• About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
LSPT
Home Galeri

Isu Komunis Terus Berulang, Bagaimana Sikap Kita?

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-09-24
in Galeri, Kebangsaan, Kiai, News, Tebuireng
1 0
1
Isu komunis sering bergulir lagi ketika memasuki akhir bulan September

Isu komunis sering bergulir lagi ketika memasuki akhir bulan September (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp
LSPT

tebuireng.co – Komunis dalam catatan ini bukan narasi ilmiah, cuma uneg-uneg yang mewakili pendapat subjektif saya tentang isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Anda boleh berpendapat, saya juga. Ini pendapat saya.

Saya sama sekali tidak percaya komunisme bangkit di Indonesia. Tanya kenapa? Ideologi itu sudah tidak laku, tidak diminati orang, apalagi oleh generasi milenial.

Ayo jujur, emang gampang jadi komunis?

Prinsip komunisme adalah: “From each according to his ability, to each according to his needs.” Ini dawuh Eyang Kakung Karl Marx. Aslinya dalam bahasa Jerman: “Jeder nach seinen Fähigkeiten, jedem nach seinen Bedürfnissen.“

Dalam masyarakat ‘kominis’ (ejaan khas mbah-mbah buyut saya), “Setiap orang memberi sesuai kemampuannya, setiap orang mendapat sesuai dengan kebutuhuannya.”

Anda doktor, lulus S3 luar negeri, tidak usah pamer ijazah. Jika anak Anda cuma 1, Anda tidak berhak dapat bayaran lebih tinggi dari tukang parkir lulusan SMP yang anaknya 5. Itu adil dalam perspektif komunisme.

Apa yang gini laku? Emang enak “sama rata sama rasa”? Mimpi komunisme kiri-kira begini: “kalau mau kaya ya kaya bareng, kalau miskin ya miskin bareng.”

Alamak! Sama rata-sama rasa hanya ada di surga. Di surga pun ada tingkatan-tingkatannya. Ada surga kelas VVIP, ada surga kelas ekonomi. Ada juga al-A’raf, tempat di antara surga dan neraka.

Jika bapak komunis Mbah Marx bilang kapitalisme mengidap kontradiksi internal dan menggali kuburnya sendiri, komunisme juga. Mana ada masyarakat bisa tumbuh dan berkembang kalau tidak ada kompetisi?

Tanpa kompetisi, tidak ada inovasi, tidak ada kreativitas, tidak ada kemajuan. Kompetisi adalah kodrat manusia. Islam juga mengajarkan orang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Namun, kompetisi juga harus tandem dengan koperasi. Ini ajaran tawassuth dalam Islam, yang tercermin dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar (UUD) 1945.

Ajaran komunisme yang utopis ini tadi tidak pernah ada dalam praktek sejarah. Di Rusia, Lenin mendirikan negara sosialis. Ajaran Marx dimodifikasi menjadi: “From each according to his ability, to each according to his works” (Setiap orang memberi sesuai kemampuannya, setiap orang mendapat sesuai prestasinya).

Di sini kerja orang dihargai. Hasrat untuk maju tumbuh. Orang tidak perlu sama-sama miskin. Orang boleh kaya, tetapi jangan terlalu timpang.

Ini pun tidak bertahan karena kendali negara terlalu kuat. Orang gerah, tidak bisa kreatif, tidak bebas ekspresi. Uni Soviet tumbang, Tembok Berlin jebol. Sosialisme-komunisme kandas.

Sejarah usai, kapitalisme berjaya, kata Fukuyama. Komunisme tinggal nama. Tidak ada negara komunis. Yang ada adalah negara otoriter, dengan sistem politik tertutup, tetapi pro-pasar seperti Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Kalau Anda bilang RRT negara komunis, karena itu Jokowi berarti antek komunis karena akrab dengan RRT, Anda diketawai kecebong. RRT itu negara kapitalis, cuma dimodifikasi. Karena sistem politiknya tertutup, porsi negara besar. Namanya kapitalisme negara. Model begini banyak, termasuk Singapore.

Jika Jokowi akrab dengan RRT, itu bukan karena beliau turunan PKI dan antek ‘kominis’, tetapi karena yang pegang duit sekarang ini RRT. Jangankan Indonesia, Amerika aja tergantung duit RRT.

Raja Salman tempo hari juga berusaha menggangsir duit RRT dalam rangka pelepasan saham perdana Saudi Aramco.

Alhasil, isu komunis usang, tidak laku. Yang masih laku, dan tetap dipelajari dengan penut minat di kampus-kampus, adalah marxisme. Marxisme tidak sama dengan komunisme.

Marxisme adalah filsafat kritis terhadap kapitalisme. Karena yang berjaya sekarang adalah kapitalisme dan janji kapitalisme adalah mewujudkan kesejahteraan seperti titah Adam Smith (The Wealth of Nations) dan ternyata terjadi ketimpangan dan masih banyak orang melarat, orang pinjam teori Karl Marx untuk menyoal kemiskinan.

Mempelajari marxisme tidak sama dengan menjadi komunis. Orang sekadar pinjam pisau Marx untuk membedah anatomi kapitalisme. Masih percaya isu komunis bangkit?

Tidak usah takut, banyak pengikut Marx yang tidak paham marxisme. Karena apa? Buku babon Marx tentang kritik kapitalisme adalah Das Kapital. Tidak seperti buku lain, buku ini sulit dicerna dan dipahami, termasuk oleh pentolan partai komunis di seluruh dunia.

Dulu, sewaktu kuliah dan Orde Baru lagi berjaya, kiri itu ‘seksi.’ Saya juga ingin terlihat seksi dengan menenteng-nenteng buku Das Kapital (edisi Inggris yang saya punya Capital), meski tidak paham isinya.

Sekarang kita pindah ke soal PKI. Saya tidak percaya PKI bangkit. Apa indikatornya?

Mayjen (Purn) Kivlan Zen dalam acara ILC TVOne bilang, indikatornya adalah adalah suara-suara yang ingin Tap MPRS No. 25/1966 dicabut. Saya merasa ini dibesar-besarkan.

Dulu Gus Dur punya ide mencabut Tap ini untuk membuka pintu rekonsiliasi. Apa berarti Gus Dur komunis? atau memainkan isu komunis?

Ada banyak tafsir dan teori seputar kejadian tahun 1965. Selama ini tafsirnya dimonopoli Orde Baru: PKI bersalah, berontak, dan layak dibantai semua pengikut dan simpatisannya. Titik! Saya orang Nahdlatul Ulama (NU) dan yakin PKI bersalah di tahun 1965 dan tahun 1948.

Di tahun 1950-an, abah saya adalah santri Pesantren Tebuireng, Jombang. Pengasuhnya waktu itu KH Abdul Kholiq Hasyim, putra Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yang terkenal ‘jaduk’ alias sakti.

Semua santri waktu itu digembleng hizib. Untuk apa? Melawan PKI yang aktif memprovokasi kekerasan, termasuk di kantong-kantong NU.

Setelah gagal berontak di Madiun tahun 1948, PKI terus berambisi mengambil alih kekuasaan dan mempengaruhi Bung Karno. Situasi di bawah panas. Kediri, Blitar, Jombang, dan tempat-tempat lain bergolak. Berdasarkan hikayat lisan, banyak kiai-kiai NU dipersekusi PKI. NU tentu saja melawan.

Jadi, teori yang bilang PKI murni korban dalam kasus 1965, pasti ditolak NU. Mereka berhadap-hadapan di lapangan. Sepanjang tahun 1950-60an, situasinya seperti “Kill or to be killed.”

Namun, teori yang menimpakan semua kesalahan kepada PKI sehingga mereka layak dihabisi secara brutal, juga tidak adil.

Sudah banyak sumber kritis yang menyebut tensi sosial yang eskalatif itu ditunggangi oleh lanskap Perang Dingin yang agendanya membersihkan pengaruh komunisme di seluruh dunia.

Mereka pakai alat Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terbelah dan kemudian menyuplai logistik untuk membantai PKI. Tensi sosial di bawah yang keras cocok dengan skenario benturan.

NU yang sudah sering bersitegang dengan PKI menjadi mitra dalam mewujudkan skenario itu. Terjadilah kemudian peristiwa berdarah yang mengerikan.

Semua orang gelap mata. Korban juga banyak berasal dari orang yang tidak bersalah. Tahu-tahu mereka diangkut, disiksa, asetnya dijarah.

Gus Dur bilang, banyak pihak dalam peristiwa 1965 adalah korban keaadaan. Karena itu, Gus Dur berbesar hati meminta maaf. Namun saya syok, Pram (Pramoedya Ananta Toer), sastrawan Lekra yang karya-karyanya dikagumi, tidak menunjukkan akhlak terpuji. Dengan pongah dia menampik uluran tangan Gus Dur.

Prahara 1965 adalah salah satu bab terkelam dari sejarah Indonesia. Kita tahu, pihak-pihak yang ingin kejelasan duduk perkara 1965 tidak bisa serta merta dianggap mewakili aspirasi PKI.

Menuntut negara meminta maaf kepada PKI dan menyatakan PKI tidak bersalah pasti ditolak banyak orang, karena PKI terbukti terlibat dalam kekerasan sosial dan pemberontakan.

Namun, memberikan keadilan kepada korban yang tidak bersalah: korban salah tangkap, korban stigma, dan korban keadaan perlu dilakukan.

Caranya rekonsiliasi kultural alamiah seperti yang dilakukan NU. Banyak kiai NU di Jawa menjadi ayah asuh bagi anak-anak keturunan PKI.

Cara ini merupakan mekanisme kultural terbaik ketimbang menyeret Indonesia ke Pengadilan Rakyat Internasional (IPT) 1965 di Den Haag oleh satu pihak dan membangkitkan sentimen anti-PKI sebagai dagangan politik di pihak lain. Dua-duanya tidak elok! Hanya bikin perpecahan bangsa.

Saya ingin mencapai kesimpulan saya sendiri. Anda boleh menyimpulkan yang lain.

Pertama, orang-orang yang menuntut keadilan dan kejelasan peristiwa 1965 tidak otomatis PKI. Seperti Gus Dur, banyak kalangan adalah pejuang keadilan dan kemanusiaan.

Kedua, kebangkitan PKI atau isu komunis hanya dagangan politik. Komunisme sudah tidak laku. Dia hantu yang dipelihara untuk konsolidasi agenda politik.

Siapa pelakunya dan apa agendanya? Kalau Anda baca buku Robert Dreyfus, Devil’s Game, isu komunis ini mengena di kelompok Islam Kanan.

Dulu, Jamaluddin al-Afghani membangkitkan Pan-Islamisme dengan dukungan Inggris. Agendanya adalah menyingkirkan pengaruh komunisme di Asia Tengah, Afrika, dan Asia Barat Daya.

Spirit revivalisme Islam dibangkitkan untuk melawan pengaruh Rusia di daerah-daerah itu. Dan berhasil! Pola ini terus digunakan.

Dalam lanskap Perang Dingin, Amerika dan Inggris melatih para Jihadis di Afghanistan untuk melawan Rusia. Isunya Islam lawan komunisme. Setelah sukses mengusir Rusia, mereka kelak membentuk Al-Qaeda dan menabrak Pentagon dan WTC.

Senjata makan tuan! Di Indonesia, petanya jelas sekali. Setelah sukses memenangkan Gubernur DKI 2017, politik Islam bersiap-siap menyongsong Pilpres 2019.

Banyak di antara pendukung Gubernur DKI terpilih kemarin yakin bahkan haqqul yaqin Jokowi adalah keturunan PKI. Dan, seperti pola di belahan dunia lain di masa lalu, isu Pilpres 2019 adalah Islam lawan komunisme. Sehingga panas sekali.

Anda tahu sendiri, siapa yang dianggap representasi Islam, siapa yang dianggap wakil PKI. Dalam politik, wakil Islam tidak harus mengerti Islam. Yang penting, dia mendengungkan aspirasi kelompok Islam.

NU adalah pelaku sejarah yang tidak akan mengikuti agenda begini. NU cintra Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), cinta Islam, dan cinta Indonesia. Demikian.

M Kholid Syeirazi (Sekjen PP ISNU)

Tags: Gus Durisu komunisKH. M. Hasyim Asy’ariPKI
Previous Post

Meramal Masa Depan Media Islam

Next Post

Perguruan Tinggi Pesantren Terus Berbenah

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Modernisasi Perguruan Tinggi Pesantren

Perguruan Tinggi Pesantren Terus Berbenah

Comments 1

  1. Ping-balik: Isu Komunis Terus Berulang, Bagaimana Sikap Kita? - Dakwah | Kabarwarga.com

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

  • Profil Ringkas Ning Jazil, Istri Gus Kautsar

    Profil Ringkas Ning Jazil, Istri Gus Kautsar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Hadis Riwayah dan Dirayah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Profil Gus Iqdam, Pendiri Majelis Ta’lim Sabilu Taubah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Biografi Gus Ahmad Kafabihi Lirboyo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank Indonesia mencabut pecahan uang Rupiah logam Rp 500 Tahun Emisi 1991, Rp 1.000 Tahun Emisi 1993, dan Rp 500 Tahun Emisi 1997 melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) tahun 2023 No. 14 Tahun 2023, terhitung sejak 1 Desember 2023.  Pencabutan uang tersebut telah dilakukan berbagai pertimbangan. Antara lain perkembangan teknologi bahan/material uang logam dan masa edar yang cukup lama.  Bagi masyarakat yang memiliki uang Rupiah logam tersebut dan ingin melakukan penukaran, dapat menukarkannya di Bank Umum mulai 1 Desember 2023 sampai dengan 1 Desember 2033, atau 10 tahun sejak tanggal pencabutan.  Baca selengkapnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #indonesia #news #bank #ekonomi
  • Penganugerahan "Contribution in National Commitments" kepada KH Abdul Hakim Mahfudz dalam acara Pasca UNAIR Award 2023 pada Jumat, 1 Desember 2033.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #santritebuireng #indonesia #nu #nahdliyin #ulama
  • Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menegaskan kembali aturan mengenai larangan pengibaran bendera ataupun atribut dan lambang yang berkaitan dengan Israel di Indonesia.  Hal tersebut sebagaimana telah tercantum dalam Peraturan Menteri Luar Negeri (Permenlu) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Panduan Umum Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah.  Permenlu tersebut menjadi penegasan dari Menlu Retno Marsudi kepada masyarakat Indonesia untuk tidak goyah dalam mendukung kemerdekaan Palestina yang sedang direbut haknya oleh Israel.  Tidak hanya di Indonesia, penegasan dukungan terhadap Palestina juga berani disuarakan oleh Menlu Retno Marsudi dalam Sidang Majelis Umum ke-78 PBB di New York, Amerika Serikat.  Baca selengkapnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #pesantrentebuireng #palestina #pedulipalestina #tebuireng #indonesia #news
  • "Apabila suatu kaum berselisih, hati mereka dipermainkan oleh hawa nafsu, maka mereka tidak akan melihat sesuatu tempat pun bagi kemaslahatan bersama." (Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy
  • Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan merespon soal aksi boikot produk yang terafiliasi dengan Israel. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak memboikot produk mana pun. Namun, pemerintah mempersilakan masyarakat untuk melakukan kampanye tersebut.  “Saya mesti jawab jelas juga soal daftar produk-produk boikot. Pemerintah tidak memboikot produk mana pun. Kalau ada pendapat masyarakat, silakan aja. Pemerintah tidak ada melarang-melarang, kalau mengatur iya,” kata Zulkiflil Hasan saat rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Selatan pada Senin, 27 November 2023.  Baca selengkapnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #pesantrentebuireng #palestina #pedulipalestina #tebuireng #indonesia #news
  • Forum R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) telah usai diselenggarakan. Beberapa pembahasannya meliputi tindak kekerasan yang terjadi di Palestina seperti yang disampaikan dalam sambutan Presiden RI Joko WIdodo.  Forum ini juga mendesak otoritas agama dari setiap keyakinan dan negara untuk mengerahkan kekuatan dan pengaruh komunitas masing-masing agar berdampak pada kalangan pengambil keputusan dan mengembangkan mekanisme dialog dan negosiasi untuk penyelesaian konflik secara damai.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #nahdlatululama #nu #nahdliyin #r20 #indonesia
  • Keluarga besar Tebuireng Initiatives mengucapkan selamat hari guru.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #indonesia #nu #pendidikan #indonesia #hariguru #harigurunasional #ulama #kiai
  • Maklumat Pesantren Tebuireng tentang Penindasan terhadap Palestina yang disampaikan pada acara "Doa Bersama dari Tebuireng untuk Palestina: Mengutuk Kekejaman Zionis Israel" yang diselenggarakan pada Jumat, 24 November 2023.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #pesantrentebuireng #tebuirengpeduli #palestine #palestina #pedulipalestina #freedompalestine #tebuireng #humanity #jombang #infojombang #indonesia #ulama #kemanusiaan
  • "Kokohnya umur manusia sebatas sebelum muncul uban di kepalanya. Sungguh, jiwanya akan melemah ketika sudah lewat masa mudanya"
~ Imam Syafi