Gus Ipang Wahid mengungkapkan transformasi Pesantren Tebuireng pada acara Focus Group Discussion.
“Transformasi Pesantren Tebuireng dari apa menjadi apa, karena ini menjadi penting. Karena kalau tidak, kita akan berputar terus di situ, sibuk dengan wacana, nggak ketahuan mau ke mana, dan bingung posisinya ada di mana,” ungkap H Irfan Asy’ari Sudirman Wahid (Gus Ipang Wahid) di acara Focus Group Discussion antara Pesantren Tebuireng dan Universitas Airlangga, Ahad (18/06/2023).
Bertempat di Gedung KH Yusuf Hasyim lantai 1 dengan tema “Transformasi Pesantren Tebuireng menuju 150 tahun dan menuju Indonesia Emas”, Gus Ipang mengulas bagaimana peran dan sosok KH Hasyim Asy’ari secara esensial.
“Mbah Hasyim bisa mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik. Mbah Hasyim menjadi figur sentral para ulama Indonesia dalam melawan Belanda dan penjajahan Jepang. Jadi, menurut saya transformasi dari Tebuireng itu dimulai oleh Mbah Hasyim,” katanya.
Lanjutnya, “visinya membela agama juga sekaligus membela negara. Visi inilah yang terus dijaga dan diteruskan oleh para penerus pemimpin Tebuireng. Bicara transformasi Tebuireng, kita harus melihat bukan saja ke depan, tapi justru dari titik awal. Titik-titik perjalanan, dan titik-titik yang akan datang,” imbuhnya.
Bicara transformasi tadi, menurutnya, ada Mbah Hasyim sebagai pendiri Pesantren Tebuireng, ada Mbah Wahid (KH Abdul Wahid Hasyim) dengan mulai masuknya pendidikan modern di Pesantren Tebuireng, kurikulum modern. Ada Mbah Ud (KH Yusuf Hasyim) yang mempertahankan eksistensi Pesantren Tebuireng selama bertahun-tahun, dan ada Gus Sholah yang memulai gebrakan dengan manajemen modern.
“Manajemen modern ini seperti apa? Ini menjadi sangat penting. Saya membahas ini bukan karena saya putranya, tapi karena itu adalah faktanya. Tanpa kehadiran Gus Sholah kita tidak akan bisa berada di ruangan ini. Saya paham sekali dengan pola pikir beliau, dengan visi jauh ke depan, dengan pemetaan masalah, kemudian strategi perbaikan yang terukur, implementasi berbasis teamwork, dan terakhir evaluasi,” ujar pria yang menjadi Staf Khusus Kementerian Koordinator Perekonomian ini.
“Saya rasa semua yang hadir di sini masih ingat dengan jelas, tahapan-tahapan seperti itu. Menurut saya, itu adalah value yang tidak boleh kita lupakan. Karena tanpa itu, kita tidak akan bisa ada di detik ini. Jadi, kalau kita ngomong transformasi ke depan, kita harus ngomong model yang kita punya apa,” ujar lulusan Magister Manajemen Universitas Gajayana ini.
Periode 2006-2020 adalah transformasi Pesantren Tebuireng yang sudah terjadi. Jaringan media, sekarang hampir semua pesantren yang modern itu punya rumah produksi. Karena dakwah zaman sekarang itu dari handphone. 85% orang Indonesia itu pengguna internet. Jadi, faktanya seperti ini, penting memiliki semua jaringan media yang ada di Pesantren Tebuireng.
“Ada Penerbitan dan Pustaka Tebuireng, Majalah Tebuireng, Tebuireng Online, Rumah Produksi Tebuireng, dan lembaga lainnya semisal Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT), Balai Diklat Kader, SDI Tebuireng Ir Soedigno, Madrasah Mu’allimin, Pusat Kajian Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, Kawasan Makam Gus Dur (KMGD), MTs Sains Kesamben, Pusat Kesehatan Pesantren (Puskestren), Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah (LKMS), SMK Al Khoiriyah Tebuireng, Unit Penjaminan Mutu Pesantren Tebuireng, Majelis Keluarga, Sentra Kuliner. Mohon dikoreksi jika ada yang kurang. Inilah bagian dari transformasi,” tandasnya.
Pewarta: Sutan Alam Budi
Baca Juga: Tantangan Besar Umat Islam Indonesia Pasca Resolusi Jihad