tebuireng.co- Secara umum definisi dari penyakit ‘ain adalah pandangan yang bisa berpengaruh negatif kepada orang lain. Menurut Ibnu Hajar penyakit ‘ain adalah pandangan kagum yang tercampur dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk sehingga membahayakan orang yang dipandang.
Sedangkan Imam al-Munawi menjelaskan dalam kitab Faid al-Qadir bahwa penyakit ‘ain adalah pandangan terhadap sesuatu dalam keadaan lalai dengan rasa kagum dan dengki yang tidak disertai dzikir kepada Allah.
Prof Quraish Shihab dalam tayangan Shihab & Shihab, Senin (12/7) berpandangan bahwa penyakit ‘ain bukanlah penyakit. Ain itu pandangan mata yang kemudian berkembang maknanya sehingga bisa mencakup segala sesuatu yang terpikirkan secara fokus.
Baca juga: Kiai adalah Isim, Ulama itu Musamma
Pemilik penyakit ‘ain bisa saja menyadari akan penyakitnya atau bisa saja tidak sebagaimana yang dijelaskan Imam Asmu’i tentang salah satu pengakuan dari pemilik penyakit ‘ain bahwa ketika melihat sesuatu yang dia kagumi, dia merasakan ada sesuatu yang panas yang keluar dari matanya.
Penyakit ‘ain ini bisa dikatakan sama seperti sihir, gangguan jin, dan lain lain yang bisa berdampak buruk pada orang lain yang dipandangnya. Dampak dari pandangan pemilik penyakit ‘ain bermacam-macam salah satunya bisa menyebabkan sakit, membuat celaka atau bahkan kematian.
Penyakit ini sudah ada sejak zaman Rasulullah sebagaimana kisah sahabat Amir bin Robiah ketika mandi bersama sahabat Sahl bin Hanif yang mana sahabat Amir bin Robiah kagum melihat badan dari sahabat Sahl bin Hanif yang putih dan bersih sehingga seketika sahabat Sahl bin Hanif pingsan. Mengetahui itu para sahabat memanggil Rasulullah dan beliau pun bersabda:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُم مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ مِنْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ فَاِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
“Kalau salah seorang di antara kalian melihat pada dirinya atau hartanya atau dari saudaranya apa yang mengagumkan hendaklah mendoakan dengan keberkahan karena Ain (keburukan akibat pandangan mata) itu benar adanya.”
Oleh karena itu, Prof Quraisy Shihab menganjurkan untuk membaca doa-doa dan wirid yang diajarkan oleh para ulama agar tercegah dari pengaruh negatif ‘ain. Seperti pagi-pagi membaca Wirdul Lathif, malamnya membaca Rathibul Haddad.
Prof Quraish juga berpesan untuk senantiasa melibatkan Allah dalam setiap keadaan, karena segala macam kemungkinan baik pujian maupun celaan semata-mata bergantung kepada Allah SWT. Seperti saat mendapatkan pujian mengucapkan Masyaallah, Subhanallah dan saat mendapatkan celaan maka mengucapkan A’udzu bi kalimatillah at-tammah min syarri ma khalaq.
Baca juga: Cara Menghadapi Mimpi Buruk