Presiden Jokowi ungkapkan potensi ketahanan lumbung pangan di Indonesia serta potensi pengembangan kesejahteraan pertanian baik skala kecil maupun skala besar dalam dalam World Climate Action Summit COP 28, di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Jumat (1/12/2023).
Presiden Jokowi sangat optimis akan potensi ketahanan lumbung pangan di Indonesia karena didukung dengan adanya kekuatan sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA) dan infrastruktur penunjang ekosistem yang memadai, seperti irigasi dan lain-lain.
“Indonesia mempunyai keunggulan yaitu sumber daya manusia yang melimpah dan lahan subur. Masyarakat kami hidup dari sektor pertanian dengan infrastruktur penunjang dan ekosistem yang memadai yang sudah dibangun secara masif, termasuk infrastruktur jalan irigasi dan lainnya,” ungkap Presiden Jokowi.
Dalam forum tersebut, Presiden Jokowi juga mengungkapkan cita-cita dan keinginan Indonesia untuk mencapai net zero emission ditahun 2060 lebih awal sekaligus menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan berusaha untuk selalu menurunkan angka kemiskinan dan ketimpangan secara signifikan.
Ia menyakini bahwa hal ini tidak hanya menjadi cita-cita yang dimiliki Indonesia saja, namun juga menjadi cita-cita dari banyak negara di seluruh dunia. Untuk itu, Presiden Jokowi mengungkapkan perlunya dibentuk kerja sama dan kolaboratif antar negara berupa aksi-aksi nyata sehingga menghasilkan karya yang nyata dan bisa mewujudkan cita-cita tersebut secara bersama-sama.
Di Indonesia sendiri, upaya yang dilakukan dalam mencapai net zero emission ditahun 2060 sudah mulai terlihat dengan turunnya emisi karbon antara tahun 2020 – 2022 yang mencapai 42%. Indonesia juga terus memperluas lahan hutan mangrove dan merehabilitasi hutan dalam perbaikan pengelolaan Forest and Other Land Used (FOLU).
Presiden Jokowi juga menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang sangat membutuhkan kerja sama dan kolaborasi dengan negara maju utamanya dalam hal pendanaan. Ia menyebutkan bahwa dana yang dibutuhkan dalam mencapai net zero emission sekitar US$ 1 triliun (kurang lebih Rp 15 ribu triliun.
Dalam pesannya, ia mengungkapkan agar bank pembangunan dunia seperti National Development Bank (NDB) bisa meningkatkan kapasitas pendanaan transisi energi dengan bunga rendah sehingga target dan tujuan net zero emission bisa dicapai.
Baca juga: Bank Indonesia Cabut Pecahan Uang Logam Tahun Lama