teburieng.co – Semerbak harum bunga sudah pasti bakal tercium bila anda melintasi kawasan ini. Ragam warna-warni kembang juga bakal menarik perhatian, membuat mata menjadi bungah. Jalan Kayoon namanya.
Letaknya di tengah Kota Surabaya, di tepi Sungai Kalimas. Di sana berderet toko yang menjajakan bunga. Mulai dari varian dekorasi, rangkaian sampai hampers.Â
Utamanya adalah karangan bunga, yang biasa ditemui di gedung pesta atau di rumah duka.
Kisah Kayoon Jadi Sentra Perniagaan diceritakan oleh salah seorang saksi sejarah yang juga pedagang di kawasan setempat, Bambang Untung bercerita bahwa kawasan Kayoon mulanya bukan pusat perniagaan bunga seperti sekarang. Â
Berpuluh-puluh tahun lalu, saat ia kecil, sekira 1986-1987-an, hanya ada empat sampai lima pedagang di Jalan Kayoon. Mereka pun belum berjualan rangkaian bunga, tapi bunga batangan. Macam mawar, lily, krisan dan semacamnya.
Pelanggannya, adalah orang-orang dan nona-nona Belanda yang masih tersisa di Surabaya, pascakemerdekaan Indonesia 1945. Menurut Untung, orang Belanda memang hobi membeli dan merawat bunga untuk pajangan di rumahnya.Â
“Dulu zaman Belanda sudah ada jual bunga di tengah. Cuma belum rangkaian bunga, tapi batangan lima batang, 10 batang, dulu Nona Belanda suka begitu,” kata Untung, yang lahir pada 1950 ini, Sabtu (14/5/2022).
Cara pedagang menaruh bunganya pun unik. Yakni bukan pada pot plastik atau vas keramik. Melainkan diletakkan pada wadah yang terbuat dari bambu yang dirangkai.
“Dulu pakai pot terbuat dari bambu, kok taruh di bambu tanya saya? katanya biar dingin,” ucap pemilik toko Bunga Anugerah ini.
Barulah pada 1970-an kemudian toko bunga berangsur bermunculan di kawasan Kayoon.
Mereka juga mulai menjajakan rangkaian bunga. Momentumnya, kata Untung, adalah saat Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru terjadi dalam waktu yang berdekatan kala itu.
“Awalnya itu, tahun 1970-an. Tahun itu Lebaran, Natal dan tahun baru itu hampir bersamaan waktunya, jadi orang beli rangkaian bunga banyak,” cerita Untung.
Kini, setelah berpuluh-puluh tahun lamanya, Kayoon makin menggeliat. Kisah Kayoon jadi sentra perniagaan bunga berkembang kiat lengkap
Toko rangkaian bunga juga kian menjamur. Tapi bagi Untung mereka bukanlah saingan, melainkan rekanan yang saling menguntungkan.
Menurut, laki-laki asli Simogunung, Surabaya ini, banyakanya pedagang di kawasan itu, justru makin mempopulerkan Kawasan Kayoon sebagai sentra perniagaan rangkaian bunga.
“Enggak saingan, justru lebih bagus sekarang karena terpusat. Orang cari rangkaian bunga pasti jujukannya ke Kayoon. Bukan ke tempat lain,” tutur Untung,
Hal itu dibuktikkan sendiri oleh Untung. Selama 20 tahun lalu ia sempat mencoba melebarkan usahanya ke jalan lain di Surabaya. Tapi nyatanya, pesanan di toko barunya itu justrru sepi, dan lambat laun akhirnya tutup karena tak laku.
“20 tahun lalu saya buka usaha bunga tapi tidak di sini, sepi. Istimewanya Jalan Kayoon ya begini ini,” tutup Untung, sembari menyunggingkan senyumnya.
Sedangkan pengamat sejarah Kota Surabaya, Kuncarsono Prasetyo mengatakan, pada 1950-an Jalan Kayoon tepatnya di sisi Sungai Kalimas, masih berupa bidang tanah kosong, layaknya bantaran sungai.
“Itu tanah endapan lumpur, bantaran Sungai di tahun 1950 berdasarkan arsip foto,” kata Kuncar.
Berdasarkan peta Surabaya lama, Kuncar juga menemukan adanya perkampungan bernama Kayoon di Kawasan Embong Kalisin.
Namun kampung itu digusur pada 1989, dan berubah menjadi perumahan Belanda bernama Palem Land. Perumahan ini merupakan real estate pertama di Kota Pahlawan.
“Kalau di peta lama, ada nama Kampung Kayoon, jadi 1898 perumahan Belanda, Palem Land, real estate pertama di Surabaya,” ucap Kuncar.
Sementara soal nama Kayoon sendiri, Kuncar tak tahu pasti dari mana asalnya. Namun secara bahasa, kayoon, berasal dari kata dasar perkayuan.
“Sebenarnya nggak pernah ada liraturnya, tapi ada yang menyebut Kayoon itu dari kata kayu, perkayuan,” ujarnya.
Sejauh ini, berdasarkan catatan Paguyuban Pedagang Bunga Kayoon Utara, terdapat lebih dari 100 pedagang bunga di sepanjang jalan Kayoon tersebut. (Miftah Farid Rahmani)