Perayaan maulid di Majene memiliki keunikan tersendiri. Kota ini memiliki banyak rangkaian kegiatan pada hari maulid untuk merayakan hari lahirnya Baginda Nabi Muhammad Saw sekaligus mengenang perjuangan Syekh Abdul Mannan dalam menyebarkan syariat Islam di Majene.
Kegiatan ini dilaksanakan tepatnya di Masjid Syekh Abdul Mannan Salabose, Masjid yang kira-kira dibangun sejak abad ke-16 oleh Tokoh Penyebar Syariat Islam di tanah Mandar, yakni Syekh Abdul Mannan yang masyhur dikenal dengan To Salamaq di Salabose.
Keunikan perayaan maulid di Salabose ini terletak pada tiriq (bahasa lokal Mandar) dan Messawe To Tamma (Menaiki kuda hias bagi yang sudah khatam Qur’an). Tiriq merupakan tempat untuk menancapkan batang kayu yang sudah dihias dan ujungnya dipasang telur rebus. Tiriq tersebut dibuat dengan berbagai bentuk, ada yang bentuk rumah, lemari, perahu hingga pesawat.
Di akhir kegiatan, Masyarakat akan berebut tiriq tersebut dan memakan isi telurnya yang diyakini memiliki berkah. Dan bagi yang menaiki kuda hias, akan diarak oleh Masyarakat ke makam Syekh Abdul Mannan untuk berziarah, sebagai bentuk rasa syukur atas perjuangan Syekh Abdul Mannan dalam menyebarkan syariat Islam di Majene sekaligus memberikan contoh agar Masyarakat semangat dalam mengkhatamkan al-Qur’an.
Selain itu, salah satu rangkaian kegiatan yang tak kalah menarik dari perayaan maulid ini adalah menampilkan barang-barang purbakala peninggalan Syekh Abdul Mannan. Diantara barang peninggalannya:
Al-Qur’an
Salah satu barang peninggalannya yang ditampilkan adalah al-Qur’an yang ditulis tangan dengan ukuran Panjang 15,5 cm, lebar 12 cm dan memiliki tebal 4,5 cm. Ditutupi dengan sampul yang terbuat dari bahan kulit berwarna coklat. Menurut catatan Sejarah, al-qur’an tersebut sudah mencapai usia ratusan tahun.
Bendera Kerajaan Banggae
Barang peninggalan lainnya adalah bendera Kerajaan Banggae, I macan. Bendera ini memiliki panjang 211 cm, lebar 107 cm, dan berwarna kuning dengan pinggiran warna merah. Bendera tersebut memiliki gambar orang yang berkuku harimau sedang mengendarai kuda. Tangan kananya memegang perang dan juga memakai topi perang. Sementara di bagian sudutnya tertulis nama Khulafaurrosyidin, Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Keris Pusaka
Selain itu, ada keris puasaka Tomakaka di Poralle. Keris ini memiliki Panjang 40 cm dan lebar 6 cm. Dulunya, keris ini digunakan oleh panglima perang pada masanya.
Sebelum barang-barang bersejarah tersebut dibawah ke panggung utama untuk dipamerkan. Sebelumnya, akan ditampilkan tarian tradisional, Tari Pattu’duq. Setiap tahunnya, tepat pada perayaan maulid Nabi Muhammad Saw tiga benda bersejarah tersebut kembali ditampilkan.
Baca juga: Berbagai Tradisi Unik di Indonesia Sambut Bulan Maulid