tebuireng.co – Komisaris Indenpenden Angkatan Pura 1 H Irfan Asyari Sudirman atau Gus Ipang mengatakan jihad kaum milenial harus jitu dan nekad untuk sukses. Jihad singkatan dari jitu dan harus nekad.
Hal ini disampaikannya dalam webinar nasional dengan tema “Refleksi Sejarah Resolusi Jihad untuk Kaum Muda Milenial, ” di Gedung Yusuf Hasyim, Pondok Pesantren Tebuireng, Selasa (19/11/2021).
“Jihad dalam perspektif saya ialah jitu dan harus nekad, kaum melinial ini harus memiliki 2 konsep tersebut,” katanya.
Gus Ipang menjelaskan jitu dalam hal ini yakni jitu melihat permasalahan atau tantangan masa depan, mampun mencari solusi dan jitu dalam mengimplementasikannya.
Jika dulu jihad hanya melawan penjajah bangsa, tapi sekarang harus bisa melawan dua musuh terbesar masyarakat Indonesia yakni kebodohan dan kemiskinan.
[Tweet “Jihad menurut Gus Ipang”]
Kebodohan di sini bukan hanya untuk orang yang tidak memiliki pangkat, bahkan tidak menutup kemungkinan orang yang berpangkat termasuk kategori bodoh, seperti halnya melekatnya pengaruh hoaxs.
“Tugas kita mengatasi kebodohan ialah kita dan itu sudah menjadi kewajiban kita mengatasinya,” tegas putra KH Salahuddin Wahid ini.
Gus Ipang menambahkan, kaum milenial harus nekad untuk memulai sesuatu, milenial tidak selayaknya menjadi safety player. Sebab dengan nekad yang kuat, milenial bisa mencoba banyak inovasi baru, terobosan baru dan hasil yang baru.
Gus Ipang beralasan zaman terus berubah seiring bergantinya waktu, kaum milenial harus mampu mengikuti perkembangan agar tidak tergilis oleh zaman.
Pesantren juga mempunyai peran aktif dalam mengikuti zaman, seperti banyaknya pesantren-pesantren saat ini menyesuaikan dengan perubahan zaman.
“Di antaranya pesantren science, pesantren IT, pesantren agro dan pesantren multimedia,” katanya.
Senada dengan Gus Ipang, Menteri Parawisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno, juga memaparkan bahwa muda adalah anugerah yang harus disyukuri dan dirayakan.
Banyak perubahan zaman dinisiasi oleh kaum milenial seperti halnya youtobe, facebook, instagram dan lain sebagainya.
Oleh karenanya, santri milial harus memiliki tendasi untuk berinovasi dalam perkembangan zaman.
“Kaum milenial harus mampu menjadi pemain bukan penonton, menjadi kontributor ekonomi serta produsen Informasi dan mapu memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya,” tandasnya.
Jurnalis: Shofiah