Gus Ishom adalah cucu Kiai Hasyim Asy’ari yang meninggal di usia muda. Beliau lahir pada 18 Juli 1965 dari pasangan Hj. Khodijah binti KH. Moh. Hasyim Asy’ari dan Kiai Hadziq.
Selain Gus Dur, cucu Kiai Hasyim Asy’ari yang mewarisi tetesan ilmu ‘salaf’ adalah Ishomuddin Hadziq yang akrab dipanggil Gus Ishom. Beliau wafat pada 26 Juli 2003 sekitar pukul 06.30 WIB. di Rumah Sakit William Bunk Surabaya pada usia yang masih sangat muda, yaitu 37 tahun.
Pengasuh Pondok Pesantren Tremas, Pacitan, KH Lukman Al Hakim Haris Dimyathi atau akrab disapa Gus Lukman, mengungkapkan bahwa kaum Nahdliyin punya utang besar kepada KH Muhammad Ishomuddin Hadziq.
Menurutnya, berkat kerja keras Gus Ishom berkelana mencari karya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, kini masyarakat bisa membaca dengan mudah di Irsyadus Sari (kumpulan karya KH Hasyim Asy’ari).
Baca Juga: Peran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Pendirian NKRI
“Gus Ishom kategori orang utama karena memulai mengumpulkan kitab Kiai Hasyim. Bila ada yang melanjutkan, peranmya tidak akan tergantikan. Jika tidak lewat Gus Ishomuddin, belum tentu kita bisa membaca kitabnya Hadratussyaikh,” jelas Gus Lukman saat Pembacaan Doa dan Tahlil untuk Gus Ishomuddin Hadziq secara virtual, Senin (26/7).
“Gus Ishom mencari dan menelusuri kitab Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari hingga kemana-mana bahkan sampai ke Termas. Tidak hanya menelusuri, Gus Ishom juga mentahqiq kitab Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari,” imbuhnya.
Gus Lukman mengaku sudah mengenal sosok KH Muhammad Ishomuddin Hadziq sejak ia belajar di Pesantren Lirboyo. Gus Ishom juga sering datang ke Termas, Pacitan mencari informasi tentang Kiai Hasyim dan silaturrahim.
“Kecerdasannya juga diakui Gus Dur, sehingga Gus Dur yang menikahkan Gus Ishom dan menyolati jenazahnya,” tegasnya.
Saking dekatnya, Gus Lukman juga mengetahui banyak hal tentang Gus Ishom, termasuk bab asmara. Sejauh pengetahuannya, Gus Ishom adalah sosok yang romantis yang juga egaliter dan mudah bergaul dengan siapa saja.
Sementara itu, Agus Muhammad Nur Hayid mengungkapkan beberapa keinginan Gus Ishom yang belum terwujud, salah satunya yaitu mengumpulkan hizib-hizib yang ditulis pendiri NU itu.
“Gus Ishom punya keinginan yang belum selesai. Tentu ini pekerjaan kita semua sebagai santri. Para santri juga terus berusaha mengumpulkan karya Gus Ishom,” kata adik Ipar Gus Ishom ini.
Di antara amalan Kiai Hasyim Asy’ari yang ingin dikumpulkan Gus Ishom adalah Jaliyat Al qadr. Selain itu, Kiai Muhyiddin dari Jakarta pernah cerita jika ia dititipi catatan amalan-amalan dan hizib Hadratussyaikh yang dikumpulkan oleh Gus Ishom. Draf kitab itu dititipkan sebelum beliau wafat.
Dalam penuturan Kiai Muhyiddin, catatan tersebut harus diberikan kepada keturunan dari Gus Ishom sebagai pewarisnya.
“Semoga Gus Aan, putra Gus Ishom bisa melanjutkan. Sehingga kita bisa mengenal karya Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang masih banyak,” tutupnya.
KH Muhammad Ishomuddin Hadziq wafat pada Sabtu, 26 Juli 2003 di Rumah Sakit William Bunk Surabaya saat berusia 38 tahun. Beliau lahir pada 18 Juli 1965, di Kediri Jawa Timur.
Ia adalah putra dari pasangan KH Hadziq dengan Hj Khodijah binti KH M Hasyim Asy’ari. Ia merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Beberapa karya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari yang pernah diterbitkan beliau, antara lain:
Adabul Alim wa al-Muta’llim. Ziyadah al-Ta’liqat, al-Tanbihat al-Wajibat, liman Yashna’u al-Maulida bi al-Munkarat. al-Risalah al-Jami’ah, al-Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin, Hasyiyah Ala Fathirrahman bi Syarhi Risalah al-Wali Ruslam li Syaikh Islam Zakariyya al-Anshari, Dal-Durar al-Muntasirah fi al-Masail al-Tis’a ‘Asyarah, al-Tibyan fi al-Nahyi an Muqotho’ati al-Ikhwan, al-Risalah al-Tauhidiyyah, al-Qolaid fi Bayani ma yajibu min al-Aqoid.