengalahkan setan adalah sebab beliau, akan tetapi sebab anugerah dan pertolongan Allah SWT, sehingga pujian hanya milik Allah semata.
Baca juga: Bagaimana Para Ulama Merespon Sebuah Pujian
Baca juga: Dua Ulama Menjadi Wali Karena Sabar Menghadapi Istri Cerewet