Gus Ulil Abshar Abdalla menyebut halaqah memiliki kontribusi penting dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU). Hal tersebut karena dengan adanya halaqah kitab kuning telah berhasil mendorong para kiai untuk mengkaji, membaca ulang dan mendiskusikan kembali pemikiran ulama terdahulu yang terlampir dalam kitab kuning sehingga tetap sesuai dengan kondisi setiap zaman.
“Tercetusnya forum halaqah telah memberi dampak yang luar biasa sehingga bisa mendorong para kiai untuk membaca kembali kitab kuning dengan cara pandang baru,” jelasnya dalam acara Halaqah Ulama Nasional di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan. Rabu, 12 Juli 2023.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Ulil menceritakan momen tercetusnya forum halaqah kepada 500 peserta yang hadir yang menurutnya momen tersebut penting dalam sejarah Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) dan kitab kuning di lingkungan NU.
Sejarah mencatat bahwa forum halaqah pertama kali dicetuskan dalam Muktamar ke 28 di Krapyak yang mana hal tersebut digagas oleh Gus Dur sebagai ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang terpilih pada saat itu. Gagasan Gus Dur dalam mencetuskan adanya halaqah menjadi sangat penting karena pengaruhnya bisa dirasakan hingga saat ini.
“Sejak dicetuskan oleh Gus dur, halaqah menjadi istilah resmi yang digunakan dalam acara-acara PBNU,” ungkapnya.
Ia juga menceritakan bahwa halaqah yang pertama kali diadakan pada masa Gus Dur menjadi ketua umum PBNU mengusung tema Rekontekstualisasi Kitab Kuning dan dilaksanakan di berbagai Pondok Pesantren di seluruh Jawa.
Dari beberapa halaqah yang diadakan dengan berbagai seri. Gus Ulil Abshar Abdalla menceritakan salah satu hasil dari halaqah yang sangat fenomenal dan historis yakni munculnya rumusan metode istimbath dalam lingkungan NU yang dirumuskan dalam Musyawarah Nasional (Munas) di Lampung pada tahun 1992.
Ia juga menceritakan bahwa kegiatan halaqah sempat mengalami vacum setelah berakhirnya kepemimpinan Gus Dur karena jarang dilaksanakan. Namun akhirnya kegiatan tersebut berhasil hidup kembali pasca KH Yahya Cholil Tsaquf (Gus Yahya) menjadi Ketua Umum PBNU.
“Beberapa tahun setelah kepemimpinan Gus Dur berakhir, kegiatan halaqah mengalami vacum lalu pada era Gus Yahya halaqah dibangkitkan kembali,” paparnya
Sementara itu, Ketua RMI PBNU, KH Hodri Ariev menjelaskan bahwa acara Halaqah Ulama Nasional yang diadakan untuk menyemarakkan Musabaqoh Qira’atil Kutub Nasional ( MQKN) 2023 dengan tema Menyambut Peradaban Baru, Menguatkan Pesantren dan Revitalisasi Kitab Kuning tersebut merupakan ikhtiar RMI untuk bisa terlibat aktif dalam usaha PBNU mewujudkan dunia yang lebih baik, yakni dunia mendorong terwujudnya kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Menurutnya, para santri dan kiai memiliki kewajiban secara moral untuk mengambil bagian secara aktif dalam usaha yang digagas oleh PBNU yakni merawat jagat dan membangun peradaban baru.
“Gagasan yang ditetapkan oleh PBNU harus kita ikut serta terjemahkan dalam pemikiran-pemikiran secara nyata agar tidak hanya menjadi gagasan indah yang mempesona namun susah dilaksanakannya,” pungkasnya.
Penulis: Thowiroh
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Dirjen Pendis Jelaskan Pentingnya Belajar di Pesantren