tebuireng.co – Ijazah Buya Arrazy saat Jumatan ini dibaca di antara dua khutbah, ketika khatib salat Jumat sedang duduk. Ijazah tersebut yaitu membaca Ahmad Ruhullah dan Muhammad Habibullah.
Buya Arrazy merupakan pendiri dan pengasuh Ribath Nouraniyah. Sebuah lembaga kajian turats, ilmu akidah, tasawuf dan amaliah zikir yang berpusat di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
“Kalau jumatan imam, imam kitakan waktu khutbah selesai pertama duduk nggak? di saat duduk bacalah Ahmad Ruhullah, Muhammad Habibullah,” katanya dikutip dari Kiswah Aswaja, Kamis (22/12/2022).
Buya Arrazy Hasyim menjelaskan cara mengamalkan ijazah Buya Arrazy saat Jumatan tersebut dengan memegang dada menggunakan tangan kanan lalu membacakan Ahmad Ruhullah dan Muhammad Habibullah.
Ijazah tersebut diberikan Buya Arrazy Hasyim kepada masyarakat umum yang ingin mengamalkan, terbuka untuk umum.
“Antum baca itu, dipegang dadanya semoga itu ditandai oleh Allah ada nur di dalamnya,” imbuhnya.
Ia menambahkan, manfaat lainnya dari ijazah tersebut diharapkan nanti dikenal oleh Nabi Muhammad Saw sebagai umatnya dan pengamalnya mendapatkan rahmat dari Allah. Sehingga menjadi waliyullah.
Menurut Buya Arrazy seorang yang dikenal waliyullah adalah orang pilihan Tuhan yang memiliki level keimanan tinggi dibanding orang lainnya.
Waliyullah juga memiliki keistimewaan yang terkadang tidak masuk akal dan hal ini banyak disaksikan oleh masyarakat, keistimewaan ini disebut karamah.
Seorang waliyullah bisa membelah diri (taktsirun nufus), sebab dirinya adalah nur, dan satu nurnya bisa jadi satu bayang-bayang.
Seperti halnya Uwais al Qarni, bisa melihat Rasulullah, sebab nur-nya sampai ke kampung Uwais sedangkan Nabi di Madinah.
Seperti halnya matahari yang bisa disaksikan dari seluruh penjuru bumi, waliyullah adalah matahari tersebut.
Buya Arrazy menjelaskan dalam Kitab Al-Hawi li Al-Fatawi karya Imam Al-Suyuthi, bab Thayyul Ardh (melipat bumi), hal ini ada.
Pengarang kitab tersebut dulunya tidak percaya, begitu juga dengan Buya Arrazy, dan baru percaya ketika membaca kitab tersebut, bahkan ulama muda ini pernah menyaksikan sendiri kejadian tersebut.
“Jika nanti beliau (Nabi Muhammad) diislah oleh Allah, beliau keluar kepada kita kita nanti bisa mengenalnya,” tandas Buya Arrazy.