Malam puncak haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid ( Gus Dur), berlangsung pada 22 Desember 2024. Acara yang dimulai ba’da isya’ dan berlokasi di halaman Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini berjalan dengan lancar dengan dihadiri ribuan orang.
Acara tersebut turut dihadiri oleh beberapa tokoh diantaranya Menteri Agama Republik Indonesia, Prof KH Nasaruddin Umar, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU), KH Said Aqil Siraj dan Habib Umar Muthahar. Hadir pula putri pertama Gus Dur, Ning Alissa wahid, dan putri bungsunya, Ning Inayah Wulandari Wahid atau yang akrab disapa Ning Inayah Wahid.
Ditemani mantan staff rumah tangga kepresidenan pada era Gus Dur, Priyo Sambodho, putri bungsu Gus Dur ini memberi sambutan sebagai perwakilan keluarga sekaligus menyapa para tamu yang hadir dalam acara tersebut.
Dengan punchline dan gaya kritisnya yang fenomenal, Ning Inayah menyampaikan kesan-kesannya dengan Gus Dur. Ia juga sempat menghibur para tamu dengan membahas topik hangat yang baru-baru ini sempat viral, yakni terkait peristiwa pedagang es teh keliling.
Berikut dialog Ning Inayah bersama rekannya diatas panggung yang sontak menjadi penghibur dan mengundang tawa para tamu haul.
“Wahhh malam ini ramai sekali ya, ini dari berbagai macam kalangan dan golongan hadir disini, tapi cuma satu mas Priyo yang saya cari, tukang es teh” diikuti dengan gelak tawa para tamu yang ramai.
Kemudian disahut oleh rekannya “wah iya, tidak ada, bapaknya lagi umroh tapi kalo es teh yang ngga keliling gitu ada kok,”
Ning Inayah menimpali “oo kalau es teh biasa saya tidak mau mas Priyo, saya maunya es teh yang strong, yang seduhannya kuat, dan rasanya juga kuat, sangking kuatnya bisa menurunkan jabatan ya,” disusul gemuruh tepuk tangan dan suara tawa riang dari para tamu.
Dalam jokes tersebut, ternyata Ning Inayah ingin menyampaikan pesan tersirat yang menjadi salah satu prinsip Gus Dur dalam hidupnya, yakni tidak fanatik dalam menjadi pemimpin. Sebab pemimpin yang baik adalah yang selalu merangkul yang lemah dan bertanggung jawab penuh pada apa yang menjadi kewajibannya.
“jangan sampai hanya demi jabatan kita jadi terlena apalagi sampai merendahkan dan menjatuhkan orang lain,” ungkapnya.
“wah betul mba, ucapan sampean sama dengan apa yang dikatakan Gus Dur “tidak ada jabatan yang pantas diperjuangkan mati-matian,” pungkas Priyo Sambodho.
Penulis: Nafissa Izzah
Editor: Thowiroh
Baca juga: Ruang Gus Dur di Museum Islam Indonesia, Ada Kaset-Kopiah