Saat kunjungan ke Pondok Pesantren Tebuireng pada 20 April 2019 lalu, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), Kepada KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) bercerita bahwa ia sering meminta muhibbinnya untuk membaca dan mempelajari kitab KH M Hasyim Asy’ari. Hal ini diharapkan dapat membuat umat Islam terkhusus Nahdlatul Ulama berada dalam jalur yang benar terus menerus.
Kecintaan Gus Baha terlihat dari keseriusannya mempelajari kitab-kitab Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Bahkan saat berkunjung ke Korea Selatan, ia juga mewajibkan untuk seluruh masjid yang diisi oleh warga NU di Korea Selatan untuk mengkaji kitab risalah ahlussunnah wal jamaah. Ini bukti bahwa Gus Baha’ mengagumi dan menghormati betul sosok Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari.
Hal ini tidak mengherankan, karena sosok yang dimuliakan Gus Baha yaitu KH Maimoen Zubair juga sangat mengidolakan KH M Hasyim Asy’ari. Hal ini diceritakan langsung oleh Gus Baha ke Gus Kikin. Menurutnya, kecintaan gurunya tersebut terlihat dari banyaknya kutipan pidato dan tulisan Mbah Maimoen yang dikutip dari kitab KH M Hasyim Asy’ari sebagai referensi pemikiran, khususnya risalah ahlussunnah wal jamaah,”
Baca juga : Peran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Pendirian NKRI
Gus Baha juga sempat melihat dari dekat kamar tidur Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari dan foto-foto keluarga besar Pesantren Tebuireng dengan didampingi oleh Gus Kikin. Hari ini, 7 Ramadhan 1442 tepat hari wafatnya KH M Hasyim Asy’ari 76 tahun lalu. Hingga kini, makamnya pendiri Nahdlatul Ulama dan Pondok Pesantren Tebuireng ini terus didatangi oleh peziarah dari dalam dan luar negeri.
Gelar Hadratussyaikh Bagi KH M Hasyim Asy’ari
KH M Hasyim Asy’ari adalah sosok Kyai kharismatik yang mendapatkan gelar kehormatan yang berupa gelar Hadratussyaikh. Gelar ini bukan gelar main-main atau hanya penyandangan gelar begitu saja sebagai bentuk kepantasan, Bukan. Bukan karena jasa beliau terhadap umat islam di Indonesia atau karena beliau sebagai pendiri organisasi terbesar di Indonesia yaitu NU (Nahdlatul Ulama), Bukan itu semua.
Gelar ini sudah beliau sandang ketika beliau KH M Hasyim Asy’ari masih berdomisi di Hijaz (arab saudi). Yang melatarbelakangi beliau mendapatkan gelar kehormatan ini karena Beliau telah memenuhi kualifikasi keilmuan yang tinggi, terutama dalam bidang ilmu hadits. Sehingga para ulama di masanya sepakat bahwa beliau, KH M Hasyim Asy’ari berhak menyandang dan mendapatkan gelar ini. Gelar ini tidak sembarangan, tidak semua ulama di zamannya menyandang gelar ini, kecuali bagi yang telah lulus verifikasi para ulama sezamannya
Untuk KH M Hasyim Asy’ari, gelar Hadratussyaikh sudah layak disandangnya, karena beliau sudah lulus verifikasi para ulama sezamannya, karena banyak kitab-kitab induk yang sudah beliau kuasai terutama fan hadits yang terkenal dengan sebutan Kutubus Sittah yang meliputi Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, Ibnu Majah.
Meskipun menguasai fan hadits Kutubus Sittah, bukan berarti kitab-kitab besar lainnya yang mencakup fan tafsir, fiqh, tauhid, tasawwuf, ushul dan lain sebagainya beliau tidak mengusai. Beliau sudah menguasai itu semua. Cuma fan yang beliau geluti dan kecimpungi adalah semua yang berhubungan dengan fan hadits, seperti tentang matan hadits, sanad hadits, hadits riwayah, hadits diroyah dan lain sebagainya.
Seharusnya Seorang Santri
Sebagai seorang Santri Nahdlatul ulama, sudah selayaknya kita mengidolakan beliau, Hadratussyaikh M Hasyim Asy’ari, sehingga manhaj kita tidak keluar dari khittoh ahlussunnah wal jamaah. Tidak usahlah kita mencari keluar dan kita mengikuti jejak ustadz-ustadz modern sekarang yang tersebar di youtube yang tidak jelas kredibilitasnya.
Dengan mengidolakan seorang sosok panutan, hati kita akan selalu terpaut dan mengikuti semua petuah dan petunjuknya serta selalu dalam manhaj yang telah beliau gariskan untuk para pengikutnya.
Tidaklah salah jika seorang santri atau murid mengikuti jejak Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari dengan cara mengikuti manhaj beliau, kesungguhannya, keikhlasannya, kegetolannya serta ikut andil dalam Organisasi yang beliau dirikan, karena hampir semua pondok pesantren yang besar dan ternama di bumi indonesia ini semuanya pernah berguru kepada Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, baik secara langsung atau secara tidak langsung kepada beliau.
Dengan mengikuti jejak dan langkah para ulama, terutama pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama, kita sebagai santri sudah mengambil langkah tepat, sebagaimana ungkapan dalam sebuah syair:
تَشَبًّهُوْا اِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا مِثْلَهُمْ فَاِنَّ التَّشَبَّهَ بِالرِّجَالِ فَلَاحٌ
‘Tirulah mereka (para ulama’), walaupun kalian tidak dapat menyamai mereka, karena sesungguhnya meniru mereka (saja) adalah sebuah kebahagiaan.’