tebuireng.co- KH Ishaq Latif dikenal sebagai sosok pecinta ilmu yang memilih untuk menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengabdi. Ia nyantri di Tebuireng setelah menamatkan belajarnya di sekolah dasar dan terus di Tebuireng hingga akhir hayatnya.
Kiai Ishaq Latif Lahir di Sidoarjo, 3 Maret 1942 dari pasangan Abdul Lathif dan Hj Asma. Setelah menamatkan pendidikan di tingkat Aliyah di Pesantren Tebuireng, Ia tidak seperti santri kebanyakan yang kembali ke rumah untuk berdakwah, mendirikan pesantren dan lain lain. Ia memilih untuk tetap di Tebuireng dan mengabdi mengajarkan ilmu yang pernah ia pelajari.
Di kalangan santri, Kiai Ishaq dikenal sebagai guru yang kajiannya selalu menarik karena mudah dipahami. Tak jarang Ia memberikan joke-joke segar kepada para santri agar suasana menjadi lebih cair.
Salah satu santri yang pernah mengaji kepadanya yaitu KH. Junaidi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah mengatakan bahwa mengaji kitab kuning itu susah namun terasa mudah ketika mengaji kepada Kiai Ishaq Latif.
Pengajian kitab rutinan yang diampu oleh Kiai Ishaq selalu ramai diikuti oleh seluruh kalangan bukan hanya santri tetapi juga masyarakat umum. Mereka berkumpul tidak hanya dalam satu tempat tapi meluber hingga ke halaman pondok, serambi masjid, bahkan sampai ke jalan raya depan pondok. Pengajian yang dilaksanakan menggunakan pengeras suara terdengar hingga ke luar area pondok.
Semangatnya dalam mengabdi dan meneruskan perjuangan KH. Hasyim Asy’ari membuat KH Ishaq Latif memilih untuk menetap di Pesantren Tebuireng, mengajarkan Ilmunya dan tidak berkeluarga.
Menurutnya, ilmu adalah hal sangat utama dan kunci kesuksesan dari setiap keinginan. Jika seseorang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu maka segala sesuatu akan mengikuti polanya. Namun Ia juga berpesan agar tidak mencari ilmu hanya demi kekayaan, jabatan, dan harta dunia karena Ilmu lebih mulia daripada itu semua.
kecintaan Kiai Ishaq pada ilmu merupakan sebuah tradisi warisan dari Nabi Muhammad Saw yang dilanjutkan oleh para Ulama. Kiai Ishaq Latif wafat pada tanggal 27 Februari 2015 dan di makamkan di area pemakaman keluarga Pesantren Tebuireng.
Wallahua’lam Bisshowab.
Baca juga: Kiai Keturunan Joko Tingkir di Jombang