Dikisahkan, pada suatu waktu Kiai Adlan Aly (pendiri pondok pesantren putri walisongo cukir Diwek Jombang) didatangi seorang peneliti dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Dalam kesempatan itu Kiai Adlan aly ditanyai, mengaji kitab apa saja kepada KH M Hasyim Asy’ari semasa menyantri di Pesantren Tebuireng?. Tanpa ragu Kiai Adlan menjawab hanya Fathul Qarib.
Kitab Fathl Qarib merupakan salah satu kitab yang terus dikaji oleh Kiai Hasyim Asy’ari meskipun sudah khatam berulang kali. Kebiasaan tersebut nampaknya kemudian diikuti oleh KH Adlan Ali. Ulama kelahiran Gresik ini juga tak bosen mengulang-ulang pengajian kitab Fathl Qarib utamanya di Pesantren Tebuireng. Meskipun Kiai Adlan sudah mendirikan Pondok Pesantren Wali Songo Cukir Jombang.
Kitab Fathul Qarib merupakan karya Ibnu Qasim Al Ghazi, salah satu kitab fikih yang sangat populer di kalangan pesantren. Kitab fikih untuk pemula ini sesungguhnya merupakan syarah dari kitab al Ghayah wa At Taqrib karya Al Qadhi Abu Syuja.
Begitu banyak santri senior dan alumni yang menyaksikan keistimewaan sewaktu KH Adlan mengaji kitab Fathul Qarib pada setiap bulan Ramadhan. Jika Kiai Adlan membaca Fathul Qarib dan sampai pada bab salat istisqa, maka saat itu langit akan tertutup mendung. Meskipun siang itu sinar matahari panas menyengat. Selanjutnya, ketika ia memperaktekkan cara memindahkan surban, seketika itu turun hujan. Kejadian serupa berulang setiap tahunnya. Bahkan para santri sampai bab ini sudah bersiap menunggu hujan, saking hafalnya kebiasan ini.
Sosok KH M Adlan Ali merupakan salah satu santri Pesantren Tebuireng yang hingga kini selalu harum namanya. Pendiri Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir ini merupakan salah satu santri kinasih Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Kiai Adlan juga ikut meneruskan perjuangan gurunya dalam mengajar para santri Tebuireng.
Ulama kelahiran Gresik 1900 M ini sebelum menyantri di Pesantren Tebuireng pernah belajar di bawah bimbingan orangtuanya. Setelah berhasil menghafalkan Al Qur’an, ia mengikuti jejak kakandanya, Kiai Ma’shum yang lebih dahulu menyantri kepada Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng.
Selama menyantri di Pesantren Tebuireng, Kiai Adlan belajar dasar dalam beragam dari kitab klasik. Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari juga menaruh perhatian lebih kepada kiai kelahiran Gresik ini. Karena memang Kiai Hasyim sangat senang dengan orang yang hafal Al Qur’an. Kiai Hasyim sangat menghormati seorang yang hafidz dan berkeinginan agar anak-anaknya ada yang hafal Al Qur’an.
KH Adlan Aly belajar secara tuntas di Pesantren Tebuireng. Setelah tamat masa belajarnya, ia menjadi abdi pesantren Tebuireng dengan menjadi tenaga pengajar. Segala yang diperintah KH M Hasyim Asy’ari diikutinya. Hubungan emosionalnya dengan Tebuireng semakin erat seiring dengan pernikahannnya dengan Nyai Hj Halimah, keponakan guru Kiai Hasyim.
Selama di Pesantren Tebuireng, KH Adlan Aly pernah mengajar sejumlah kitab kepada santri-santri, waktunya setelah salat Ashar. Kitab yang dibaca adalah Fathul Wahab, Fathul Qarib dan Minhajul Qawim. Juga membimbing beberapa santri Tebuireng yang meminta belajar baca kitab dengan sistem sorogan.
KH Adlan Aly juga tercatat sebagai tim pendiri Huffad, kini lebih dikenal dengan Pesantren Madrasatul Qur’an. Kiai Adlan mempunyai obsesi kelak ada santrinya yang hafidzul qur’an lafdlan, ma’nan wa amalan. KH Adlan Aly selain terkenal dengan spesialis Fathul Qarib dan Al Qur’an juga dikenal sebagai sosok yang melahirkan banyak penghapal Qur’an lewat Pesantren Putri Walisongo Cukir. Bahkan Kiai Adlan juga dikenal sangat istikamah salat jamaah di Masjid Tebuireng.
KH Adlan Aly pernah mengalami masa sulit dalam belajar. Pasalnya Indonesia saat itu belum merdeka. Meskipun demikian, kepribadian KH Adlan Aly merupakan seorang yang tekun dan pekerja keras dalam mendalami khazanah keislaman di Pesantren Tebuireng.
Menurutnya, terjun ke dunia pendidikan sebagai ikhtiar untuk mengisi kemerdekaan. Pendidikan yang telah lama terkungkung belenggu imperialisme dan kolonialisme, di mana pada masa penjajahan pendidikan merupakan suatu yang sulit untuk didapat apalagi dikembangkan.
Di antara pesan yang sangat dalam dan penuh makna dari beliau adalah, “Selesaikan belajarmu baik di sekolah formal maupun non formal, saya doakan, semoga ke depan diberikan tambahan ilmu yang bermanfaat jika hendak memperoleh tambahan ilmu, hendaklah serius dalam mengabdi kepada Allah.”
Riwayat hidup dan perjuangan KH Adlan Ali dapat digali dalam buku “Karomah Sang Wali: Biografi KH Adlan Ali.” Buku ini ditulis oleh Anang Firdaus, Dosen Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.
Ahmad Fao
Informasi yang sangat menarik
Silakan kunjungi website kami untuk informasi lainnya
https://unair.ac.id/
Artikel ini sangat menarik untuk dibaca. Artikel ini memberi pengetahuan yang lebih dalam bagi pembaca. Artikel menarik lain dapat diakses melalui website https://unair.ac.id/