tebuireng.co – Kaum muslimin harus mengetahui hal penting dalam haji. Beberapa hal penting dalam haji yaitu mengetahui rukun haji dan umrah.
الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (آل عمران: 97)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa.
Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Hadirin rahimakumullah,
Hari-hari ini, beberapa kloter jamaah calon haji telah diberangkatkan ke Tanah Suci.
Sebagaimana kita tahu bahwa ibadah haji memiliki hukum-hukum yang harus diindahkan dan dilakukan sesuai tuntunan syariat agar sah dan diterima oleh Allah ta’ala.
Pembahasan secara terperinci tentang manasik haji tentunya panjang lebar dan tidak cukup disampaikan dalam khutbah Jumat yang singkat. Namun dalam kesempatan yang mulia ini, khatib mengingatkan kepada kita semua mengenai dua hal penting.
Pertama, seseorang yang akan berangkat haji, bekal paling utama dan paling penting yang harus ia bawa adalah ilmu. Ilmu tentang tata cara haji ini sangat urgen karena berkaitan dengan sah atau tidaknya ibadah, diterima atau tidaknya ibadah haji.
Setidaknya bisa mengetahui perbedaan haji dan umrah serta amalan sunah haji dan umrah.
Baca Juga: Haji Ibadah Ritual Saja?
Amalan sunah haji dan umrah menyempurnakan ibadah haji. Sangat disayangkan apabila harta, tenaga, waktu, rasa lapar, rasa haus, rasa letih dan perjalanan jauh hilang sia-sia tanpa faedah dan manfaat dikarenakan seseorang tidak membawa bekal yang memadai tentang ilmu mengenai tata cara haji.
Orang yang tidak memiliki ilmu tentang hukum-hukum haji, lalu ia beribadah tanpa ilmu maka ia tidak bisa menjamin keabsahan ibadah yang ia kerjakan. Demikianlah keadaan orang yang tidak berilmu.
Seseorang yang haji harus tahu amalan sunah haji dan umrah karena jangan sampai ketika ia ingin memperbaiki sesuatu tapi justru sebaliknya ia merusaknya dan membatalkannya.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang berbahagia,
Kedua, Allah telah mengkhususkan ibadah haji dengan keistimewaan yang tidak diberikan pada ibadah-ibadah lainnya. Yaitu ibadah haji dapat menghapus dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (رواه البخاريّ)
Maknanya: “Barang siapa yang berhaji lalu tidak bersetubuh (selama masih dalam rangkaian ibadah haji) dan tidak melakukan dosa besar, maka ia akan kembali (bersih dari dosa-dosanya) seperti saat dilahirkan ibunya” (HR al-Bukhari)
Hadirin rahimakumullah,
Syarat agar haji seseorang menghapus seluruh dosa dan menjadikannya bersih dari dosa seperti saat dilahirkan oleh ibundanya adalah niatnya harus murni dan ikhlas hanya karena Allah semata.
Tidak dicampuri dengan tujuan meraih pujian dan kepentingan duniawi. Juga disyaratkan harta yang menjadi bekal hajinya adalah harta yang halal.
Demikian pula untuk meraih kemuliaan ini disyaratkan seseorang menjaga dirinya saat beribadah haji dari kefasikan, yakni dosa-dosa besar dan mencegah dirinya dari bersetubuh selama masih dalam kondisi ihram (dalam rangkaian amalan ibadah haji).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Penting juga disampaikan bahwa ampunan dari semua dosa tersebut tidak berarti bahwa orang yang berhaji otomatis terbebas dari sangkutan hak orang lain.
Jadi orang yang memiliki tanggungan atau sangkutan hak sesama manusia, maka ia wajib mengembalikan hak itu kepada pemiliknya atau meminta dihalalkan dan dimaafkan oleh pemiliknya.
Sangkutan hak sesama hamba itu tidak akan gugur dengan ibadah haji. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلِمَةٌ لأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلِمْتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ (رواه البخاريّ)
Maknanya: “Barang siapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya pada harga dirinya atau sesuatu yang lain maka hendaklah ia halalkan darinya di hari ini (di dunia) sebelum tidak lagi bermanfaat dinar dan dirham.
Jika ia memiliki amal shaleh maka akan diambil darinya (amal saleh tersebut) sesuai dengan kadar kezalimannya, jika ia tidak memiliki kebaikan-kebaikan maka diambil dari keburukan-keburukan orang yang dizalimi lalu ditimpakan kepadanya” (HR al-Bukhari).
Demikian pula, ibadah haji tidak menggugurkan tanggungan kewajiban yang ditinggalkannya seperti shalat dan lainnya. Diriwayatkan dari Anas radliyallahu ’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
مَنْ نَسِيَ صَلَاةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذلِكَ (رواه البخاريّ)
Maknanya: “Barang siapa lupa melaksanakan salat maka hendaklah ia mengerjakannya saat ia ingat hal itu, tidak ada denda berkaitan dengannya kecuali hal itu (mengerjakan shalat yang ditinggalkan karena lupa)” (HR al-Bukhari).
Jika salat lima waktu yang ditinggalkan karena lupa saja wajib diqadha, lebih-lebih lagi salat lima waktu yang ditinggalkan karena sengaja atau karena malas.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan dapat kita amalkan bersama.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Oleh: Ustaz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Aswaja NU Center Mojokerto dan Dosen STAI Al-Azhar, Gresik