tebuireng.co- Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad atau yang lebih dikenal dengan Imam al-Haddad adalah seorang ulama besar dari negeri Yaman yang merupakan pengarang wirid yang masyhur Rotibul Haddad (rotib karangan Imam al-Haddad).
Sejak dahulu Imam al-Haddad sudah diprediksi oleh kakeknya yaitu Habib Ahmad bin Muhammad al Habsyi bahwa ia akan menjadi anak yang penuh keberkahan. Benar sekali meski Imam al-Haddad mengalami kebutaan sejak kecil namun Allah mengarunia penglihatan batin yang dengannya Ia mampu melihat lebih terang dari pada mereka yang hanya memiliki penglihatan dzahir
Konon, setiap pulang sekolah Imam al-Haddad kecil biasa melakukan shalat sunnah di setiap masjid yang berada di Tarim yang mana jumlah masjid di wilayah tersebut sebanyak 360 lebih. Di kalangan teman-teman sebayanya, Ia dikenal tampak berbeda.
Semenjak kecil Imam al-Haddad memiliki kelebihan tersendiri yaitu ketika membaca surah Yasin maka Ia sangat terpengaruh dan menangis sejadi jadinya sehingga tak dapat menyelesaikan surah tersebut. Tak heran jika Allah swt memberinya kedudukan sebagai wali al-Qutub sejak usianya masih remaja.
Beranjak dewasa, Imam al-Haddad pun menjadi ulama tersohor yang menghabiskan seluruh umurnya untuk berdakwah. Di kalangan muridnya Imam al-Haddad dikenal mempunyai tiga metode khusus dalam berdakwah yaitu bil famm, bil qalam, dan bil qadam.
Pertama adalah bil famm yaitu metode berdakwah dengan lisan. Dengan cara mengajar, memberikan ceramah dan memberi nasehat. Salah satu hal yang dikenal masyhur yang diajarkan oleh Imam al-Haddad adalah perkara niat yang benar bagi pelajar maupun pengajar. Niat yang diajarkan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالتَّذَكُّرَ وَالتَّذْكِيْرَ، وَالنَّفْعَ وَاْلإِنْتِفَاعَ، وَاْلإِفَادَةَ وَاْلإِسْتِفَادَةَ، وَالْحَثَّ عَلَى التَّمَسُّكِ بِكِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِهِ، وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدَّلاَلَةَ عَلَى الْخَيْرِ، اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
“Saya niat belajar dan mengajar, mengingat dan mengingatkan (ilmu), memberi manfaat dan mencari manfaat, memberi keutamaan dan mencari keutamaan, menganjurkan berpegah teguh dengan kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunah rasul-Nya, menyeru kepada petunjuk, menunjukkan kepada kebaikan, demi mengharap dapat berjumpa dengan Allah dan keridaan serta pahala-Nya.”
Berkenaan dengan doa niat belajar tersebut, para ulama berkata: “Barang siapa membaca niat yang diajarkan oleh Imam al-Haddad dalam menuntut ilmu maka nasab ke ilmuannya akan bersambung kepada Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad dan terus sampai kepada Rasulullah Saw.”
Kedua adalah bil qalam yaitu metode berdakwah dengan pena dengan cara menulis kitab-kitab atau karangan lainnnya seperti syiir dan wirid. Di antara kitab-kitab karangannya adalah kitab An-Nasoih Ad Diniyyah, kitab Risalatul Mu’awanah, kitab Adab Sulukil Murid, kitab Adda’wah Attammah, kitab Washoya Nafi’ah, kitab Ithafus Sail dan kitab Fushul Ilmiyyah.
Sedangkan dalam syiir, Imam al-Haddad dikenal memiliki diwan haddad yaitu kumpulan syair keislaman. Dan tentu saja karangan beliau yang paling masyhur yaitu wirid Ratib al-Haddad yang terus dibaca dan diamalkan oleh umat Islam hingga saat ini.
Ketiga adalah bi qadam yaitu metode berdakwah dengan langkah kaki dengan cara mendatangi sendiri kota-kota atau desa-desa untuk kepentingan dakwahnya.
Imam al-Haddad wafat pada usia 89 tahun, bertepatan pada tanggal 7 Dzulqa’dah 1132 H dan dimakamkan di pemakaman Zambal Tarim, Hadramaut, Yaman.
Baca juga: Ratibul Haddad dan Segala Khasiat Membacanya
Baca juga: Ketika as-Syibli Pura-Pura Gila