tebuireng.co – Hindari kekerasan, metode nabi dalam mendidik anak cucunya serta sahabatnya layak ditiru oleh umat Islam di seluruh dunia.
Kasus kekerasan dalam pesantren baru-baru ini menjadi topik hangat di tengah masyarakat Indonesia. Hal ini menjadi satu pengingat penting bagi para pendidik agar senantiasa lebih berhati-hati dalam memilih metode untuk membimbing muridnya.
Sebagai pendidik muslim, terutama dalam bidang keagamaan, sudah seharusnya kita ittiba’ kepada Rasulullah dalam hal mendidik untuk hindari kekerasan. Alih-alih menggunakan kekerasan, banyak metode Rasulullah yang jauh lebih efektif dalam mendidik muridnya.
Jika dikaji lebih dalam, tentu konsep dan metode yang digunakan Rasulullah SAW dalam mendidik para sahabat dan umatnya sangatlah banyak dan menghindari kekerasan. Di antara metode tersebut yang dinilai paling induk dan aplikatif adalah sebagai berikut.
1. Metode Dialog
Mendidik dengan jalan dialog ini dinilai sebagai salah satu metode yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui metode ini, akan terungap motif atau faktor dilakukannya sebuah perbuatan.
Sehingga proses pendidikan dengan metode ini akan lebih memungkinkan untuk membuahkan hasil yang diharapkan.
Dalam berbagai kesempatan Rasulullah menggunakan metode ini dalam mendidik para sahabatnya. Salah satunya seperti yang dilakukan Rasulullah ketika hendak menumbuhkan motivasi dalam diri para sahabat untuk menjaga salatnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا
‘Bagaimana pendapat kalian jika ada sebuah sungai mengalir di depan rumah salah seorang di antara kalian, lalu setiap hari ia mandi di sungai itu sebanyak lima kali, apakah masih ada kotoran yang melekat di tubuhnya?’
Para sahabat menjawab, ‘Tentu tidak ada lagi kotoran yang melekat di tubuhnya’. Lantas Rasulullah bersabda, ‘Begitulah salat lima waktu, Allah akan menghapuskan dosa-dosa dengan salat tersebut’
Jelas dampak yang ditimbulkan dengan menggunakan metode pendidikan ini akan sangat berbeda ketika seseorang diperintah salat dengan kalimat, ‘Salatlah sekarang, atau mendapat hukuman!’ atau ungkapan-ungkapan yang semisalnya.
2. Metode Kisah atau Cerita
Banyak penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan kisah atau cerita ini merupakan salah satu metode mendidik yang paling ampuh. Pasalnya, dengan memberikan sebuah cerita, seseorang akan diajak untuk menemukan perbuatan mulia tanpa merasa didekte.
Muatan dalam kisah atau cerita tersebut kemudian akan merasuk secara halus dan perlahan ke dalam sanubari seorang murid. Bahkan, karena pentingnya peran kisah dalam membentuk kepribadian ini, tak ayal jika hapir sepertiga dari kandungan AL-Quran adalah berisi kisah-kisah.
Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah menggunakan metode mendidik dengan memberikan keteladanan kepada umatnya. Sepert halnya dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari jilid 2 nomor 3472 dan Imam Muslim nomor 1721 berikut.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, ‘Nabi SAW bersabda, “Dulu ada seorang laki-laki membeli sebuah rumah dari seseorang. Tiba-tiba ia menemukan kantong berisi emas di rumah tersebut. Kemudiani a datang menemui si pemilik (penjual) rumah dan berkata:
“Ambil emasmu ini, aku hanya membeli rumah darimu dan tidak membeli emasnya.”
Si pemilik rumah pun mengatakan, “Aku juga sudah menjual rumah itu dan seisinya padamu.”
Akhirnya, kedua orang itu mengadukan perkara tersebut kepada seseorang yang bijak di wilayah itu. Orang bijak itu berkata:“Apakah kalian punya anak?”
Salah satu dari keduanya menjawab, “Aku punya anak laki-laki.” Orang yang kedua menjawab, “Aku punya anak perempuan”
Maka, orang bijak itu berkata, “Nikahkanlah anak laki-lakimu dengan anak perempuannya, lalu pakaikan emas itu untuk biaya hidup mereka berdua.”
Hal penting yang disampaikan oleh cerita tersebut adalah mulianya sifat Amanah. Hal itulah yang membuat Rasulullah menceritakan kisah tersebut kepada para sahabatnya. Menanamkan karakter anak didik dengan kisah seperti ini jauh lebih baik daripada hanya sekedar memerintah.
Masih banyak metode lainnya yang digunakan Nabi SAW dalam mendidik tanpa adanya unsur kekerasan. Hal ini sudah semestinya diwarisi oleh umatnya dalam mendidik, terutama dalam pesantren yang notabene adalah pendidikan agama.
Dengan ittiba’ rasul ini, kasus-kasus kekerasan dan semacamnya tidak lagi terjadi dalam satuan sistem pendidikan yang ada di Indonesia.
Wallahua’lam.
Oleh: Dinnatul Lailiyah

