Hari Arafah dan Tarwiyah adalah dua hari yang dimuliakan Allah. Untuk itu kita pun disunahkan untuk berpuasa pada hari kedelapan dan kesembilan dari bulan Dzulhijjah ini. Hari Tarwiyah pada tahun ini bertepatan pada Ahad Kliwon tanggal 18 Juli 2021 M.
Tarwiyah sendiri bermakna asli menyegarkan diri dengan air, hal ini karena kebiasaan orang–orang haji pada hari ini, yaitu menyiapkan bekal air guna perjalanan dari Mekkah ke Arafah. Mengenai keutamaan hari ini kita bisa lihat pesan Nabi Muhammad SAW:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ أَنْ يَتَعَبَّدَ لَه فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الحِجَّةِ ، يَعْدِلُ صِيَامُ كَلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ ، وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ القَدْرِ
“Tidak ada hari-hari yang lebih dicintai oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya dari pada 10 hari awal dari bulan Dzulhijjah, ibadah puasa yang dilakukan tiap harinya pada hari-hari tersebut sama dengan berpuasa satu tahun, dan shalat malam pada setiap malamnya sama dengan salat malam pada lailatul qadar”. (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Baihaqi).
Pada bulan ini juga terdapat hari yang disebut sebagai hari Arafah, yaitu hari ke-9 pada bulan Dzulhijjah, kali ini bertepatan pada Hari Senin Legi tanggal 19 Juli 2021. Pada hari Arafah juga bertepatan dengan pelaksanaan salah satu rukun haji, yaitu wukuf di Arafah.
Arafah sendiri bermakna perkenalan atau pertemuan, penamaan ini diambil untuk memperingati sebuah peristiwa penting yang pernah terjadi di tempat ini, yakni pertemuan Nabi Adam AS dan Sayyidah Hawa setelah keduanya diturunkan oleh Allah ke bumi.
Pada mulanya Nabi Adam turun di daerah India, satu pendapat mengatakan di Srilanka, sedangkan Sayyidah Hawa’ sendiri diturunkan di Jeddah, Arab Saudi, tempat yang suci. Tempat ini dinamakan Jeddah yang berarti nenek, juga untuk mengenang Sayyidah Hawa. Hari Arafah juga dinisbatkan ke kisah Nabi Ibrahim yang hari itu mengetahui jika mimpinya dari Allah. Arafa bisa bermakna mengetahui.
Karena hari Arafah begitu penting dan merupakan hari yang istimewa, bagi umat Islam yang tidak sedang melaksanakan haji disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah. Rasulullah Saw bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ التِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ التِى بَعْدَهُ
“Siapapun yang berpuasa pada hari Arafah, aku mintakan ia pada Allah untuk meleburkan dosa yang ada pada tahun sebelum hari ini dan tahun mendatang” (HR Muslim)
Allah telah menetapkan dua belas bulan, sebagai petunjuk waktu dan juga arah. Allah memilih empat di antaranya sebagai bulan-bulan pilihan, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Dzulhijjah sendiri bermakna “pemilik haji”, bulan ini diberi nama seperti itu karena memang merupakan bulan untuk beribadah haji, bahkan rukun haji yang paling inti terjadi pada bulan ini, yakni wukuf di Arafah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Tirmidzi :
الحج عرفة
Bulan ini merupakan bulan yang istimewa, tempat dikabulkannya do’a-do’a, sehingga disunah memperbanyak doa dan puasa pada 10 hari awal bulan ini, kecuali berpuasa yang bertepatan dengan hari raya Idul Adha. di Hari Arafah dan Tarwiyah dianjurkan juga memperbanyak doa dan amal baik.
Menurut Fakhuddin Ar-Razi, dalam Tafsir Mafatihul Ghaib juz V halaman 324, ada tiga pendapat di balik penamaan hari Tarwiyah, pertama karena Nabi Adam diperintah untuk membangun sebuah rumah, maka ketika ia membangun, ia berpikir dan berkata, ‘Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?’ Allah menjawab: ‘Ketika engkau melakukan tawaf di tempat ini, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tawafmu.’
Nabi Adam memohon, “Tambahlah (upah)ku”. Allah menjawab: “Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan tahwaf di sini”. Nabi Adam memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: “Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan taawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah).”
Keduanya, sesungguhnya Nabi Ibrahim bermimpi ketika sedang tidur pada malam Tarwiyah, seakan hendak menyembelih anaknya, maka ketika waktu pagi datang, ia berpikir apakah mimpi itu dari Allah atau dari setan?. Ketika malam Arafah mimpi itu datang kembali dan diperintah untuk menyembelih, kemudian Nabi Ibrahim berkata, ‘Saya tahu wahai Tuhanku, bahwa mimpi itu dari-Mu’.
Ketiga, sesungguhnya penduduk Makkah keluar pada hari Tarwiyah menuju Mina, kemudian mereka berpikir tentang doa-doa yang akan mereka panjatkan pada keeseokan harinya, di hari Arafah.”
Referensi:
Hasyiyah ‘Ianah Ath-Tholibiin ‘ala Halli Alfazhi Fath Al-Mu’in fashl fi Shoum At-Tathowwu’ juz 2
Kanzu An-Najah wa As-Surur fashl fi Ma Yuthlabu fi Dzil Hijjah
Syarh Nihayah Al-Muhtaj ‘ala Minhaj Ath-Tholibin bab Shoum juz 3
Syiar Dakwah Al-Muhibbin
Baca Juga:
Khutbah Idul Adha