Agus Hadi Sudjiwo atau yang akrab disapa Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan terkenal asal Jember yang baru-baru ini pernyataannya mengejutkan warganet. Dalam sebuah acara QNA Mentro TV bersama Ustadz Das’ad Latif. Ia mengatakan bahwa meski beragama Islam, ia mengaku tidak melaksanakan salat.
“Ustadz tolong bujuk saya supaya salat, puasa saya lakukan semua saya lakukan kecuali salat,” ucap Sujiwo Tejo dalam rangkaian diskusi bersama ustadz Das’ad seperti dikutip dalam kanal youtube @MetroTV. Sabtu (30/09/23).
Ustadz Das’ad Latif pun menjelaskan bahwa salat merupakan ibadah yang istimewa daripada ibadah lainnya. Hal ini terlihat dari proses penurunan perintah dalam melaksanakan salat yang mana Allah tidak menggunakan ayat Al-Qur’an dengan perantara malaikat Jibril dalam menyampaikan perintah tersebut, melainkan Allah langsung memanggil Nabi Muhammad untuk menemui-Nya lalu diberikanlah perintah salat sebagaimana yang terjadi dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
“Ketika Allah perintahkan ibadah yang lain, maka cukup dengan menurunkan ayat. Seperti dalam perintah puasa ataupun haji. Namun ketika Allah memerintah salat maka tidak ada ayat yang turun melainkan Nabi dijemput oleh malaikat kemudian diajak naik bertemu dengan Allah untuk menerima perintah salat,” terang Ustadz Das’ad.
Ustadz Das’ad juga menjelaskan bahwa salat adalah ibadah yang sangat penting karena merupakan puncak penghambaan kepada Allah. Puncak penghambaan tersebut secara fisik terlihat dari gerakan sujud dalam salat yakni menurunkan posisi kepala sejajar dengan kaki yang mana dalam kehidupan muamalah kepala adalah sebuah harga diri.
“Ketika kita bercanda dan dipukul anggota badan selain kepala masih ditolerir. Tetapi ketika yang dipukul adalah kepala maka kita akan marah karena kepala adalah harga diri. Oleh karena itu dalam salat kepala diturunkan sejajar dengan kaki sebagai bentuk penghambaan kepada Allah,” lanjutnya
Mendengar penjelasan ustadz Das’ad, Sujiwo Tejo mulai tertarik lalu menanyakan perihal fenomena banyaknya orang yang salat namun dalam kehidupan kesehariannya masih sering melakukan maksiat dan dosa seperti melakukan korupsi dan lain-lain.
Ustadz Das’ad pun menerangkan bahwa dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwa Allah tidak akan mencampur adukan antara yang baik dan yang buruk. Yakni setiap perbuatan akan ada pahala dan dosanya sendiri. Itulah mengapa nantinya akan ada hari penimbangan amal manusia yakni untuk mengukur lebih berat mana antara amal baiknya yang menghasilkan pahala atau amal buruknya yang menghasilkan dosa.
“Allah itu maha adil, nanti ada hari penimbangan amal untuk melihat mana yang lebih banyak antara perbuatan baik dan buruk,” paparnya
Menurut Ustadz Das’ad, kunci dari segala kebaikan adalah salat. Sehingga sebanyak apapun kebaikan yang dilakukan manusia tetapi tidak melaksanakan salat maka sia-sialah segala kebaikannya. Ia pun mengibaratkan kecanggihan teknologi yang bisa mempermudah kehidupan di masa sekarang yang mana hal tersebut sangat memungkinkan untuk menjadi ladang pahala meskipun orang yang mempunyai ide lalu merakitnya menjadi teknologi tersebut adalah orang yang tidak salat.
Ustadz Das’ad melanjutkan bahwa nantinya orang-orang yang memudahkan kehidupan orang lain dalam melakukan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala dari perbuatannya tersebut namun mereka tidak bisa menuai pahala kebaikan yang telah diperbuat karena tidak memiliki kuncinya yaitu salat.
“Nanti di akhirat, Allah akan pamerkan amal ibadah mereka yang begitu banyak, lalu akan ditanya kuncinya mana? jika mereka tidak memiliki kuncinya maka sia-sialah apa yang mereka perbuat,” tutur Ustadz Das’ad.
Selain sebagai kunci kebaikan, ustadz Das’ad juga menjelaskan bahwa salat merupakan tiangnya agama. Ia pun mengibaratkan sebuah bangunan yang bisa kokoh tanpa dinding ataupun atap namun ketika bangunan tersebut tidak memiliki tiang maka ia bisa runtuh.
Baca juga: Kisah Shams Al-Baroudi Bertaubat setelah Melihat Rasulullah