KH Ali Mustafa Ya’qub dikenal sebagai ulama hadis Indonesia dengan kiritik hadisnya yang khas. Adanya forum diskusi yang dilakukan oleh PMII Rayon Yusuf Hasyim Tebuireng pada Senin, (3/6/2024), ternyata kepedulian anak muda Indonesia terhadap figur ulama Indonesia ternyata belum seluruhnya padam. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan diskusi tokoh hadis dengan tema Metode Kritik Hadis KH Ali Mustafa Ya’qub dan Relevansinya dalam Menjawab Isu Sosial Keagamaan.
Diskusi ini mengundang Rais Marhalah Tsaniyah Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Dr Ahmad Ubaydi Hasbillah, sekaligus narasumber yang sudah kenal baik dengan KH Ali Mustafa Ya’qub sendiri. Kegiatan ini cukup menarik karena mengangkat tokoh ulama dalam bidang hadis sebagai objek pembahasan mereka. Di saat diskusi-diskusi generasi muda hari ini hanya berkelindan dalam fan pemikiran modern, pemuda-pemuda pergerakan ini justru menghadirkan warna baru dengan menyajikan pemikiran tokoh ulama sebagai menu utama diskusi mereka.
Sebagai muridnya, Dr Ubayd kenalkan sosok KH Ali Mustafa dengan sangat mendalam. Menurutnya, KH Ali Mustafa Ya’qub terkenal dengan kemampuan kritik hadisnya. Ia juga dikenal sebagai figur yang berani mengkritik pihak-pihak yang menyalahi aturan sunnah, baik dari kalangan luar ataupun internal KH Ali Mustafa sendiri.
“KH Ali Mustafa dikenal sebagai sosok pakar hadis yang kritis dan tegas. Sepeninggalnya, banyak orang yang berkabung atas kepergiannya. Singkatnya, hingga kini dirasa belum ada satu pun sosok yang mampu menggantikan perannya dalam bidang hadis di Indonesia. Dalam kiprahnya di dunia hadis, ia sangat teliti, detail, dan tidak asal. Ia selalu menanamkan pada santrinya, jika hendak berpendapat harus punya dasar dan hukum terlebih dahulu. Dalam mengemukakan pendapat, santrinya diajarkan agar berpegang pada ayat Al-Qur’an atau hadis, kemudian pendapat ulama. Setelah semua itu selesai, barulah santrinya diperkenankan menyampaikan poin tambahan”, ungkap Dr. Ubayd.
Oleh karena itu, gelar sosok inspiratif dan berkharisma tentunya tidak berlebihan jika dinisbatkan pada KH Ali Mustafa Ya’qub. Kiprahnya dalam bidang hadis, buah tangannya, organisasi dan posisi yang sudah diduduki olehnya sudah tidak diragukan lagi. Selain menjadi imam besar Masjid Istiqlal selama bertahun-tahun, kini tercatat sudah 50 buku karya KH Ali Mustafa yang ditulis dan dicetak dalam 3 bahasa berbeda, yakni bahasa Arab, Inggris, dan Indonesia, antara lain adalah buku Kritik Hadis, Hadis-Hadis Bermasalah, Haji Pengabdi Setan, Titik Temu Wahabi dan NU, dan masih banyak lagi. Dengan banyaknya karya tulis tersebut, terlihat bahwa metode kritik hadisnya berperan besar dalam membawa perubahan arah pandang masyarakat mengenai hadis-hadis kontroversial di Indonesia nantinya.
Kritik Hadis ala KH Ali Mustafa Ya’qub
Dalam mengkritisi hadis, proses yang ditempuhnya melalui 3 cara: yakni ilmu musthalah dan difa’an sunnah, ilmu Kritik Hadis yang berupa Takhrij wa Dirasah Asanid, dan terakhir ilmu pemahaman hadis (fahmul hadis). Berikut penjelasan singkat dari 3 jalur yang diterapkan.
Musthalah dan Difa’an Sunnah
Musthalah adalah ilmu yang mempelajari istilah-istilah penting dalam ilmu hadis. Sedangkan, difa’an sunnah merupakan ilmu yang menjawab segala persoalan inkar as-sunnah. Keliahaiannya dalam mengolaborasikan dua metode ini menjadikan manhaj pemikiran beliau tidak mengalir sia-sia, serta dapat disalurkan melalui pengajaran di pesantren dan pendampingan khusus pada seluruh santrinya. Dari metode ini, lahirlah buah tangan buku yang berjudul Kritik Hadis berisi tentang kontekstualisasi ilmu mushthalah dan pembelaan terhadap hadis dari orientalis. Kemudian, berisi tentang fokusnya untuk mempertahankan kekokohan metode ini dilakukakan melalui kajian kutubus sittah pada rutinitas Pondok Darus Sunnah setiap harinya.
Kritik Hadis (Takhrij wa Dirasah Asanid)
Metode ini dilakukan dengan pengumpulan nama rawi dan latar belakangnya. Penerapan ilmu ini sendiri diaplikasikan kedalam proses belajar santri Darus Sunnah. Seluruh santri Darus Sunnah harus bisa melakukan takhrij dan dirasah asanid secara cermat, serta mampu meneliti hadis hingga menyampaikan hasilnya ke dalam 3 bahasa, yakni Arab, Inggris, Indonesia.
Pemahaman Hadis (Fahmul Hadis)
Ilmu pemahaman hadis ini diproses dari berbagai media dan fan keilmuan, baik melalui jalur dakwah ataupun hukum-hukum Islam. Buah dari penelitian ini nantinya oleh KH Ali Mustafa disebarluaskan melalui media cetak, digital, maupun tulis. Dari metode ini hadirlah beberapa karya tulisnya yang berjudul Al-Thuruq al-Sahihah fi Fahm al-Sunnah al-Nabawiyyah.
Penulis: Naffisa Izzah dan Syifa’ Q.
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca Juga: Buya Arrazy Hasyim, KH Ali Mustofa Yaqub, dan Tebuireng