tebuireng.co – Istighfar yang menurut bahasa adalah meminta ampun sudah lumrah menjadi dzikir setiap muslim ketika selesai sholat, meski terkadang mereka yang tidak paham maknanya hanya melantunkannya lewat gerakan bibir saja tanpa rasa ‘khusyu’ dalam hati.
Istighfar adalah cara seorang muslim memohon ampun kepada Allah atas perbuatan yang melanggar aturan-Nya. Selain untuk di hapus dosanya, beristighfar juga mampu mencegah bencana ataupun hal buruk terjadi sebagaimana yang tercantum dalam penggalan Surah Al Anfal ayat 33 :
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”
Dalam ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa beristigfar bukan sekedar menyesali dan menangisi dosa yang dilakukan, tetapi juga memperbanyak menyebut nikmat dan kebaikan yang telah diberikan Allah sebagaimana yang tercantum dalam Surah Al A’raf ayat 69 :
فَٱذْكُرُوٓا۟ ءَالَآءَ ٱللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Nabi pun mengajarkan pada umatnya dalam berisitgfar untuk memperbanyak menyebut kebaikan dan nikmat Allah daripada dosa-dosa yang diperbuat. Seperti dalam sayyidul istighfar yang diajarkan nabi :
للَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu dan akan menjalankannya dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau.” (HR. Bukhari no. 6306)
Hal ini agar bertujuan agar setiap muslim yang melakukan dosa atau kesalahan tidak mudah putus asa dan berkecil hati untuk berbuat baik dan memperbaiki diri karena Allah maha pengampun segala dosa dalam hadist qudsi disebutkan,
يَا عِبَادِيْ ! إِنَّكُمْ تُـخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَـمِيْعًا ؛ فَاسْتَغْفِرُوْنِـيْ أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian selalu berbuat salah (dosa) di waktu malam dan siang hari; sedang Aku mengampuni seluruh dosa. Maka, mohon ampunlah kalian kepada-Ku.”
Namun dalam prakteknya,manusia terlalu sering menangisi kesalahannya hingga merasa dirinya tidak pantas untuk berbuat baik lagi, bahkan merasa malu untuk bertaubat kepada Allah karena dosanya yang terlalu banyak padahal hal ini adalah bisikan syetan saja agar manusia tidak jadi berbuat baik.
Baca Juga: Bersyukur dengan Hati
Beliau juga menjelaskan agar istighfar jangan hanya menangisi dan mengingat dosa-dosa saja karena hal tersebut terlihat seakan akan hidup bersama Allah itu sengsara dan tidak nyaman padahal Allah telah memberikan banyak nikmat bahkan terbukanya hati untuk beristighfar itu adalah nikmat yang besar.
Abul Qasim Al-Kusairi berkata, “termasuk dari kesombongan orang yang beristigfar hanya mengingat dosa-dosanya saja dan tidak mengingat banyaknya nikmat dan karunia yang telah Allah berikan.”
Thowiroh (Mahasiswi Ma’had Aly Hasyim Asy’ari)