tebuireng.co– As-Syibli, dikenal juga dengan nama Abu Bakar, sedangkan nama aslinya adalah Dalf bin Jahdar, seorang sufi masyhur berdarah Turki. Ia berguru kepada para pembesar ulama tasawuf, seperti Khairu An-Nassaj, murid dari Syaikh As-Sari As-Saqathi.
Ia juga belajar kepada Abu Hamzah Al-Baghdadi dan di tangannyalah, Asy-Syibli bertaubat dan kembali kepada Allah Swt. Tidak berselang lama ia bertemu dengan Imam Junaidi Al-Baghdadi, Syaikh dari para ulama sufi.
Asy-Syibli senantiasa melakukan mujahadah dengan keras sepanjang hidup Imam Junaidi sampai wafatnya Imam Junaidi pada tahun 297 H. Semenjak itu ia berkawan dengan al-Hallaj, hal itu diketahui saat ia sering mengunjungi al-Hallaj saat dipenjara. Akan tetapi ia tidak mengikuti ajaran al-Hallaj yang mempercayai ‘bersatunya antara makhluk dan Sang Khalik’. Bahkan As-Syibli menempuh jalan yang berbeda dari al-Hallaj, ia lebih mendalami ilmu fikih dan periwayatan hadis Nabi.
Konon, tatkala al-Hallaj dihukum mati, as-Syibli khawatir kepada dirinya. Karena ia sering mengunjungi al-Hallaj. Oleh karena itu ia berpura-pura gila, hingga mengharuskannya untuk dirawat di rumah sakit untuk mengobati sakit jiwanya tersebut.
Setelah sembuh dari perawatan, ia berdakwah dan didatangi oleh banyak kalangan umat. Di antaranya Ali bin Isa, menteri dari Khalifah al-Muqtadir. Asy-Sibli senantiasa istiqamah berdakwah di Baghdad dengan kedudukannya yang tinggi hingga wafat pada tahun 334 H dalam umur 87 Tahun.
Keistimewaan As-Syibli
Suatu ketika, di saat masyarakat Baghdad menganggapnya gila, As-Syibli mendatangi majelis Abu Bakar bin Mujahid. Melihat kedatangannya, Abu Bakar bin Mujahid langsung bangun dari duduknya. Ia menyambut dengan memeluk dan mencium keningnya.
Setelah kejadian itu, Abu Bakar bin Mujahid ditanya oleh salah seorang muridnya, “Wahai Guru! Engkau melakukan yang demikian kepada Abu Bakar Dalf bin Jahdar as-Syibli. Padahal engkau dan semua penduduk Baghdad menganggapnya sinting?”
Abu Bakar bin Mujahid menjawab: “Apa yang aku lakukan kepadanya karena mencontoh yang dilakukan Rasulullah kepadanya. Aku pernah bermimpi melihatnya datang kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah bangun dari duduknya dan mencium keningnya.”
Lalu dengan heran aku bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah! Engkau berbuat demikian kepada Abu Bakar Dalf bin Jahdar as-Syibli?”
Rasulullah menjawab, “Itu karena as-Syibli sehabis shalat senantiasa membaca ayat:
لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
Lalu ia melanjutkannya dengan membaca shalawat kepadaku sebanyak 3 kali.”
Referensi:
Team Kajian 3 Aliyah ’48, Pujangga Sepanjang Masa, 2017.
Syarh Ratibul Haddad.
(Q.S. At-Taubah: 128-129)