tebuireng.co– Menjelang Muktamar NU ke-34 di Lampung yang rencananya akan dilaksanakan pada 23-25 Desember 2021 mendatang, para dzurriyah pendiri Nahdlatul Ulama mengadakan pertemuan di kediaman Pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, pada Rabu malam 1 Desember 2021.
Pertemuan tersebut dihadiri masing-masing wakil keluarga pendiri NU dengan inisiatif sendiri-sendiri. “Masing-masing datang atas inisiatif sendiri-sendiri, tidak ada yang mengatur, tidak ada yang membiayai karena didasari oleh keprihatinan atas kondisi PBNU akhir-akhir ini,” ungkap KH. Fahmi Amrullah, atau yang akrab disapa Gus Fahmi melalui keterangan tertulis, Kamis 2 Desember 2021.
Tujuan dari pertemuan tersebut adalah untuk merespons ketegangan di internal NU akhir-akhir ini yang dianggap bisa menjurus ke perpecahan jika tidak segera diredakan. Sehingga para keluarga keturunan pendiri NU sengaja berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
Dalam diskusi dan musyawarah para dzurriyah pendiri NU tersebut diperoleh 3 imbauan yang disepakati bersama. Berikut tiga poin imbauan dzurriyah muassis NU kepada PBNU dan Nahdliyin:
Pertama, hendaknya semua pihak mengingat, bahwa niat para muassis mendirikan jam’iyyah NU adalah untuk membangun ukhuwwah (persaudaraan). Karena itu kita wajib menjaga persatuan dan menghindari perpecahan.
Kedua, hendaknya semua pihak mengedepankan akhlaqul karimah dengan menjaga tradisi tabayyun menyangkut keputusan-keputusan penting.
Semua keputusan PBNU bersifat kolektif kolegial (keputusan bersama), dan tidak mengambil keputusan sendiri-sendiri, baik jajaran syuriah maupun tanfidiziyah.
Ketiga, mengharap kepada semua pihak, terutama kiai-kiai sepuh untuk menahan diri, tidak melakukan aksi dukung mendukung yang menimbulkan potensi perpecahan.
Tradisi dukung-mendukung calon bukanlah tradisi ulama-ulama NU, karena jam’iyyah NU bukanlah parpol, sehingga ulama NU jaman dulu menjaga tradisi saling menolak jabatan.
Tiga pesan penting dia atas merupakan imbauan dan ajakan bagi seluruh jam’iyyah NU untuk mengingat kembali bahwa niat para ulama mendirikan jam’iyyah NU adalah untuk membangun ukhuwwah (persaudaraan).
“Maka kita berharap kepada para pengurus, hendaknya menjaga ukhuwah ini. Jangan sampai kemudian lupa apa yang disampaikan oleh Hadratussyaikh, pesan beliau janganlah perbedaan itu menyebabkan perpecahan. Maka ini harus kita pegang, para pengurus terutama hendaknya memegang dawuh ini,” jelas Gus Fahmi.
Selain itu, Gus Fahmi mengimbau agar hendaknya semua pihak mengedepankan akhlaqul karimah dengan menjaga tradisi tabayyun.
“Tidak mengeluarkan keputusan sendiri-sendiri. Karena bagaimanapun juga pengurus itu bukan personal tetapi kolektif kolegial. Jadi hendaknya keputusan itu diambil secara bersama-sama musyawarah untuk mufakat,” terangnya.
Para dzurriyah pendiri NU juga berharap kepada semua pihak, terutama kiai-kiai sepuh untuk menahan diri, tidak melakukan aksi dukung mendukung terhadap salah satu pihak di depan ranah publik karena berpotensi memecah belah.
Terakhir para dzurriyah pendiri Nahdlatul Ulama mengajak agar semua pihak menjaga suasana tetap sejuk, tetap damai, sehingga semua yang dicita-citakan dapat tercapai.
Baca juga: Tok! Waktu Muktamar NU Ke-34 Tanggal 23-25 Desember-2021