tebuireng.co- Haul ke-3 Gus Sholah atau KH. Salahuddin Wahid diperingati dengan mengadakan beberapa acara di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, Kamis (02/2/2023).
Acara haul Gus Sholah diawali dengan khotmil Qur’an yang dilaksanakan sejak pagi di pemakaman keluarga pondok pesantren Tebuireng dan dilanjutkan dengan pembacaan Yasiin dan tahlil di masjid kesepuhan Pesantren Tebuireng. Acara haul Gus Sholah juga dimeriahkan dengan gala premiere film “Luqothoh” yang merupakan produksi dari MAKSI (Rumah Produksi Tebuireng) yang diputarkan di Gedung Yusuf Hasyim Lt.3 Pesantren Tebuireng.
Rumah Produksi Tebuireng atau MAKSI adalah lembaga film yang didirikan langsung oleh KH. Salahuddin Wahid untuk menyebarkan dakwah syariat Islam di era digital sekaligus mengembangkan minat dan bakat para santri dalam dunia perfilman. Sebagaimana diungkapkan oleh istri Gus Sholah, Nyai Farida Salahuddin dalam sambutannya di acara haul ke-3 Gus Sholah.
“Rumah produksi Tebuireng didirikan oleh Gus Sholah untuk mewadahi SDM para santri, baik level mahasiswa atau bahkan dari semua keluarga besar pesantren Tebuireng dalam hal dakwah di dunia perfilman,” ucap Nyai Farida.
Ia juga menambahkan bahwa alasan Gus Sholah mendirikan MAKSI yaitu karena munculnya kegelisahan yang dirasakan oleh Gus Sholah akan dakwah di era digital. Gus Sholah merasa khawatir manakala nanti santri terbawa arus yang bukan pada relnya.
“Sejarah dan dakwah harus kita yang buat karena kedepannya pesantren ini akan menjadi sebuah rujukan bagi peradaban dunia. Hal ini harus kita mulai dari sekarang. Kalau bukan kita siapa lagi? Itu gagasan Gus Sholah,” tegasnya.
Baca juga: Kunci Kesuksesan Gus Sholah Tebuireng
Nyai Farida juga menyebutkan bahwa Gus Sholah memang memiliki banyak ide dan gagasan baru. Diantaranya mendirikan Pusat Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang saat ini dilanjutkan oleh pengasuh pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz. Tidak hanya membedah pemikiran Hadratussyaikh Hasyim As’ary, akan tetapi Gus Sholah juga menvisualisasikannya dengan membuat film Jejak Langkah 2 Ulama.
Lahirnya film Jejak Langkah 2 Ulama dengan tujuan para generasi muda yang ada di Indonesia paham akan sejarah yang sesungguhnya. Generasi muda harus paham bagaimana perjuangan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Islam dan kemerdekaan Republik Indonesia.
Istri Gus Sholah ini juga bercerita bahwa tepat 40 hari sebelum kepergian Gus Sholah, ia diajak oleh Gus Sholah ziarah ke pemakaman keluarga pesantren Tebuireng untuk sowan kepada Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Saat itu, Gus Sholah mengatakan kepada Nyai Farida “nanti kalau suatu ketika saya ketemu Mbah Hasyim, saya bisa mengatakan bahwa saya meneruskan perjuangan Mbah Hasyim” dan terakhir Gus Sholah juga mengatakan “ada dan tidak adanya saya gagasan yang sudah saya dirikan harus kalian lanjutkan.”
Terakhir, Nyai Farida berpesan kepada seluruh santri serta keluarga besar Pesantren Tebuireng untuk tetap melanjutkan gagasan-gagasan Gus Sholah tanpa mengurangi kesibukan yang lainnya.
“Pada anak-anakku semua, saya titip pesan supaya gagasan-gagasan Gus Sholah itu bisa dilanjutkan tanpa mengurangi kesibukan yang lain,” tandasnya.
Baca juga: Gus Sholah, Sang Arsitek Pendidikan