Dalam rangka ikut memeriahkan hari lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke 102, santri Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Majelis Taklim Al-Muhibbin Mojoagung, Jombang mengadakan ziarah wali dan sowan tokoh agama.
Kegiatan diawali dengan ziarah ke makam Sayyid Sulaiman dan tokoh Betek, Mojoagung. Perjalanan dilanjutkan ke makam Syekh Ihsan Jampes dan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Salah satu tokoh agama yang ditemui yaitu pengasuh Pondok Pesantren Baitul Quran KH Ahmad Kafabihi Mahrus dan Bu Nyai Hj Sheila Hasina atau lebih di kenal dengan Neng Sheila.
Menurut Ustadzah Fida, kegiatan ini diniatkan untuk memperingati Hari Lahir (Harlah) Ke-102 NU dengan mengenalkan ulama dan tokoh pesantren ke peserta didik (santri) beserta wali santri.
“Nahdlatul Ulama itu secara arti kebangkitan Ulama, jadi kita dekatkan santri ke ulama agar mereka mau meniru ketekunan dalam mengaji dan akhlak baik,” jelasnya, Rabu (22/01/2025).
Dikatakannya, ia sengaja memilih momentum Harlah NU, agar para santri mudah mengingatnya, baik perjalanannya, tokoh Ulama maupun nasihat ketika bertemu tokoh agama.
“Biasanya kalau ada kegiatan, ada proses perjalanan kayak begini, ingatnya lebih lama. Ketika ingat kegiatan, semoga juga ingat akan semangat belajar Ulama dan nasihat mereka. Lalu jadi idola,” imbuh Fida.
Fida menjelaskan, santri TPQ Al-Muhibbin mayoritas anak-anak, karena pikiran anak-anak masih bagus, ia dan asatidz bermaksud mengenalkan ulama kepada mereka. Pengalaman langsung dapat memicu rasa ingin tahu dan minat belajar anak-anak, membuat mereka lebih antusias dalam mengeksplorasi pengetahuan baru.
“Berinteraksi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional,” katanya.
Nasihat KH Ahmad Kafabihi
Dalam pertemuan santri TPQ Al-Muhibbin dan KH Ahmad Kafabihi beserta istri. KH Ahmad Kafabihi berpesan bahwa cara yang paling cepat untuk tazkiyatun nufus (membersihkan hati) adalah dengan cara mengaji karya para ulama dan orang yang dekat dengan Allah.
Dengan begitu, seseorang akan mengetahui bagaimana cara termudah dan terdekat menjadi orang yang bersih hatinya, pikirannya, dan sifatnya. Tanpa mengaji dan membaca, seseorang ibarat berjalan dalam kegelapan, karena tak memiliki arah dan tujuan.
“Cara yang paling cepat untuk tazkiyatun nufus (membersihkan hati) adalah dengan cara mengaji,” ucapnya.
Cara lain untuk membersihkan hati yaitu mendengarkan nasihat ulama. Khususnya bagi seseorang yang membutuhkan bantuan orang lain dalam memahami karya-karya ulama agar tidak tersesat.
“Bisa berkumpul dengan para Ulama. Kegiatan ziarah wali dan sowan kiai ini memang tujuannya. Menjaga ucapan yang baik dan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (harus berkata yang baik baik,” tandasnya.
Penulis: Syarif Abdurrahman
Editor: Thowiroh
Baca juga: Profil Ning Sheila, Influencer dari Lirboyo