tebuireng.co – Kisah cinta KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dan Nyai Farida Salahuddin menjadi inspirasi banyak kalangan. Kekompakkan keduanya menginspirasi putra-putrinya.
Pada perayaan 7 hari wafatnya Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid, putranya yang bernama Gus Ipang menulis keromantisan kedua orang tuanya. Gus Sholah wafat, 2 Februari 2020 di Jakarta dan dimakamkan di Pesantren Tebuireng.
Selain itu, hari pada tanggal 8 Februari 2020 merupakan peringatan 52 tahun pernikahan almarhum Gus Sholah dan Bu Nyai Farida Salahuddin Wahid. Informasi ini disampaikan oleh Gus Ipang yang bernama lengkap Irfan Asy’ari Sudirman Wahid di instagram pribadinya, 8 Februari 2020.
“Hari ini 8 Februari adalah 52 tahun pernikahan papah-mamah, kemana-mana berdua. Macam truk gandeng, kalau kata adik-adik Beliau,” tulisan Gus Ipank di akun instagramnya, ipangwahid.
Mamahnya (Nyai Farida), lanjut Gus Ipank, selalu memberi contoh ke anak-anaknya bagaimana cara meladeni suami. Kapanpun dan di manapun. Tanpa pernah anak-anaknya mendengar keluhannya.
Bahkan saat di Rumah Sakit pun, Nyai Farida tidak mau jauh dari sang suami. Begitupula sebaliknya, Gus Sholah selalu ingin bersama sang istri. Gus Sholah tidak mau dilayani orang lain kalau masih ada Nyai Farida. Termasuk hal remeh seperti meminta dibuatkan roti isi telur kesukaannya.
Buat keduanya, mereka adalah pasangan yang terbaik dan saling melengkapi. Baik dalam mendidik anak, pergaulan dan membesarkan Pesantren Tebuireng. Nyai Farida juga pernah ikut membantu mencari tambahan keuangan di rumah saat usaha suaminya sedang kurang baik.
“Saya melihat kunci kekompakkan keduanya adalah ikhlas. Ya, keikhlasan keduanya ini yang menjadi obor yang selalu menyala. Mamah dan Papah. Terima kasih telah menjadi panutan kita semua akan bagaimana pasangan ideal itu semestinya,” tambahnya.
Gus Ipang membuka satu rahasia tentang kedua orang tuanya. Menurutnya, selama ini pasti banyak yang tahu kalau ayah dan ibunya berasal dari keluarga kiai yang cukup terkenal di NU dan Indonesia. Sehingga banyak yang menduga kalau keduanya pasti dijodohkan orang tua masing-masing.
Padahal, kata dia, faktanya tidak begitu. Keduanya bertemu di kegiatan kemahasiswaan nasional, lalu jatuh cinta. Hal itu menurutnya tidak banyak orang yang tahu kalau keduanya adalah mahasiswa dan mahasiswi aktivis terkenal di periode 1960-an.
Gus Sholah adalah aktivis di Institut Teknologi Bandung sedangkan Nyai Farida adalah aktivis di Universitas Indonesia (UI). Uniknya, keduanya tidak tahu bahwa orang tua mereka berdua yaitu KH A Wachid Hasyim dan KH Saifuddin Zuhri adalah sahabat baik.
Nyai Farida baru sadar saat datang ke rumah Gus Sholah dan bertemu Nyai Sholihah Wahid, istri KH A Wachid Hasyim.
“Ibuku datang kerumah ayahku dan berjumpa dengan ibu dari ayahku, ibu Solihah Wahid Hasyim. Loh, ini kan rumah sahabat orang tuaku?, rumah Pak Wahid Hasyim. Begitu kira-kira komentar Ibuku,” ungkap Gus Ipang.
“Kita semua banyak belajar dari keduanya. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan kekuatan bagi Mamah. Semoga Allah SWT memberi tempat paling baik bagi Papah disisi-Nya. Semoga Allah memuliakan Mamah dan Papah,” pungkas Gus Ipang.
Cerita ini sudah pernah ditulis oleh Syarif Abdurrahman di www.nu.or.id