Dalam kajian rutinan Al-Hikam yang diasuh KH M Djamaluddin Ahmad, Senin (21/6/2021), beliau menceritakan dulu di Turki ada pemimpin yang disebut Sultan Murad Ahmad atau Murad IV (1623-1640).
Ia adalah seorang Khalifah Turki Utsmani yang terkenal tegas memberantas korupsi dan segala kemunkaran. Ia adalah Sultan Turki Utsmani antara 10 September 1623–9 Februari 1640, terkenal karena perbaikan otoritas negara .
Beliau memiliki sebuah kisah menakjubkan yang diabadikannya dalam buku hariannya. Meskipun seorang sultan, ia setiap malam berpatroli. Suatu malam, Sultan Murad IV berpatroli dan menemukan jenazah seorang laki-laki di pinggir jalan. Akan tetapi warga setempat tampak enggan merawat dan tidak ada yang peduli terhadap jenazah itu.
Warga pun dipanggil oleh Sultan Murad IV dan ditanyai, “Kenapa ada jenazah, tapi tidak ada yang peduli?”.
Penduduk pun menjawab, “Wahai Sultan ini adalah jenazah seorang kafir zindik, setiap hari dia minum minuman keras dan berzina”.
Sultan Murad IV pun bertanya lagi, “Bukankah dia adalah Umat Muhammad?”.
Warga pun mengiyakan. Lalu Sultan Murad IV pun mengajak para warga untuk mengantarkan jenazah itu ke rumahnya.
Ketika sampai di rumah. Istri dari jenazah itu sudah menunggu. Sang istri menangis melihat jenazah suaminya lalu berdoa untuk orang-orang yang mengantar jenazah, “Semoga Allah merahmati anda, aku bersaksi bahwa kalian semua adalah orang saleh”.
Sultan Murad IV kemudian bertanya, “Wahai perempuan, apakah benar ini suamimu, kenapa dia dituduh oleh masyarakat sebagai orang kafir zindiq?”.
Istri tersebut membenarkan jika itu suaminya, ia lalu bercerita, “Wahai Tuan, suami saya setiap malam punya kebiasaan keluar rumah dan targetnya adalah penjual arak dan pelacur. Kalau ia bertemu penjual arak. Araknya semua dibeli. Si penjual arak kemudian dijanji agar tidak jualan arak lagi. Arak-arak itu dibawa ke rumah, dan dibuang ke toilet. Sembari membuang arak ia berkata, “Alhamdulillah malam ini aku telah mengurangi dosa si penjual minuman keras“.
Setelah itu, suami saya keluar rumah lagi, untuk mencari pelacur. Ketika bertemu pelacur. Pelacur itu ditanya berapa hasil melacurnya semalam sampai satu bulan. Kemudian penghasilannya dibayar oleh suami saya. Pelacur itu diminta janji, jangan melacur lagi. Setelah itu ia berkata, “Alhamdulillah, saya sudah mengurangi dosanya pelacur dan dosa-doa umat Nabi Muhammad yang hidung belang”. Besoknya begitu lagi. Sampai ia wafat.
Sang istri melanjutkan ceritanya, karena kebiasaannya setiap malam seperti itu, masyarakat sekitar menganggapnya sebagai pemabuk dan pelanggan pelacur. Sang istri pernah mengingatkan. “Pak, kalau kebiasaan bapak setiap hari seperti itu, besok kalau bapak mati, tidak akan ada yang mau salat jenazah bapak”.
Tak disangka, tanggapan suaminya hanya tersenyum dan berkata, “Istriku, besok kalau aku mati, yang salat jenazah ku adalah Sultanul Mukminin dengan para ulama dan aulia”.
Mendengar itu, Sultan Murad IV menangis dan menyahuti istri jenazah, “Wa Allahi, benar apa yang dikatakan suamimu, aku adalah Sultanul Mukminin, dan namamku adalah Sultan Murad IV”. Jenazah ini mendapat kemuliaan karena memiliki khusnul khuluq yaitu suka menolong orang lain.
Kisah ini mengajarkan kita untuk senantiasa berbuat baik dan tabayyun terhadap sesuatu. Hikmah lain adalah Allah Ta’ala tidak akan mengabaikan orang-orang yang berbuat baik dan berjihad dalam kebaikan. Sang Khalifah Sultan Murad IV juga memberi teladan yang baik dalam mengurus pemerintahan dan rakyatnya.