Mengutip prinsip yang sering diajarkan oleh masyaikh Lirboyo, Gus Basyar Rohman mengatakan bahwa rezeki yang didapat dari usaha sendiri lebih baik dari pada rezeki yang didapat dengan tanpa usaha. “Rezeki yang diawali dengan pergerakan, dengan bercucuran keringat, ini jauh lebih berkah ketimbang rezeki yang datangnya tidak disangka-sangka,” ungkapnya. Hal tersebut disampaikan melalui konten video pendek NU Online, Kamis (28/12/2023).
Ia juga menyampaikan tentang pentingnya alumni pesantren untuk berwirausaha. Menurutnya, tugas utama santri adalah mengajarkan ilmu yang dimilikinya. Adapun supaya dalam mengajar tidak mendapatkan banyak kendala waktu maupun logistik, maka berwirausaha menjadi salah satu tawaran solusi yang baik.
Di samping itu, masyarakat pesantren meyakini bahwa mengajar adalah tugas mulia dan merupakan pengabdian kepada umat. Sehingga, tidak elok menurut mereka ketika orientasi mengajar adalah uang.
Analogi rasional dan mudah diterima dari statementnya ialah; Pertama, setiap manusia butuh pada sandang, pangan, dan papan untuk melanjutkan hidup. Ketiganya bisa diraih dengan kepemilikan harta untuk membelinya. Kedua, berwirausaha bisa mengatur waktunya sendiri. berbeda dengan orang yang bekerja sebagai karyawan atau pegawai yang waktu kerjanya diatur oleh atasan. “idealnya, santri itu berwirausaha,” tambahnya.
Pria yang akrab dipanggil Gus Basyar tersebut juga menambahkan bahwa jiwa militan yang dimiliki kaum pesantren tidak banyak dimiliki oleh kalangan non pesantren. Hal ini kemudian olehnya dipandang sebagai modal utama untuk santri berwirausaha.
Di samping alasan keidealan dan peluang, ada beberapa manfaat yang bisa didapat dari kegiatan berwirausaha yang dilakukan oleh kaum pesantren. Pertama, manfaat untuk dirinya sendiri sebagaimana yang telah disinggung di awal bahwa dengan berwirausaha, kaum pesantren bisa memenuhi kebutuhan ekonominya tanpa harus banyak meninggalkan kewajibannya untuk mengajar. Kedua, manfaat untuk masyarakat luas yaitu terciptanya lapangan kerja baru. Ketiga, kemandirian ekonomi bagi dirinya dan orang-orang sekitar.
Bagi santri yang tidak berkesempatan berwirausaha, Gus Basyar menyarankan untuk tetap bekerja sendiri dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Lagi-lagi kembali ke prinsip di muka bahwa hasil jerih payah sendiri lebih berkah dari pada belas kasih orang lain.
Ia juga mengaku dirinya merupakan sebagian kalangan yang meyakini bahwa bekerja untuk menyambut rezeki merupakan bagian dari ibadah. Akan tetapi, ia juga menyampaikan ketentuan-ketentuan bekerja yang bisa dikatakan ibadah.
Pertama, kesibukan bekerja tidak sampai membuat kita lalai dari salah satu tugas utama kita diciptakan, yaitu berdakwah. Kedua, bekerja tidak menjadikan kita lupa kewajiban untuk beribadah. Ketiga, bekerja tidak menjadikan kita lupa akan tanggung jawab besar seorang santri, yaitu mengajar.
“Dengan ekonomi yang mapan maka kita akan lebih mudah dalam melaksanakan tugas kita menjadi pendakwah di muka bumi ini,” pungkasnya.
Baca juga: Pesantren Mandiri Lewat Wirausaha