tebuireng.co – Hercules adalah tokoh yang cukup terkenal di Tanah Abang. Terutama di dalam dunia hitamnya Jakarta. Setelah keluar dari penjara terkait kasus penyerobotan lahan, Hercules mulai menata hidupnya.
Ia meninggalkan dunia hitam sebagai preman. Kini, selain menekuni bisnis. Hercules bertekad membesarkan ormas yang didirikannya Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) bergerak di bidang sosial.
Kesaksian tentang perubahan Hercules diceritakan juga oleh Gus Ipang Wahid atau Irfan Asy’ari Sudirman Wahid di akun instagram pribadinya @ipangwahid, Jumat (24/9). Ipang juga sempat menceritakan sosok Hercules pada 2 September 2021.
“Mendengar kisah Ketua Umum GRIB yang anggotanya 1,4 juta orang itu seperti menonton film,” jelas Ipang.
Hercules dan kelompoknya sudah malang melintang di kawasan Tanah Abang sejak 1980-an. Sebelumnya, ia datang ke Jakarta dari Timor-Timor untuk berobat. Namun, karena tidak betah maka memilih hidup di Tanah Abang.
Ia dikenal sebagai sosok pemberani dan tidak takut mati. Berbagai pertempuran dilakukannya untuk menjaga harga diri dan wilayahnya.
“Yang saya ingin ceritakan adalah, ternyata Bung Hercules ini memiliki jiwa kepedulian sosial yang sangat tinggi. Apalagi sejak ia bertobat dan memilih jalan agama,” beber Cicit KH Muhammad Hasyim Asy’ari ini.
Gus Ipang juga mengaku kagum dengan cara hidup Hercules saat ini. Ia banyak terlibat dalam kegiatan sosial seperti membangun masjid dan membantu pedagang kecil. Hercules juga giat beribadah, puasa dan berbagi dengan kaum dhuafa.
“Banyak yang tidak terbayangkan. Inilah yang menginspirasi saya. Membangun banyak masjid tanpa koar-koar. Memberi makan fakir miskin tanpa pemberitaan. Apalagi mimpinya membantu para pedagang kecil dan UMKM. Jadi makin tambah malu saja saya,” imbuh Gus Ipang.

Sementara itu, Hercules menceritakan titik balik dalam hidupnya karena ia merasa umur seseorang tidaklah panjang. Ia memiliki keyakinan bahwa sehebat-hebatnya seseorang suatu hari akan mati juga.
“Presiden akan mati, menteri akan mati juga, preman mati, ustadz juga akan mati. Tinggal menunggu waktu. Makanya perlu persiapan,” jelasnya.
Bagi Hercules, selama ini banyak orang melihat dirinya dari satu sisi saja, sebagai preman. Lupa pada kebaikan yang ia berikan kepada masyarakat luas. Padahal kasus yang menjeratnya ada yang direkayasa, seperti kasus pemerasan. Ternyata korban yang ditampilkan saat pengadilan digelar tidak kenal Hercules.
Untuk itu, agar putra-putrinya tidak mengalami hal yang sama. Ia mengirimkan anak-anaknya ke luar negeri untuk belajar yang serius.
“Saya usaha perkapalan, usaha pertanian, pasar, bekerja di perusahaan. Menyekolahkan anak, yang pertama perempuan di Canberra, kedua laki-laki di California dan terakhir perempuan di Melbourne Australia,” tegasnya.
Hercules juga dekat dengan sosok tokoh muda Nahdlatul Ulama yaitu Gus Miftah. Hercules sering mengundang Gus Miftah ke rumahnya. Seperti saat santunan 4000 ribu anak yatim. “Mati hidup ada di tangan Allah.
Titik balik ini supaya apa yang selama ini saya jalani di dunia hitam bisa diampuni. Allah sudah memberikan kesempatan untuk hal itu,” ujarnya. Mendengar kisah hidup seorang Hercules, memang tak pernah bosan. Terkadang memilukan dengan ribuan pengalamannya di masa lalu.
Hercules bernama asli Rosario de Marshall, ia adalah seorang gangster dan broker politik asal Indonesia yang berasal dari Timor Timur. Ia adalah seorang portir untuk TNI-AD pada masa integrasi Timor Timur.
Namun, siapa yang menyangka, di usia senjanya Hercules belajar dengan tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah asal Sleman Yogyakarta.
Bersama Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta itu, Hercules sering terlihat bersama dan memiliki panggilan akrab yaitu “Abah.” Terbaru, Hercules terlihat mengunjungi rumahnya Sekretaris jenderal PBNU Helmi Faisal Zaini dengan didampingi Gus Miftah, Gus Ipang (cicit KH M Hasyim Asy’ari) dan Ustadz Yusuf Mansyur.
“Tadi Abah (Gus Miftah) telfon kalau mau ke rumah Pak Sekjend. Saya tanya boleh ikut apa tidak. Dibilang boleh akhirnya saya ke sini,” jelas Hercules.
Hercules menceritakan dia sudah mengalami hidup yang sulit dan bahaya. Ia pernah ditembak matanya tapi tidak wafat. Pernah dibacok ratusan kali. Namun, Allah mengizinkan ia wafat.
Helmi Faisal Zaini sempat menanyakan alasan mata Hercules yang berbeda antara kiri dan kanan. Dengan santai Hercules menjawab bahwa matanya yang kanan berbeda pernah ditembak dari jarak satu meter. Menyebabkan matanya terluka dan agak masuk ke dalam. Dikeroyok ratusan orang dengan celurit dan samurai.
Lalu Helmi menanyakan alasan Hercules bertaubat dan memilih mendekatkan dirinya kepada Allah. Ia menjawab jika alasannya karena semua manusia hidup terbatas oleh usia. Ketika wafat maka tidak ada yang bisa dibanggakan kecuali amal baik.
“Karena belum waktunya, makanya saya tidak mati. Meskipun sudah dibacok ratusan orang. Yang di atas belum mengizinkan,” imbuhnya.
Hercules yang saat itu memakai peci mengaku memiliki kebiasaan yang berbeda saat ini. Setiap Jumat selalu memberikan makan ratusan anak yatim dan sering puasa. Setiap Jumat ada sekitar 250-300 anak yatim diundang ke rumahnya. Ia juga baru menjalani puasa dari Senin hingga Kamis.
“Kita hidup sementara. Jika ibarat tangan kotor, tangan saya ini sudah sangat kotor sekali. Umur kita tidak lama. Mau apa lagi,” pungkasnya.