tebuireng.co- Setiap orang membutuhkan rumah untuk berlindung dari terik panas matahari dan derasnya hujan, setiap orang butuh rumah untuk bisa tidur nyenyak dan berlindung dari terpaan angin malam. Namun tak sedikit orang masih belum memiliki rumah sendiri sehingga biasanya orang hanya bisa mengontrak atau kos, membayarnya setiap bulan. Mempunyai rumah sudah menjadi impian dan kebutuhan setiap orang. Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul yang terkenal dengan doanya bagai petir menyambar memberikan sebuah ijazah kepada kita semua supaya cepat mempunyai rumah.
Berikut ini bacaannya:
ﺍﻟّﻠﻬُﻢّ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺃَﺳْﺄَﻟُﻚَ ﺑِﺠَﺎﻩِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﺒَﻴْﺖِ ﺃَﻥْ ﺗُﻴَﺴِّﺮَ ﻟِﻲ ﺧَﻴْﺮَ ﺑَﻴْﺖٍ حتى َﻻ ﻧَﻘُﻮْﻝَ ﻳَﺎ ﻟَﻴْﺖَ
(Allaahumma Robbal bait, as aluka bijaahi ahlil bait, an tuyassirolii khoiro bait, chattaa laa naquul yaa laiit)
Artinya : “Ya Allah, engkau adalah pemilik baitullah, aku memohon kepadamu dengan wasilah ahlil bait Rasulullah, agar Engkau mudahkan untukku sebaik-baiknya rumah, sehingga aku tidak mengucap ‘Seandainya aku punya rumah.”
Baca juga: Kisah Rabi’ah al-Adawiyah dan Amalan Untuk Penjagaan Rumah
Sekilas Tentang Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul
Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul adalah al-Wali al-Kabir, Shohibul Karomah, Mujabuddu’ah. Guru Sekumpul menjuluki beliau sebagai Syekh Abu Bakar bin Salim-nya Indonesia. Terkenal karena doanya yang mustajab bagaikan petir menyambar.
Pada awalnya beliau sering mengikuti pengajian di pesantren Kiai Achmad Shiddiq, tetapi setelah kewalian beliau masyhur, berganti Kiai Achmad Shiddiq yang mengikuti pangajian kitab Shohih Bukhori di kediaman Habib Sholeh.
Awal pejalanan suluk beliau dimulai ketika bertemu Nabi Khidir as di stasiun Tanggul Jember.
Diriwayatkan beliau uzlah selama 5 tahun, kemudian beliau berangkat haji setelah mendapat isyarah dari datuknya, Rasulullah Saw, untuk mengunjunginya di Madinah.
Sepulang dari haji beliau kaget melihat rumahnya yang sederhana telah dipugar oleh masyarakat (sebagai penghormatan kepada beliau).
Habib Sholeh mengatakan, “Padahal di rumah itu saya shalat berjamaah dengan Rasulullah Saw lima waktu.”
Beliau khalifahnya al-Quthb al-Habib Abu Bakar Assegaf Gresik. Habib Abu Bakar sendiri yang memakaikan imamah di atas kepala Habib Sholeh yang mulia.
Diantara wirid harian beliau adalah membaca Dalailul Khoirot setiap harinya.
Sang Matahari dan Sang Bulan
Suatu ketika, al-Habib ‘Umar bin Ja’far Assegaf sedang berjalan menuju Cirebon ke surabaya. Sesampainya di Surabaya beliau berjumpa dengan al-Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul.
Habib Sholeh berkata dengan sambutan hangat kepada Habib ‘Umar:
“Ahlan wa sahlan wa marhaban wahai Sang Pemilik Do’a yang ditunggu.”
Sambil senyum Habib ‘Umar bin Ja’far Assegaf menjawab :
“Ahlan wa marhaban wahai Sang Pemilik do’a yang ketika bermunajat bagaikan petir menyambar.”
Persahabatan Habib ‘Umar bin Ja’far Assegaf dan Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid, bagai pinang dibelah dua, kedua Wali masyhur dan mastur ini sama-sama wafat di bulan yang sama dalam keadaan yang sama dan karomah yang sama, sehingga beliau berdua bagaikan matahari dan bulan.
Al-Habib ‘Ali bin Husein al-‘Aththos berkata :
“Jika kalian ingin melihat cahaya Rasulullah Saw di siang hari, maka lihatlah Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid. Dan jika kau ingin melihat cahaya Rasulullah Saw di malam hari, maka lihatlah Habib ‘Umar bin Ja’far Assegaf, lihatlah mereka, warisan-warisan suci dan juga cucu dari pada Nabi Muhammad Saw yang selalu memuliakan satu sama lainnya, mereka saling memuliakan dengan ilmu dan akhlak yang mulia sehingga harum namanya sampai akhir zaman dengan hati dan jiwa yang bersih dan bercahaya dari Allah SWT.”
Baca juga: Dua Ulama Menjadi Wali Karena Sabar Menghadapi Istri Cerewet