KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menjelaskan mengenai tipikal karya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari yang hingga kini sudah banyak dijadikan acuan dalam pembelajaran.
Hal ini disampaikan dalam acara Mu’tamar Pemikiran KH Hasyim Asy’ari tentang Pesantren dan Pemberdayaan Masyarakat yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII), Jumat, (20/9/2024).
Menurut Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur sekaligus Pengasuh Pesantren Tebuireng ini, setidaknya terdapat 2 (dua) tipikal dalam karya Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari: Pertama. Sederhana, tapi kaya makna. Kedua. Ditulis berdasarkan pergerakan dan momentum yang terjadi di masyarakat.
Tipikal pertama, yakni sederhana, tapi kaya makna hal ini sebagaimana terlihat dari beberapa kitab yang sering dikaji, seperti kitab Dhau’ul Misbah fi Bayani Ahkam An-Nikah yang menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan.
Gus Kikin menjelaskan, bahwa kitab tersebut memberikan pemahaman mengenai pernikahan yang disampaikan dalam bahasa yang sederhana dan ringkas. Meski demikian, rujukan dalam kitab tersebut tidak terlepas dari kitab-kitab besar.
Selain itu juga terdapat kitab Adabul Alim wal Muta’allim yang ringkas. Di dalamnya menjelaskan tentang beberapa etika baik murid maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Kitab yang sudah sangat populer dan tidak asing lagi, utamanya di kalangan pesantren ini ditulis Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari untuk memberikan edukasi terkait etika murid dan guru dengan sangat rinci. Harapannya, etika yang baik dalam kegiatan belajar mengajar akan menghasilkan ilmu yang bermanfaat. Tidak hanya untuk diri sendiri namun juga untuk orang lain.
Dalam acara ini Gus Kikin menjelaskan bahwa tipikal karya Hadratussyaikh yang sederhana dan kaya makna ini merupakan upaya beliau untuk memudahkan masyarakat dari semua kalangan untuk belajar dan memahami hukum dari sumber yang benar.
Tipikal yang kedua, yakni ditulis berdasarkan pergerakan dan momentum yang terjadi di masyarakat, seperti kitab At-Tanbihat Al Wajibat li Man Yashna’ Al-Maulid bi Al-Munkarat yang ditulis Hadratussyaikh untuk memberikan pemahaman terhadap masyarakat terkait tata cara perayaan maulid nabi yang benar.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hadratussyaikh dalam kitabnya, bahwa penyusunan kitab tersebut dilakukan atas keresahannya ketika melihat fenomena peringatan maulid nabi yang di dalamnya masih terdapat beberapa kemungkaran seperti ihtilat (bercampur baur) antara laki-laki dan perempuan, permainan judi, tinju, dan kemungkaran lainnya.
Karena kekhawatiran tersebut, Hadratussyaikh menyusun kitab tersebut sebagai peringatan dan nasihat dalam melaksanakan maulid nabi, serta untuk menjadi pedoman bagi kaum muslim.
Acara Muktamar Pemikiran Hadratussyaikh yang dilaksanakan di Auditorium, Lantai 5, Gedung K.H.A Wahid Hasyim, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (UII) ini merupakan rangkaian dari acara Muktamar Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) yang akan dilaksanakan di Jakarta pada bulan Oktober 2024 mendatang.
Menurut Gus Kikin, acara ini sangat penting, utamanya untuk bersama-sama menggali dan memahami lebih dalam terkait pemikiran Hadratussyaikh yang sangat luas dalam merespon banyaknya fenomena yang masih relevan hingga saat ini.
Penulis: Thowiroh
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca juga: Mengenal KH Abdul Hakim Mahfudz, Ketua PWNU Jatim