Malam ini kita memasuki bulan Rajab, bulan yang penuh berkah dan ke-agungan. Mungkin kita dari kita bertanya-tanya, Mengapa bulan Rajab diberi nama atau disebut bulan Rajab?
Penamaan Bulan Rajab
Ada beberapa pendapat yang mungkin bisa saya jelaskan di bawah ini terkait Penamaan Bulan Rajab.
Nama Rajab memiliki arti, yaitu Al-Ashom. Penamaan bulan Al-Ashom karena para malaikat Kirom Al Katibin (para malaikat yang mulia selaku pencatat amal) hanya mencatat amal-amal baik saja dan tidak mencatat amal-amal jelek, berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Itulah sebabnya bulan Rajab disebut juga bulan ashom (tuli) karena para malaikat tidak mendengar kejelekan dari orang-orang mukmin yang harus mereka catat. (Misykatul Anwar).
Orang Arab mengagungkan bulan Rajab ini, sehingga mereka biasa berkata Rajabtu asy syaia (aku mengagungkan sesuatu), sehingga bulan ini mereka beri nama bulan Rajab.
Di antara bentuk pengagungan penduduk Arab terhadap bulan Rajab adalah Petugas Ka’bah membuka pintu Ka’bah di bulan ini sebulan penuh, sedangkan di bulan-bulan yang lain mereka tidak membukanya kecuali pada hari Senin dan Kamis. Dengan terbukanya pintu Ka’bah, mereka berkata “Bulan ini adalah bulan Allah, Rumah ini adalah Rumah Allah dan semua hamba adalah hamba Allah, maka seorang hamba tidak terhalang dari Rumah Allah di bulan Allah ini”. (Arajiyyah).
Dan dikatakan (Qila) Bahwa ketika bulan Rajab telah pergi dan berganti bulan, maka ia naik ke langit, lalu Allah Taala bertanya “Wahai bulan-Ku, apakah para makhluk mencintaimu dan mengagungkanmu?”
Rajab pun diam dan tidak menjawab hingga Allah mengulangi pertanyaannya sampai dua, tiga kali, kemudian Rajab menjawab “Wahai Tuhanku, Engkau adalah Dzat yang Maha menutupi aib, Engkau pun memerintahkan makhluk-Mu untuk menutupi aib makhluk lainnya dan Rasul-Mu menyebutku dengan sebutan “Ashom” (tuli), aku hanya mendengar ketaatan mereka dan tidak mendengar kemaksiatan mereka. Karena itulah bulan Rajab dinamakan bulan Al-Ashom.
Kemudian Allah Taala berfirman “Engkau adalah bulan-Ku yang memiliki aib, yang tuli, dan hamba-hamba-Ku juga memiliki aib. Sebagaimana Aku menerimamu, Aku pun menerima mereka lantaran kemuliyaanmu, Aku akan mengampuni mereka dengan satu penyesalan di dalammu dan Aku tidak akan mencatat kemaksiatan bagi mereka di dalammu”. (Arajiyyah).
Dikatakan Bulan Rajab memiliki tiga huruf, yaitu (Ro) yang menunjukkan arti Rahmatullah (rahmat Allah), (Jim) yang menunjukkan arti Jarmil abdi (dosa seorang hamba), dan (Ba’) yang menunjukkan arti Birrullahi Taala (kebaikan Allah Taala). Maksudnya adalah Seolah-olah Allah Taala berfirman; Wahai hamba-Ku, Aku jadikan dosamu di antara kebaikan dan rahmat-Ku hingga tidak ada dosa yang tersisa padamu lantaran kemuliaan bulan Rajab. (Majalisul Anwar).
Nabi alaihishshalatu wassalam bersabda; “Bulan Rajab adaln bulan Allah, bulan Syaban adalah bulanku dan bulan Ramadlan adalah bulan umatku”.
(Maksudnya adalah Allah Taala membuka untuk hamba-Nya pintu maaf dan pengampunan pada bulan rajab tanpa perantara syafaat seseorang, sedangkan di bulan Sya’ban pintu maaf dan ampunan dengan menggunakan perantara syafaat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sedangkan untuk bulan Ramadan dengan lantaran syafaat umat. (Bughyah. Pnt).
Syaikh Abu Muhammad Al-Khalal mentakhrij keutamaan bulan Rajab dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi alaihishshalatu wassalam tidak pernah berpuasa setelah bulan Ramadlan kecuali bulan Rajab dan Syaban”.
Imam Al-Bukari dan Muslim mentakhrij sebuah hadits yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad alaihishshalatu wassalam bersabda; “Sesungguhnya di surga terdapat sungai bernama Rajab, airnya putih lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, barangsiapa yang berpuasa satu hari dari bulan Rajab, maka Allah akan memberinya minum dari air sungai tersebut”. (Arajiyyah).
Keutamaan Bulan Rajab
Terdapat sebuah riwayat tentang keutamaan bulan rajab, di mana Nabi Muhammad bersabda: “Ingatlah bahwa bulan Rajab adalah bulan Allah yang tuli (dari amal jelek)”
- Barangsiapa yang berpuasa satu hari pada bulan Rajab karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dia berhak mendapatkan ridla Allah yang besar.
- Barangsiapa yang berpuasa dua hari, maka penghuni langit dan bumi tidak akan mampu mensifati kemuliannya di sisi Allah Taala.
- Barangsiapa yang berpuasa tiga hari, maka akan terlindungi dari semua bala dunia dan terlindungi dari siksa akhirat, gila, kusta, lepra serta dari fitnah Dajjal.
- Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari, maka tujuh pintu neraka jahannam terkunci untuknya.
- Barangsiapa yang berpuasa delapan hari, maka tujuh pintu sorga terbuka baginya.
- Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari, maka tidaklah ia memohon sesuatu kepada Allah kecuali Allah akan memberinya.
- Barangsiapa yang berpuasa lima belas hari, maka Allah Taala akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan mengganti amal jeleknya dengan kebaikan, dan barangsiapa yang menambah, maka Allah Taala akan menambah pahalanya. (Zubdah).
Nabi alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Barangsiapa yang menghidupkan malam pertama dari bulan Rajab, maka hatinya tidak akan mati pada hari semua hati mati, dan Allah Taala benar-benar akan mencurahkan kebaikan dari atas kepalanya, dan ia keluar dari dosa seperti hari saat ia dilahirkan oleh ibunya, dan ia mendapat ijin untuk menolong 70 ribu orang ahli berbuat kesalahan yang berhak masuk neraka”. Demikianlah yang penjelasan yang terdapat dalam kitab Lubbul Albab karya Syaikh Tajul Arifin. (Aghrojiyah).
Muqatil radliyallahu anhu meriwayatkan, Dia berkata; Sesungguhnya di balik gunung Qof terdapat belahan bumi berwarna putih, tanahnya seperti perak, luasnya seluas dunia tujuh kali lipat dan penuh dengan para malaikat, seandainya ada jarum yang jatuh, niscaya jarum itu akan mengenai mereka, di tiap tangan para malaikat, masing-masing memegang bendera yang bertuliskan; “Laa ilaaha illallahu Muhammadur rasulullah”. Setiap malam jum’at di bulan Rajab mereka berkumpul di sekeliling gunung Qof merendahkan diri dan memohonkan keselamatan bagi umat Nabi Muhammad seraya berkata: “Wahai Tuhanku, Sayangilah umat Muhammad dan janganlah Engkau menyiksanya, dan mereka merendahkan diri memohonkan ampun sampai subuh”. lalu Allah Taala berfirman “Wahai malaikat-Ku, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku benar-benar memberi ampun bagi mereka (umat Muhammad)”. (Majalisul Anwar).
Riwayat Bulan Rajab
Ada riwayat dari Abu Bakar As Shiddiq radliyallahu Taala anhu ia berkata: Apabila sepertiga malam dari bulan Rajab telah berlalu pada awal jum’at, tidak satupun malaikat di langit dan di bumi kecuali semuanya berkumpul di Ka’bah, lalu Allah Taala memandang mereka dan berfirman “Wahai para malaikat-Ku, mohonlah apa yang kalian kehendaki?”.
Para malaikat berkata “Wahai Tuhan kami, hajat kami ialah agar Engkau mengampuni orang yang berpuasa di bulan Rajab”.
Allah Taala berfirman “Aku benar-benar telah mengampuni mereka”.
Terdapat riwayat dari Aisyah radliyallahu Taala anha ia berkata, Nabi alaihishshalatu wassalam bersabda; “Pada hari kiamat semua manusia kelaparan kecuali para Nabi, keluarganya dan orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab, Syaban dan Ramadlan, sesungguhnya mereka kenyang, tidak ada lapar dan dahaga bagi mereka”. (Zubdatul Waidzin).
Terdapat sebuah khabar “Pada hari kiamat sang penyeru akan berseru; Dimanakah Rajabiyyun (orang-orang yang senentiasa beribadah di bulan Rajab)? Lalu mereka melewati Shirath bagaikan petir menyambar kemudian bersujud kepada Allah Taala bersyukur karena dapat melewati Shirath, lalu Allah Taala berfirman: “Wahai Rajabiyyun, angkatlah kepala kalian pada hari ini, kalian telah melakukan sujud di dunia di dalam bulan-Ku, pergilah ketempat kalian”.(Rawnaqul Majalis).
Sholat Roghoib dan Hukumnya
Berpuasa pada bulan Rajab dan Syaban hukumnya sunnah, adapun shalat yang memang khusus pada bulan Rajab, tidak ada ketentuan dan ketetapan dari Syara’. Banyak orang-orang di zaman sekarang ini tertipu dengan meluasnya informasi tentang shalat khusus yang pelaksanaannya hanya ada pada bulaan Rajab. di Negara-negara besar banyak yang menyebut bahwa shalat ini adalah Shalat Roghoib yang pelaksanaannya pada malam Jumat pertama pada bulan Rajab.
Shalat Roghoib adalah shalat yang pelaksanaanya pada malam Jumat pertama dari bulan Rajab. Pelaksanaannya adalah waktu antara maghrib dan isya, dilaksanakan sebanyak 12 rakaat dengan enam kali salam (dan didahului dengan berpuasa pada hari kamis). Pada setiap rakaat membaca surat Al Fatihah satu kali, Al Qadr tiga kali dan Al Ikhlash 12 kali.
Setelah salam membaca; “Allahumma shalli ala Muhammadininnabiyyil ummiyyi wa ala alihi” 70 kali, lalu sujud, dan pada saat sujud membaca; “Subbuhunquddusu Rabbul malaikati warruh” 70 kali, lalu bangun dari sujud dan membaca “Robbighfir warham watajawaz amma talam, innaka antal aliyyul adzim” (pada redaksi lain berupa; innaka antal aliyyul aazzul akrom) 70 kali. Lalu sujud lagi dan membaca seperti bacaan sujud sebelumnya kemudian berdoa kepada Allah di dalam sujud, maka Allah tidak akan menolak doanya. Hadits ini aku temukan dalam kitab Razin dan aku tidak pernah menemukannya dlam kitab hadits manapun. (Jamiul Ushul fi Ahaditsirrosul). Pnt).
Baca Juga : Bulan Rajab dalam Pesan Gus Baha
Bagaimana ketentuan hukum Shalat Roghoib ini?
Shalat Roghoib ini hukumnya Bid’ah dholalah, para ulama ahli hadits berkata “Hadits yang menerangkan tentang shalat Roghoib, status haditsnya adalah maudlu. Sehingga tidak boleh digunakan sebagai dasar hukum mengerjakan shalat Roghoib”.
Adapun orang yang pertama kali mengerjakan shalat ini adalah Ibn Al Jahmi (Qila wa qola). Ketika Ibn Al Jahmi diklarifikasi terkait dasar hukumnya, dirinya tidak bisa mendatangkan hadits tentang shalat Roghoib, bahkan ketentuan shalat ini tidak ada dalam kitab dan risalah.
Shalat Roghoib ini, Nabi Muhammad alaihishshalatu wassalam tidak pernah mengerjakannya, tidak pula salah seorangpun dari sahabat beliau, dan beliau tidak pernah menganjurkannya, maka mengerjakan shalat tersebut hukumnya bid’ah, tidak mendapatkan pahala bahkan termasuk bermain-main dalam agama, yang dikhawatirkan akan mendapatkan siksa. (Rumy).
Nabi Muhammad alaihishshalatu wassalam bersabda “Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam urusan Agama), sebab setiap perkara yang baru adalah bidah, setiap bidah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”.
Dalam hadits lain Nabi Muhammad alaihishshalatu wassalam bersabda “Seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang di ada-adakan (dalam urusan Agama)”.
Dari kedua hadits di atas menunjukkan bahwa shalat pada malam rajab pada malam jum’at awal bulan Rajab adalah bidah dan sesat karena termasuk hal baru yang di ada-adakan dalam urusan Agama, karena tidak terdapat pada masa Sahabat dan Tabiin dan juga tidak pula di zaman para Imam-iman Mujtahid. Bahkan shalat Roghoib ini terjadi setelah tahun 400 Hijriyah.
Para ulama mutaqaddimin dan ulama mutaakhkhirin mencelanya dan menjelaskan bahwa shalat itu adalah bid’ah qobihah yang mengandung kemungkaran, maka tinggalkanlah shalat ini dan berpegang teguhlah dengan ketaatan hingga engkau mendapatkan sorga yang luhur dan derajat yang tinggi.(Majalisu Ar Rumy).
Baca juga : 10 Amalan Sunah di Bulan Rajab dan Dalilnya
Kisah Di bulan Rajab
Diceritakan, bahwa di Baitul Muqoddas ada seorang wanita yang ahli ibadah, apabila bulan Rajab tiba, setiap hari ia membaca surat Al Ikhlas sebanyak 12 kali karena mengagungkannya, dan ia melepas pakaian yang halus dan memakai pakaian yang kasar. Kemudian, pada bulan Rajab ia menderita sakit dan berwasiat kepada putranya untuk mengubur dan membungkusnya dengan pakaian kasarnya, namun putranya membungkusnya dengan kain yang bagus karena pamer, maka ia bermimpi melihat ibunya berkata; Wahai anak kecilku, kenapa engkau tidak melaksanakan washiyatku, sungguh aku tidak ridla kepadamu? Ia terkejut dan terbangan, lantas ia segera menggali kuburan ibunya, namun ia tidak menemukan jasad ibunya di sana, ia bingung dan menangis sedih, lalu ia mendengar seruan berkata; Apakah kamu tidak tahu bahwa orang yang mengagungkan bulan kami yaitu Rajab kami tidak akan meninggalkannya seorang diri. (Zubdatul Waidzin).
Diceritakan dari Tsauban, ia berkata: Kami bersama Nabi Muhammad melewati sebuah kuburan, lalu beliau berhenti dan menangis sedih, kemudian berdoa kepada Allah Taala.
Aku bertanya kepada beliau: Kenapa engkau menangis wahai Rasulallah?
Beliau menjawab “Wahai Tsauban, ahli kubur itu sedang disiksa di dalam kuburnya, aku berdoa untuk mereka, Maka Allah Taala meringankan siksa mereka“, lalu Nabi alaihishshalatu wassalam berfirman “Wahai Tsauban, seandainya mereka berpuasa satu hari dari bulan Rajab dan tidak tidur beribadah malam darinya, maka mereka tidak akan disiksa di dalam kuburnya”.
Aku bertanya “Wahai Rasulallah, apakah puasa satu hari dan ibadah malam dari bulan Rajab dapat mencegah siksa kubur?”
Beliau menjawab “Wahai Tsauban, demi Dzat yang mengutusku sebagai Nabi yang haq, tidaklah seorang muslim dan muslimat yang berpuasa satu hari dan beribadah malam dari bulam Rajab karena mengharap ridla Allah Taala, maka Allah akan mencatat baginya pahala ibadah selama satu tahun disertai puasa di siang hari dan ibadah di malam harinya”. (Zubdatul Waidzin).