tebuireng.co – KH Muhammad Yusuf Masyhar adalah tokoh Al-Qur’an dari Tebuireng Jombang, Jawa Timur dan murid Hadratussyaikh M Hasyim Asy’ari yang berhasil mengelola Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ).
MQ fokus pada pembelajaran Al-Qur’an sebagai bentuk realisasi terhadap cita-cita luhur Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Kiai Hasyim Asy’ari.
Kelahiran Madrasatul Qur’an sebenarnya sudah ada sejak masa Kiai Hasyim Asy’ari. Kiai Hasyim punya keinginan besar untuk mendirikan lembaga pendidikan Al-Qur’an.
Kiai Hasyim sangat mencintai orang yang hafal Al-Qur’an (hafidz). Konon, pada Bulan Ramadhan tahun 1923, para santri Tebuireng telah secara bergiliran menjadi imam salat tarawih dengan bacaan Al-Qur’an bil-hifdzi (dihafalkan) sampai khatam.
Sayangnya, sistem hafalan al-Qur’an di Tebuireng saat itu belum terorganisasi dengan baik karena belum ada lembaga khusus yang menanganinya. Kondisi ini terus berlangsung sampai masa kepemimpinan Kiai Kholik Hasyim.
Pada masa kepemimpinan Pak Ud (KH Yusuf Hasyim) tepatnya tahun 1971, rencana pendirian lembaga pendidikan Al-Qur’an dimatangkan. Ada 9 orang kiai yang dilibatkan dalam rencana tersebut.
Hasilnya, pada tanggal 27 Syawal 1319 H atau 15 Desember 1971 M, lembaga itu secara resmi berdiri dengan nama Madrasatul Qur an.
Pada tahun pertama, santrinya berjumlah 42 orang dan diasuh oleh Kiai Yusuf Masyhar, menantu Kiai Ahmad Baidhawi. Sesuai dengan namanya, lulusan lembaga ini diarahkan untuk menjadi kader penghafal Al-Quran sekaligus mendalami ilmunya.
Baca Juga: Keutamaan Surat Al-Mulk
Semula, Madrasah Qur an bertempat di rumah Kiai Wahid Hasyim, bagian barat Pesantren Tebuireng (beberapa waktu lalu menjadi kediaman KH Musta’in Syafi’i).
Kemudian mulai tahun 1982, lokasinya dipindah ke belakang rumah peninggalan Kiai Baidhawi dengan tanah waqaf dari beliau. Dari tahun ke tahun madrasah ini berkembang cukup pesat. Setelah dilakukan pemekaran, Madrasatul Qur an secara struktural terpisah dari Yayasan Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng.
KH Muhammad Yusuf Masyhar merupakan sosok paling berpengaruh dalam perkembangan peradaban Al-Qur’an bukan hanya di Indonesia tapi juga dunia karena pencetus wisuda hafiz Al-Qur’an.

Dengan tekad yang kuat serta niat yang tulus, Kiai Yusuf mampu membingi generasi muda Al-Qur’an dan mengatasi berbagai krisis buta baca tulis Al-Qur’an.
Wisuda hafidz Al-Qur’an ebagai bentuk apresiasi kepada santri-santri yang telah menyelesaikan program Al-Qur’annya.
Dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)/Musaqoh Hifzil Qur’an (MHQ) internasional yang digelar di Mekkah, Kiai Yusuf Masyar ditunjuk pemerintah untuk menjadi pembina tahfidz.
Bahkan pada waktu itu santri MQ sendiri mendapat juara internasional dalam bidang MHQ. KH Muhammad Yusuf Masyhar terkenal sangat sabar dan telaten dalam mengajar.
Setiap harinya, ia pulang pergi bisa 1-2 kali pagi dan sore dari Jombang menuju MQ untuk mengajar karena pada saat itu masih bertempat tinggal di Jombang dekat stasiun.
Selanjutnya KH Muhammad Yusuf Masyhar menetap di Tebuireng dengan rumah yang sederhana.
Setiap pagi, sang kiai sederhana ini biasanya menyimak para santai dalam bentuk halaqah. Sedangkan sore harinya memperdengarkan kepada santri bacaan Al-Qur’an yang benar dan ditirukan oleh para santri.
Dalam rangka menjalankan amanah luhur dan cita cita sang guru, Kiai Yusuf Masyhar berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan pembelajaran Al-Qur’an di Tebuireng.
Sehingga akhirnya mampu menjadikan MQ Tebuireng sebagai pusat peradaban Al-Qur’an di Jawa Timur
MQ bukan hanya pesantren Al-Qur’an, tapi di dalamnya juga terdapat manhaj, cara berpikir, karakter dan gaya hidup yang harus menjadi ruh dan jiwa bagi para penganutnya.
Sehingga tercipta insan yang hamilil quran lafdhan wa ma’nan wa a’malan.
Tiada suatu apapun yang Kiai Muhammad Yusuf Masyhar harapkan kepada para santri kecuali mendapat bagian pahala dari setiap santri yang kembali mengajarkan Al-Qur’annya, tadarus dan menghatam Al-Qur’an.
KH M Yusuf Masyhar terkenang sebagai sosok kiai humanis yang mampu memanusiakan manusia,,mampu bergaul dan akrab dengan siapa saja serta apresiatif terhadap setiap prestasi.
Penulis: Thowiroh