tebuireng.co – Kebohongan di era digital seakan semakin masif dan dilakukan secara terbuka. Hal ini menyebabkan bohong jadi sebuah kebiasaan dan menyebabkan pelakunya tidak merasa bersalah.
Sifat bohong merupakan kondisi psikologis yang biasa terjadi dalam keseharian. Sifat bohong dinyatakan sebagai laku koruptif ketika berhasil memanipulasi dan merugikan orang lain. Kebohongan sama dengan korupsi.
Disrupsi informasi menyebabkan sulitnya membedakan antara jujur dan bohong. Kerangka kebohongan di era digital seringkali muncul dari tipu daya iklan, berita hoaks atau konten prank. Tentu saja melahirkan banyak korban yang sulit dijangkau.
Kejahatan yang terjadi setahun belakangan ini seperti investasi bodong, skenario palsu polisi tembak polisi, dan lain sebagainya, adalah akibat kehebatan mengelola kebohongan dengan baik. Padahal, bohong secara sederhana adalah kecenderungan dari sifat manusia. Semua orang dipastikan pernah berbohong.
Perbuatan bohong semakin masif ketika ada kontestasi politik, demi menjaga jagoannya tetap memiliki nama baik maka bohong pun dilakukan secara masif. Kebohongan tersebut dibagi-bagikan di berbagai media sosial dan dianggap benar karena dilakukan banyak orang secara terus menerus.
Berbohong sebagai siasat komunikasi, kini dianggap mampu mempertahankan eksistensi dan mekanisme pertahanan diri. Seperti lomba atau kontes, semakin hebat berbohong, semakin berpotensi menjadi pemenang, dan ketika semakin jujur, semakin tidak mendapatkan apa-apa.
Perlu ada ruang autokritik dan analisis kritis terhadap sifat bohong yang ada dalam diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar. Kepekaan kolektif dalam memaknai integritas. Lalu saling memberi pandangan terkait cara mendeteksi kebohongan.
Partisipasi warga menjadi sangat penting karena seniman partisipan menjadikan peristiwa seni yang digulirkan sebagai alat untuk melakukan eksperimen sosial dan metode pengumpulan data.
Dalam konteks “Kontes Berbohong”, pernyataan bahwa “semua orang adalah pembohong” diuraikan ke dalam anggapan bahwa “semua orang juga dapat mendeteksi kebohongan”.
Lalu bagaimana Al-Qur’an bicara tentang pembohong?
Salah satu ayat Al-Qur’an yang bicara tentang pembohong adalah ayat 105 surat An-Nahl:
مَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong.
Ayat ini turun karena orang kafir menuduh Nabi Muhammad sebagai pembohong, orang kafir juga meyakini ayat-ayat yang disampaikan adalah hasil karyanya sendiri, bukan dari Allah.
Menepis tuduhan itu Allah menegaskan sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak mau beriman kepada ayat-ayat Allah, baik yang termaktub dalam Al-Qur’an maupun terbentang di alam semesta, dan mereka itulah pembohong sejati, bukan Nabi Muhammad.
Ayat lain yaitu:
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Artinya: “Sungguh telah kami uji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui orang yang jujur dan mengetahui orang yang dusta” [QS. Al-Ankabut: 3].
وَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَـرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اَوۡ قَالَ اُوۡحِىَ اِلَىَّ وَلَمۡ يُوۡحَ اِلَيۡهِ شَىۡءٌ وَّمَنۡ قَالَ سَاُنۡزِلُ مِثۡلَ مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُؕ وَلَوۡ تَرٰٓى اِذِ الظّٰلِمُوۡنَ فِىۡ غَمَرٰتِ الۡمَوۡتِ وَالۡمَلٰٓٮِٕكَةُ بَاسِطُوۡۤا اَيۡدِيۡهِمۡۚ اَخۡرِجُوۡۤا اَنۡفُسَكُمُؕ اَلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ الۡهُوۡنِ بِمَا كُنۡتُمۡ تَقُوۡلُوۡنَ عَلَى اللّٰهِ غَيۡرَ الۡحَـقِّ وَكُنۡتُمۡ عَنۡ اٰيٰتِهٖ تَسۡتَكۡبِرُوۡنَ
Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zhalim (berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.” Pada hari ini kamu akan dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kamu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 93)
Di surat Al-An’am ini Allah menjelaskan azab pembohong yang mengaku menerima wahyu dari Allah, padahal tidak begitu adanya.