tebuireng.co – Hari santri 2021, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah Diwek, Jombang Kiai Junaidi Hidayat berpesan kepada seluruh santri untuk tidak bermental lemah dan mudah menyerah dalam hidup.
Menurutnya, sejak dini pesantren melatih para santri untuk bermental petarung lewat kemandirian dan sistem yang ada di pesantren. Santri dilatih bertanggung jawab atas barang-barangnya.
“Saya belum pernah melihat orang yang mampu mempunyai kekuatan hidup melebihi orang pesantren. Nabi dulu itu ditinggal oleh Ayahnya, ditinggal oleh ibunya, menjadi yatim piatu. Tetapi Allah mengawal itu. Santri jangan bermental lemah,” jelasnya, Jumat (22/10).
Dikatakan, pesantren pilihan tepat bagi orang tua karena selain dilatih kemandirian juga diajarkan untuk berbakti kepada agama, orang tua dan bangsa. Santri tidak tercabut dari akarnya sebagai seorang anak, warga negara dan hamba Allah.
“Jadi kita harus paham bahwa kehidupan yang cenderung banyak fasilitas, cenderung akan menyebabkan kemanjaan dalam hidup. Wong kalau mondok itu tidur di semua tempat itu bisa. Dulu kalau tidur yang dijadikan bantal itu adalah karung isi beras. Jadi kalau berasnya sering dipakai otomatis bantal kita semakin menipis,” cerita pria asli Bojonegoro ini.
Kiai Junaidi Hidayat menambahkan, dirinya sudah puluhan tahun bergelut di dunia pendidikan. Ia pernah menjadi kepala madrasah Aliyah hingga saat ini memiliki pesantren.
Dari sejarah panjang tersebut, Kiai Junaidi berkesimpulan bahwa membentuk peserta didik pintar lebih mudah daripada menciptakan generasi muda yang bermental baja.

Mental baja dalam hal ini yaitu seorang yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi liku-liku kehidupan. Ketiga gagal dalam sesuatu bukannya prustasi, tapi bangkit lagi dengan mencoba cara lainnya.
“Orang pintar itu gampang kok, semua sekolah, kurikulum apapun bisa menjadikan orang pintar. Kalau membentuk diri yang tahan banting, hanya bisa dibentuk melalui pondok pesantren,” ujarnya.
Pesantren dengan santrinya yang berasal dari berbagai daerah membuat penghuninya terbiasa interaksi sosial dengan berbagai model sifat manusia. Selain itu, pesantren juga menciptakan jaringan kerja luas.
“Makanya momentum di pondok ini harus dimaksimalkan. Pesantren miniatur Indonesia,” imbuh Kiai Junaidi.
Senada dengan Kiai Junaidi, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Tebuireng, Kamis (21/10) mengatakan bahwa santri sangat beruntung belajar di pesantren.
“Dari hasil obsevarsi yang ditemukan, ternyata sudah banyak pondok pesantren yang secara tidak langsung telah menjalankan sistem merdeka belajar. Bisa dikatakan sangat lebih merdeka ketimbang instansi-intansi pendidikan yang berada di bawah naungan kita,” tegasnya.
Nadiem menambah, sistem pendidikan pesantren cukup unik dan menarik. Dengan protokolk kesehatan yang ketat, pesantren sudah banyak yang melakukan kegiatan belajar tatap muka. Dipermudah lagi karenanya santrinya dalam lingkungan tertentu.
“Saya melihat banyak inovasi oleh santri-santri, seperti jiwa kewirausahaan dan lain sebagainya. Hal ini mendorong saya beserta jajaran untuk melihat secara langsung beberapa Pondok Pesantren ternama di Indonesia,” tandasnya.