tebuireng.co- Kiat mencapai kenikmatan dalam salat Tarawih menjadi hal yang perlu diketahui sehingga keutamaan atau fadilah dari salat tarawih bisa diperoleh dengan tanpa menjadikan salat tarawih sebagai suatu beban
Para ulama sepakat bahwa salat tarawih memiliki keutamaan tersendiri, seperti yang dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Bukhari
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “
“Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR al-Bukhari)
Syekh Khatib al-Syarbini menjelaskan bahwa yang maksud dengan ” قام رمضان ” Adalah salat tarawih yang dikehendaki dalam hadits Nabi diatas.
Mengutip dari kanal youtube Dilwa Media. Senin, 03/04/23. Habib Muhammad bin Alwi Al Haddad dalam ceramahnya menjelaskan bahwa diantara cara mencapai kenikmatan dalam salat tarawih adalah santai (tidak terburu-buru) dalam melaksanakannya. Sebagaimana asal kata dari tarawih yang merupakan jamak taksir dari kata “tarwihah” yang berarti santai sejenak.
“Seperti itulah yang diajarkan dan dicontohkan oleh para ulama terdahulu, santai dan tidak terburu buru dalam melaksanakan salat tarawih,” ujarnya.
Ia juga menegaskan agar sebaiknya salat tarawih tidak dilaksanakan dengan perut yang dalam keadaan sangat kenyang. Karena hal tersebut bisa menjadikan seseorang sulit mendapatkan kenikmatan salat tarawih.
“Keadaan perut yang sangat kenyang inilah yang menjadi salah satu penyebab orang-orang malas dan menjadikannya tidak menuai kenyamanan dalam salat tarawih,” katanya.
Hal ini seperti yang masih menjadi tradisi mayoritas para habaib dalam melaksanakan salat tarawih yakni tidak melaksanakannya ketika dalam keadaan kenyang. Mereka terbiasa santai dan mengulur waktu dalam melaksanakan salat tarawih dengan membaca ratib ataupun qosidah hingga makanan yang dimakan ketika berbuka selesai dicerna dengan baik oleh perut.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ilmi Wadda’wah ini Juga menukil dari kisah Sayyidina Umar bin Khattab dalam melaksanakan salat tarawih. Bahwa Sayyidina Umar bahkan pernah mengulur waktu (bersantai) dalam melaksanakan salat tarawih di akhir malam agar bisa mencapai kenikmatan salat tarawih.
Terakhir, Habib Muhammad bin Alwi berpesan agar diantara beberapa cara yang telah disebutkan dalam mencapai kenikmatan salat tarawih diaplikasikan sesuai porsi dan kebutuhannya. Hal tersebut untuk menjadikan ibadah salat tarawih yang dilaksanakan terasa nikmat, berkesan dan tidak menjadi beban.
Baca juga: Salat Tarawih 4 Rakaat, Bolehkah?
Baca juga: Salat Tarawih di Tarim, 100 Rakaat