ADVERTISEMENT
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
Home Pesantren Kiai

Khittah NU dan Gerakan Kultural Gus Sholah

Abdurrahman by Abdurrahman
2021-08-23
in Kiai, News, Pesantren, Tebuireng, Tokoh
1 0
0
Gus Sholah saat mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Ist)

Gus Sholah saat mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Khittah NU atau Nahdlatul Ulama selalu jadi perdebatan panjang saat dikaitan dengan politik praktis. Sebagai organisasi Islam terbesar, NU dilirik banyak orang.

Kepergian Kiai Sholahuddin Wahid atau akrab disebut Gus Sholah, Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang memang meinggalkan rasa sedih yang amat mendalam dalam sanubari siapapun.

Gus Sholah bisa disebut “nurani” NU di era hari-hari ini. semua orang takzim kepadanya bukan hanya ada “trah” darah biru yang mengalir dalam tubuhnya akan tetapi banyak orang kagum atas sikap dan pendirian saudara kandung Gus Dur itu.

Salah satu sikap (mauqif) Gus Sholah yang layak kita beri “catatan penting” adalah konsistensinya mengawal Khittah 1926 Nahdlatul Ulama.

Sebagaimana diketahui bersama pada Muktamar ke XXVII di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, NU menegaskan bahwa organisasi ini kembali ke khittah setelah sebelumnya pernah “tercebur” ke politik praktis.

Khittah yang maknanya adalah garis maksudnya NU sejak itu kembali kepada sesuatu yang telah digariskan ketika ia pertama kali didirikan pada tahun 1926, yaitu sebagai organisasi sosial kemasyarakatan (jam’iyah diniyah ijtiima’iyah).

Secara sederhana fungsi dari khittah NU sebagaimana ditulis oleh Kiai Muchit Muazadi adalah sebagai landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Landasan tersebut adalah paham Ahlussunnah Waljamaah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-dasar keagamaan dan kemasyarakatan.

Khittah adalah kata dalam bahasa arab yang artinya adalah garis-garis maknanya garis bertindak dan berfikir yang telah ditetapkan oleh para pendiri Nahdlatul Ulama.

Jadi khittah NU tujuan utamanya adalah menjaga langkah organisasi agar tetap seperti garis yang didirikan oleh para pendiri.

Gerakan khittah menurut Kiai Ahmad Shiddiq menjadi penting sebab pertama, semakin jauhnya jarak waktu antara generasi pendiri dengan generasi penerus.

Kedua, semakin banyaknya medan perjuangan dengan beragamnya bidang yang harus ditangani.

Ketiga, semakin banyaknya jumlah dan ragam perorangan maupun kelompok dengan latar pendidikan, suku dan budaya yang menggabungkan diri dengan Nahdlatul Ulama.

Keempat, semakin berkurangnya peranan dan jumlah ulama generasi pendiri dalam pimpinan Nahdlatul ulama.

Memang, dalam tubuh NU selalu ditemukan dinamika organisasi. Bukan hanya era Gus Sholah era jauh sebelum itu juga pernah ada. Sekadar menyebut contoh, dahulu NU pernah mengalami pecah kongsi. Tidak tanggung-tanggung hal tersebut dimotori langsung oleh para pembesar NU.

Di Situbondo, Kiai As’ad Syamsul Arifin, seorang kiai kharismatik yang menjadi mediator berdirinya NU bersama kiai-kiai sepuh lainnya seperti Kiai Mahrus Aly, Kiai Masykur, Kiai Ali Maksum dan kiai-kiai sepuh lainnya menggawangi NU kubu Situbondo.

Sementara itu, di seberang sana kubu Cipete dengan motor utama Kiai Idham Khalid dan beberapa tokoh muda NU.

Polemik itu berjalan hingga meruncing sangat tajam dan akhirnya bisa diselesaikan dalam forum musyawarah nasional dan Muktamar ke-27 di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo yang menghasilkan keputusan bahwa NU kembali ke Khittah NU 1926.

Dalam sebuah kesempatan, Kiai Afifuddin Muhajir pernah menyampaikan bahwa di NU itu selalu ditemukan polemik.

Akan tetapi polemik dan masalah itu pasti bisa diselesaikan dalam forum Munas ataupun Muktamar NU.

Nah, era Gus Sholah polemik dalam tubuh NU justru makin tampak ke permukaan pasca Muktamar di Jombang.

Sebagaimana sudah maklum Muktamar pada waktu “tidak berjalan” dengan baik. Bahkan Gus Mus, salah seorang kiai sepuh yang menggantikan sementara Rais Aam, PBNU Kiai Sahal Mahfudh perlu menangis dalam forum.

Pecah tangis Gus Mus kiranya sudah cukup menjadi bukti Muktamar banyak catatan. Setelah Muktamar pelomik makin memanas. Beberapa pengurus wilayah meminta Gus Sholah mendirikan NU tandingan. Namun, bagaimana respons cucu Pendiri NU itu?

Gus Sholah menolak dengan tegas. Padahal secara kalkulasi jika ia berkenan dan kemudian mendirikan pengurus NU tandingan ia bisa saja mendulang suara banyak. Lebih-lebih Tebuireng, Pesantren yang ia asuh pada waktu itu menjadi salah satu tuan rumah acara.

Bukan hanya itu, kesaksian Kiai Afifuddin Muhajir, salah seorang kiai yang sejak Muktamar dekat dengan Gus Sholah mengisahkan bahwa ketika beberapa pengurus wilayah meminta Gus Sholah membuat pengurus NU tandingan, ia menjawab:

“Saya takut sama Mbah (Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari)”.

Artinya, Gus Sholah dalam bersikap memiliki pertimbangan yang sangat matang. Jawaban yang cukup magis tersebut bisa menjadi tanda ketulusan Gus Sholah dalam berjuang untuk NU.

Jikapun ia ingin kedudukan, pangkat dan jabatan, harusnya permintaan beberapa pengurus wilayah itu diterima.

Tetapi tidak. Ia khawatir jika itu dituruti justru akan mendatangkan mafsadat dan kerusakan yang makin besar. Dan ujung-ujungnya membuat nama baik NU tidak baik. Keluar dari itu, Gus Sholah malah memiliih perjuangan lewat gerakan kultural. Ini yang saya sebut dengan integritas gerakan kultural Gus Sholah.

Ketika menutup kesaksiannya tentang Gus Sholah, Kiai Afif menyebut, “Gus Sholah adalah satu dari dua kiai yang tulus memperjuangkan khittah NU”. 

Jauh-jauh hari, komitmen Gus Sholah terhadap khittah NU bukan hanya sekadar ucapan tetapi juga tindakan.

Semangat gerakan Gus Sholah bukan ekspresi yang prematur yang lahir dari semangat kemarin sore.

Ketika ia diminta maju untuk mendampingi Jendral Wiranto sebagai Calon Wakil Presiden, ia secara terbuka mengundurkan diri sebagai salah satu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Gus Sholah sadar bahwa semenjak menegaskan diri pada khittah 26 di Muktamar Situbondo, NU bukan organisasi politik.

Jikapun berpolitik maka yang dipilih NU harusnya poliitik kebangsaan atau yang dalam bahasa Kiai Sahal, Siyasah aliyah/hight politic politik tingkat tinggi.

Posisinya sebagai pengurus mau tidak mau pasti akan menyeret NU dalam politik praktis jika ia tak mengundurkan diri ketika pencalonan.

 Gus Sholah sebagai keturunan pendiri NU dihormati dan disegani bukan hanya karena ia memiliki “darah biru” tetapi karena sikap dan integritasnya.

Gus Sholah adalah pejuang Khittah NU yang tulus, ia menjadikan Khittah bukan hanya sebagai sekadar ucapan tetapi juga sebagai tindakan.

Ahmad Husain Fahasbu (Alumni Ma’had Aly Situbondo)

Tags: Gus DurGus IpangGus SholahHadratussyaikhKH. M. Hasyim Asy’ariNahdlatul Ulama
Previous Post

Menelusuri Kisah Nabi dan Sahabat Menghadapi Wabah

Next Post

Menghafal al-Qur’an untuk Beasiswa?

Abdurrahman

Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng dan aktif di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri

Next Post
Menghafal al-Qur’an untuk Beasiswa?

Menghafal al-Qur’an untuk Beasiswa?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Perjalanan Rumah Tangga Buya Arrazy

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Palsu di Kitab Durratun Nasihin, Adakah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Arrazy Hasyim, Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah Asal Tanah Minang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KH Abdullah Kafabihi dan Kisah Romatis Muktamar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta, KH Rakhmad Zailani Kiki, mengatakan, puasa sunah Syawal dan puasa qadha Ramadan tidak bisa digabung pelaksanaannya.

Ia beralasan, kedua puasa tersebut memiliki hukum yang berbeda. Puasa qadha Ramadan hukumnya wajib, sedangkan puasa Syawal hukumnya sunah. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa yang lebih utama dilaksanakan adalah mengqadha puasa Ramadan.

“Bagi seseorang Muslim atau Muslimah yang memiliki utang puasa Ramadan, dianjurkan untuk mengqadha segera utang puasanya. Setelah utang puasa Ramadannya terbayar, dia boleh melanjutkannya dengan puasa sunah Syawal,” katanya (12/5/2022)

Apabila waktu untuk puasa Syawal sudah habis karena digunakan untuk mengqadha puasa Ramadhan, orang tersebut dapat mengqadha puasa Syawal pada bulan Dzulqaidah.

Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #puasa #syawal
  • "Tabayun itu menjadi penting untuk menghindarkan orang lain mengadu domba kita satu sama lain,"dawuh dari Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #quotesulama #nahdatululama #dawuh #mutiarahikmah
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Segenap keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya RKH Fakhrillah Aschal bin Abdullah Schal (Pengasuh PP Syaichona Cholil Bangkalan & Rais PCNU Bangkalan).

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #nahdlatululama #nahdliyin
  • Motivator dari Pesantren Lirboyo Ning Sheila Hasina Zamzami mengatakan penghafal Al-Qur’an harus menjaga adabnya. Nasihat Ning Sheila untuk penghafal Al-Qur’an ini disampaikannya saat kunjungan di Yayasan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Mathla’ul Huda cabang Tarbiyatussibyan, Jumat (25/3/2022).

“Santri penghafal Al-Qur’an harus bisa menjaga adab dan istikamah,” jelasnya.

Menurutnya, santri yang sedang fokus Al-Qur’an harus bisa mengatur dan membagi waktu dalam bidang ini. Sehingga dibutuhkan daya juang yang kuat dan pantang menyerah dalam menghafal.

“Santri harus sering sering muroja’ah 2-3 juz tiap hari. Harus punya target dalam murojaah dan jangan meninggalkan salat malam,” imbuh Ning Sheila.

Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #santri #quotesulama #santrilirboyo #lirboyo #ningsheila #penghafalquran #pecintaquran #alquran
  • "Dosa-dosamu boleh jadi sebesar kapal, tapi jangan lupa bahwa rahmat Allah lebih besar daripada lautan," dawuh dari Gus Miftah.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #quotesulama #kiai #dawuh #dawuhkyai #mutiarahikmah #gusmiftah
  • Pesantren Tebuireng berduka, cucu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang bernama Hj. Lily Chodijah Wahid binti KH A Wahid Hasyim wafat.

Kabar duka ini disampaikan secara terbuka oleh keponakannya Gus Ipang Wahid bin KH Salahuddin Wahid.

“Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid binti KH A Wahid Hasyim wafat pada hari Senin, 9 Mei 2022 pukul 16:28 WIB di RSCM Jakarta,” katanya seperti rilis yang diterima tebuireng.co, Senin (9/5/2022).

Di usia senjanya, Hj. Lily Wahid jadi rujukan keluarga besar KH Wahid Hasyim karena dituakan. Terutama setelah KH Abdurrahman Wahid dan KH Salahuddin Wahid wafat.

Tonton video lengkapnya di YouTube Channel Tebuireng Initiatives.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantrentebuireng #santri #gusdur #gussholah #ipangwahid
  • Foto pemakaman Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid di Makam Keluarga dan Masyayikh Tebuireng. 

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #pesantrentebuireng #santri #gusdur #makamgusdur #ramadhan
  • Foto suasana makam Keluarga dan Masyayikh Tebuireng sebelum pemakaman jenazah Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid.

Berdasarkan informasi dari Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz, perkiraan jenazah tiba pukul 13.30 - 15.00 WIB.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #pesantrentebuireng #santri #gusdur #makamgusdur #ramadhan
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Segenap keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya Nyai Hj. Lily Wahid (Cucu Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Toko >>

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist