tebuireng.co – Arti kata gaib menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tidak kelihatan, tersembunyi dan tidak nyata. Di Indonesia kata ini sangat populer.
Di Islam, kata gaib salah satunya disebutkan di surat Al-Baqarah:
ٱلَّذِینَ یُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَیۡبِ وَیُقِیمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ یُنفِقُونَ
Kata الغيب di sini diartikan dengan “yang ghaib”, padahal bentuknya adalah isim masdar yang secara makna leksikal harusnya diartikan “kegaiban.”
Kata الغيب ini tidak diartikan dengan makna bentuk masdar tetapi ia diartikan dengan menggunakan makna bentuk isim fa’ilnya yaitu الغائب yang artinya yang gaib.
Dari sini bisa ketahui bahwa kata الغيب ini mengandung majaz mursal dengan alaqoh al ta’alluq al istiqoqy yaitu memaknai lafaz yang berbentuk isim masdar dengan makna bentuk isim fa’il.
Hal ini menandakan bahwa yang dimaksud dengan yang gaib di sini adalah sesuatu, sifat, atau mahkluk Allah SWT yang gaib bagi manusia.
Ketika memperhatikan terjemahan kata الغيب, diterjemahkan dengan redaksi yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu sama sama gaib, bahasa Arabnya dibaca gaib dan dalam bahasa Indonesianya juga dibaca gaib.
Seakan-akan penerjemahan kata ini hanya mengganti redaksi huruf saja tanpa mengganti padanan maknanya, untuk itulah perlu kiranya memahami apa yang dimaksud dengan kata غيب pada ayat ini.
Kata gaib (غيب) artinya adalah sesuatu yang tersembunyi dari kita atau sesuatu yang kita tidak bisa melihatnya.
Bisa juga غيب diartikan dengan sesuatu yang tidak bisa ditemukan oleh panca indra seperti tidak bisa dilihat oleh mata, tidak bisa didengar oleh telinga, tidak bisa dirasa oleh lidah, tidak bisa dibau oleh hidung, dan tidak bisa disentuh oleh kulit.
Kata gaib di ayat dalam surat Al-Baqarah iniini diawali oleh huruf alif dan lam yang menandakan bahwa hal-hal ghaib yang dipercayai (diimani) di sini adalah sudah ditentukan, bukan semua hal ghaib seperti tidak berani ke kamar mandi pada malam hari karena percaya ada makhluk halus di kamar mandi, mempercayai seseorang punya kekuatan ghaib, mempercayai orang bisa meramal masa depan, dan hal-hal ghaib lainnya yang tidak dijelaskan untuk diimani (dipercayai) oleh Al Qur’an dan Al-Hadits.
Adapun hal-hal gaib yang sudah dimaksudkan itu oleh ulama dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut;
Pertama, adalah hal gaib yang ada dalilnya yaitu hal gaib yang dijelaskan oleh dalil-dalil Al-Qur’an atau hadis.
Sehingga untuk mengetahuinya perlu belajar dengan sungguh-sungguh seperti mengenal Allah SWTs, sifat-sifat Allah SWT, para Nabi, hari akhir, akhirat, hari kebangkitan, barzah (alam kubur), mahsyar, surga, neraka, mizan, shirot, telaga kautsar, dan lain-lain.
Kedua adalah gaib yang tidak ada dalil yang menunjukkannya, yang dimaksud di sini adalah Allah SWT sendiri sebagaimana dijelaskan bahwa seorang hamba yang baik akan dapat melihat Allah SWT.
Di akhirat nanti, dalam hal ini tidak boleh membayangkan Allah SWT dalam rupa apa pun, kita hanya mengimani-Nya tanpa berbuat tajsim (menyamakan dengan makhluk).
Itulah kenapa beriman pada yang gaib di ayat ini dijadikan sebagai salah satu sifat orang bertakwa, karena orang yang bertakwa bisa mengimani Allah SWT dalam keadaan gaib dan bisa mengimani Allah SWT dalam keadaan hadir (di akhirat nanti),
Keimanan orang takwa tidak berubah, tidak seperti orang munafik yang bila bertemu orang beriman mereka berkata “Kami beriman,” dan bila bertemu kelompok mereka, mereka berkata “Kami tidak beriman, kami hanya mengejek mereka saja.”
Itulah kenapa kita penting untuk memahami makna kata الغيب di sini agar kita tidak salah mengimani hal-hal yang gaib.
Sehingga keimanan seseorang dinilai dengan ibadah atau kita termasuk orang orang yang bertaqwa atau beriman, tidak masuk kategori syirik kepada Allah SWT hanya karena salah mengimani hal-hal gaib.
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan semua pembaca termasuk orang-orang yang beriman. Aamiin.
Allahu a’lam bisshowab.
Dr Fathur Rohman (Dosen Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng)