Menurut data yang dikutip dari Majalah Tempo, berbagai pemborosan dan dugaan penyelewengan dana di pusat hingga daerah ditengarai menyebabkan kondisi keuangan Aksi Cepat Tanggap (ACT) tersungkur. Salah satunya untuk istri ketiga pendiri ACT, Ahyudin. Dana yang dikumpulkan dari umat tersebut diduga mengalir ke keluarga pendiri.
Tak hanya menerima gaji dan fasilitas tinggi, para petinggi Aksi Cepat Tanggap ditengarai juga mendulang uang dari unit bisnis yang ada di bawah lembaga itu.
Salah satunya berasal dari PT Hydro Perdana Retailindo. Perusahaan yang mengelola jaringan minimarket Sodaqo Mart ini pernah berada di bawah ACT sebelum aktanya diubah pada 5 Juni 2020.
Catatan laporan keuangan PT Hydro Perdana Retailindo sepanjang 2018-2019 menunjukkan perusahaan itu menyalurkan duit untuk Ahyudin dan keluarganya.
Pada 13 dan 18 November 2018, Hydro mentransfer Rp 230 juta untuk uang muka pembelian rumah keluarga Ahyudin di Cianjur, Jawa Barat, dan Rp. 31,75 juta untuk biaya notaris.
Hingga Mei 2019, tercatat enam kali pembayaran cicilan rumah itu dengan nilai Rp. 275 juta. Hydro juga membayar cicilan pembelian rumah di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, yang diduga untuk istri ketiga Ahyudin. Hal ini memunculkan dugaan istri ketiga pendiri ACT menikmati dana umat.
Sejak 31 Januari hingga Oktober 2019, tercatat ada sepuluh kali transfer dengan nilai Rp 2,86 miliar. Dari rekening Hydro juga mengalir duit untuk pembelian perabot rumah Ahyudin di Cireundeu, Ciputat, Tangerang Selatan.
Tertulis di catatan keuangan ada empat kali transfer senilai Rp 634,5 juta. Antara lain, untuk pembelian 10 unit penyejuk udara (AC) seharga Rp
42,675 juta, pemanas air Rp 26,5 juta, lemari pakaian dan perangkat dapur Rp 54,25 juta, gorden Rp 23,45 juta, serta lampu gantung seharga Rp 4 juta.
Komisaris Utama PT Hydro mulai Oktober 2019, Ahyudin, membantah jika Hydro dimiliki oleh ACT. “Itu hanya perusahaan yang bermitra dengan ACT,” ucap Ahyudin.
Penyaluran uang Hydro ke rumah Ahyudin diduga atas setahu Hariyana Hermain, Senior Vice President ACT, yang kerap disebut-sebut sebagai pemegang kunci brankas ACT.
Saat menemani Presiden Aksi Cepat Tanggap Ibnu Khajar ke kantor Tempo pada Selasa, 28 Juni lalu, Hariyana membantah jika disebut mengetahui pembelian itu. “Tidak tahu,” ujar Hariyana.
Namun, setelah Tempo menyatakan ada dokumen yang menunjukkan keterlibatannya, ia kembali berkilah. “(Saya) tahu setelah diberi tahu. Sebelumnya saya tidak tahu.”
Tempo juga mendapatkan dokumen yang menunjukkan bahwa Ahyudin mendapat gaji dari PT Hydro senilai Rp 50 juta per bulan. Duit dari Hydro diduga juga diterima oleh seorang istri dan anak Ahyudin, masing-masing senilai Rp. 25 juta.
Ahyudin merupakan sosok penting dalam perkembangan dan kemajuan lembaga kemanusian atau lembaga filantropi di Indonesia. Ia lahir pada 11 Oktober 1966 dan tinggal di tangerang Selatan.
Konten ini dikutip dari Majalah Tembo edisi Juli 2022