Kabar duka datang dari Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Pengasuh Pesantren Sidogiri KH A Nawawi bin Abdul Djalil wafat pada Ahad, 13 Juni 2021. Sosok Kiai Nawawi dikenal memiliki hubungan dekat dengan Pondok Pesantren Tebuireng. Penghormatan ini dilakukannya sebagai bentuk takdzim kepada dzuriyah Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.
Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Nawawi beberapa kali ketemu dengan keturunan KH M Hasyim Asy’ari seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Salahudin Wahid (Gus Sholah). Kiai Nawawi juga dikenal sangat mencintai Nahdlatul Ulama (NU). Kecintaannya ditularkan kepada para santri Sidogiri. Beberapa santri Sidogiri juga ikut mengabdi di Tebuireng.
Kiprah Kiai Nawawi di NU cukup sentral. Selain menjadi rujukan pengurus NU dari berbagai wilayah, Kiai Nawawi termasuk dalam salah satu anggota tim Ahwa pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang 2015. Saat ini, sosok Kiai tawadhu ini menjabat sebagai Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Kedekatan Kiai Nawawi dengan Tebuireng dan NU diakui oleh asisten pribadi almarhum KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Ustadz Amin Zein. Dalam pandangan Ustad Amin, sosok Kiai Nawawi adalah kiai khos yang sangat dihormati oleh Gus Sholah. Kesaksian ini terlihat saat Kiai Nawawi beberapa kali silaturrahim ke Tebuireng, dan Gus Sholah pun memberi silaturrahim balasan ke Sidogiri. Saat datang bertemu ke Gus Sholah, Kiai Nawawi langsung sungkem dan memeluk Gus Sholah. Setelah itu ia duduk mendekat ke Gus Sholah sembari pundaknya dibungkukkan dan dawuh: “Kiai, kulo manut nopo dawuhipun panjenengan, kulo sakmangken tumut panjenengan (Kiai saya ikut apa katanya njenengan, saya sekarang ikut njenengan.”
Dengan takdzim, Gus Sholah pun membalasnya, “Sayalah yang harus banyak belajar ke njenengan kiai, karena panjenengan yang paham bagaimana masyarakat bawah dan punya santri banyak sekali.”
Dialog dua tokoh besar Jawa Timur ini berlanjut. Saling hormat dan tawadlu’. Kemudian Kiai Nawawi menjawab, “Iya kiai, saya ikut arahan njenengan”. Kemudian Gus Sholah pun menjawab: “Mari kita jaga bersama NU ini dengan baik, khittah NU harus tetap kita jaga sebagai pertenggung jawaban kita nnti di depan Hadrotussyaikh.”
Gus Sholah dan Kiai Nawawi hidup dalam satu zaman. Bahkan sosok keduanya memimipin pesantren besar di Jawa Timur dalam waktu hampir bersamaan dan wafat juga begitu. Kiai Nawawi sejak tahun 2005, melanjutkan kepemimpinan pondok pesantren Sidogiri, Kraton, Pasuruan, Jawa Timur. Ia menggantikan pengasuh sebelumnya KH Abdul Alim bin KH Abdul Jalil yang wafat pada 2005.
Sementara itu, Gus Sholah memimpin Tebuireng sejak 2006 hingga 2020. Beliau menggantikan KH Yusuf Hasyim. Gaya kepemimpinan keduanya juga hampir sama. Keduanya dikenal mencanangkan kemandirian pesantren. Kiai Nawawi mengasuh pesantren dengan model pesantren mandiri melalui pengembangan BMT-BMT Syariah yang menyebar terutama di hampir setiap kabupaten di Jawa Timur. Gus Sholah juga mengembangkan PT BPR Syariah Lantabur di Tebuireng, hingga saat ini masih berjalan.
Kiai Nawawi dikenal sebagai pengasuh yang sangat dekat dengan para santrinya. Ia kerap mengontrol sendiri kamar-kamar santri di malam hari. Ia menginginkan para santri beribadah dan memuthala’ah pelajaran di malam hari. Demikian pengakuan salah seorang santri.
Sebagaimana dimaklumi, pesantren Sidogiri didirikan pada 1745 M oleh Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban (yang wafat pada 1766 M). Sayyid Sulaiman tidak lain keturunan keempat Syekh Syarif Hidayatullah yang biasa dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Kini beliau berdua sudah menghadap ke Allah, tentu beliau berdua akan bertemu dengan para Masyayikh terutama Hadrotussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Sungguh ulama kharismatik yang menjadi salah satu punggawa pulau Jawa, kini sudah kembali kepada Allah SWT. Titip salam untuk para guru kami kiai, tokoh Tebuireng. Lahumul Faatihah