tebuireng.co – Kebersihan pesantren sering berbanding lurus dengan kemampuan finansial tak terkecuali bahkan di lingkungan pesantren era modern.
Bisa jadi kaitannya adalah dengan kemampuan untuk membayar petugas kebersihan. Padahal lebih dari itu, kebersihan adalah cermin dari kedisiplinan, kepedulian, tanggung jawab dan integritas (istiqomah) anggota lingkungan tersebut.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tentunya memiliki tanggung jawab dalam mendidik santrinya menjadi karakter-karakter islami yang bertanggung jawab, disiplin, peduli dan berintegritas.
Salah satu pengaplikasiannya dengan pendidikan menjaga kebersihan di lingkungan pesantren. Bentuknya beragam mulai dari himbauan, teguran, denda, apresiasi dan depresiasi, hadiah dan lain-lain dalam bentuk peraturan tertulis formal ataupun tidak tertulis.
Pekerjaan menjaga kebersihan sebetulnya bukanlah perkara yang sulit. Tidak jauh dari merapikan barang yang sudah dipakai, membuang sampah pada tempatnya setelah selesai dimanfaatkan, membersihkan kotoran dari faktor luar yang tidak terelakkan (debu, daun rontok).
Sebetulnya, kebersihan pesantren hanya pekerjaan sederhana yang bisa dilakukan setiap orang. Sulitnya adalah mendidik perilaku bersih.
Disiplin dan tanggung jawab membersihkan kotoran yang dibuat sendiri, peduli lingkungan, membersihkan kotoran orang lain atau factor luar dan istiqomah dalam jangka waktu yang panjang diawasi ataupun tidak.
Kalau dipandang dari sisi pendidikan islami, meskipun dengan sedikit sekali perbedaan, kebersihan biasanya dibahasakan sebagai kesucian.
Kebersihan dan kesucian adalah ajaran Islam yang fitrah. Artinya semua orang condong, nyaman dan menyukai kebersihan dan kesucian.

Dampak positifnya gerakan kebersihan pesantren tentu kepada tingginya produktifitas (materil ataupun non materil) lingkungan bersih dibanding kotor.
Ini jugalah yang memberikan kesan tempat yang bersih dan suci adalah lingkungannya orang-orang sholeh, berilmu, beradab, produktif dan yang pasti orang-orang yang multazim (disiplin).
Sebagaimana faktanya sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari santri. Sebagian santri berpikiran kebersihan pesantren dan diri belum jadi prioritas. Santri yang tidak mandi di pagi hari adalah santri yang tidak ada beban hari itu (sedang libur), libur kajian, libur pengabdian
Maka tidak heran banyak ulama yang memandang kebersihan dan kesucian sebagai pintu ibadah. Pembahasan ilmiah tentang kebersihan selalu diletakkan di awal kajian hadis dan fiqih pada buku-buku klasik maupun kontemporer.
Sebagaimana kita ketahui banyaknya ritual ibadah yang disyaratkan kesucian zahirnya sebelum dimulai. Bahkan lebih jauh pada banyak kajian tasawuf, diantara syarat ber-atsarnya amal salih, ketenangan batin dan pendekatkan diri kepada Allah Subhanah wa Ta’ala adalah kebersihan hati dari segala penyakit dan kotornya.
Perlu kita perhatikan baik-baik sabda Habibina Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam yang diriwayatkan Abi Malik Al-Asy’ari :
الطهور شطر الإيمان و الحمد لله تملأ الميزان… الحديث
Artinya: kebersihan adalah sebagian (atau bahkan separuh) iman, dan alhamdulillah (ridha kepada Allah) pemberat timbangan dan seterusnya.
Dapat kita simpulkan betapa pentingnya nilai kebersihan dan kesucian dalam ajaran Islam, khususnya kebersihan pesantren tempat ilmu agama diaqjarkan.
Karenanya sebagai pribadi santri, yang prioritas utamanya adalah mengaji dan mengabdi, kebersihan dan kesucian adalah kebutuhan yang tidak mungkin kita tinggalkan. Yang harus terus diusahakan, dijaga, dibudayakan dan diwariskan kepada generasi penuntut ilmu selanjutnya.
Agus Abdul Karim Amrullah (Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng)