tebuireng.co- Kisah Ashabul Kahfi telah diceritakan dalam al-Qur’an pada surah al-Kahfi. Kisah ini dilatarbelakangi oleh dua orang utusan kaum Quraisy yaitu An-Nadar Ibn Al-Haris dan Uqbah bin Abi Mu’ith yang bertanya mengenai kebenaran kenabian Muhammad SAW kepada para pendeta Yahudi di Madinah karena kaum Quraisy menganggap bahwa pendeta mempunyai keahlian dalam memahami kitab-kitab yang telah diturunkan lebih dahulu (sebelum al-Quran) sehingga dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Ketika kaum Quraisy tiba di Madinah, pendeta Yahudi tidak menjawab pertanyaan mereka tetapi menyuruh mereka menghadap langsung kepada Nabi Muhammad dengan beberapa pertanyaan untuk menguji akan kenabiannya. Pendeta tersebut memberi tiga pertanyaan untuk ditanyakan kepada Nabi Muhammad yang salah satunya adalah menanyakan tentang pemuda-pemuda yang menghilang pada masa dahulu dan bagaimana nasib mereka. Sehingga turunlah surah Al-Kahfi ayat 9-26 untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Ashabul Kahfi adalah julukan pada enam pemuda yang berusaha melarikan diri dari kedzaliman raja pada masanya demi menyelamatkan akidah dan keimanan mereka. Lalu di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seekor anjing yang setia mengikuti mereka selama perjalanan. Karena kelelahan mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah gua sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Di dalam gua tersebut, dalam keadaan genting dan penuh harap akan pertolongan Allah, salah satu dari mereka berdoa sebagaimana yang termaktub dalam surah al kahfi ayat 10
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
“(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, ‘Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” (QS. Al Kahfi: 10)
Lalu Allah kabulkan do’a mereka dengan cara membuat mereka tertidur selama 309 tahun dalam penjagaan Allah.
Allah jadikan satu anjing yang ikut bersama mereka berada di depan gua sebagai penjaga para Ashabul Kahfi yang sedang tidur sehingga tidak ada yang mengganggu tidur mereka. Selama 309 tahun anjing tersebut tidak bergeming dari tempatnya hingga ia mati dan menjadi tulang belulang.
Sebagian ulama berpendapat bahwa tidur Ashabul Kahfi adalah bentuk rahmat Allah sebagaimana yang mereka minta ketika berdo’a.
Ketika telah sampai masa 309 tahun, mereka terbangun atas izin Allah dan bertanya tanya sudah berapa lama mereka tertidur? Salah satu dari mereka menjawab bahwa mereka hanya tertidur sehari atau mungkin hanya setengah hari. Padahal mereka telah tertidur selama tiga abad lamanya. Yang demikian termasuk karunia dan pertolongan Allah Kepada mereka yang berusaha menyelamatkan keimanannya.
Setelah terbangun mereka merasa lapar maka diutuslah salah satu di antara mereka untuk pergi ke kota membeli makanan dengan uang yang dibawanya dengan tetap waspada akan musuh yang mereka sangka masih mengejarnya.
Pergilah salah seorang dari mereka ke pasar dan membeli makanan lalu si pedagang terkejut dengan uang yang dibawa adalah uang yang berumur tiga abad lebih. Lalu pulanglah ia untuk mengabarkan hal tersebut kepada teman-temannya di gua.
Ketika melihat segalanya telah berubah seorang dari mereka memutuskan untuk kembali ke rumahnya guna menemui keluarganya. Sesampainya di sana ia melihat seorang yang dikira istrinya dan langsung menyapanya. Seorang yang dikira istrinya menjawab “Bagaimana bisa kau memanggil-manggil nama nenekku yang sudah lama meninggal?”, ternyata wanita tersebut adalah cucu yang parasnya sangat mirip istrinya. Akhirnya enam pemuda tersebut memutuskan untuk kembali ke gua untuk beribadah kepada Allah dan memohon kepada Allah untuk dicabut nyawanya dalam keadaan iman maka Allah kabulkan do’a mereka.
Demikian kisah Ashabul Kahfi, pemuda-pemuda saleh yang melarikan diri demi menyelamatkan keimanannya.
Wallahua’lam bisshowab.
Baca juga: Tirakat Kiai Hasyim Asy’ari dari Puasa Dahr hingga Pati Geni (Bagian I)
Baca juga: Tirakat Kiai Hasyim Asy’ari, dari Puasa Dahr hingga Pati Geni (II)